Home / Romansa / Derita Suami Mandul / Jangan Pecat Saya

Share

Jangan Pecat Saya

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2022-07-24 07:13:21

Jaka merasa was-was, Fatimah merasa bersalah. Jika Jaka kehilangan pekerjaannya, maka dia tidak lagi dihargai di keluarga Fatimah. Selama ini saja dia di jadikan bulan-bulanan.

"Mas, maafkan aku! Aku akan meminta maaf pada Bu Yunita!" ucap Fatimah.

"Kita lihat saja nanti. Harusnya kalian tidak asal menuduh begitu saja. Memang aku sering makan siang dengan beliau tapi itu atas permintaan Jonathan putranya," kata Jaka.

Anisa kembali masuk ke kamar, sementara Rani dan Aminah asyik menonton televisi.

Sore ini Fatimah tidak memasak, Aminah menyuruh Jaka memasak. Jaka sudah terikat dengan perjanjian, sehingga dia harus masak sebisanya.

Saat melihat Jaka memasak, Fatimah hanya diam saja. Entah mengapa tidak ada niatan untuk membantu.

"Dek, nggak mau bantu aku memasak? Aku takut nggak enak," ucap Jaka.

"Aku capek, mau istirahat. Sekali-kali kamu masak, Mas. Biar tahu kerjaan istri di rumah," jawab Fatimah lalu meninggalkan Jaka.

Jawaban Fatimah sangat menohok, padahal biasanya Fatimah melarang Jaka memasak. Jaka memasak sebisanya, dia tidak mau kena marah Aminah lagi.

"Ya ampun! Adik Ipar aku masak nih. Mana istri kesayangan kamu? Tumben nggak bantuin," ledek Rani.

Jaka acuh saja, toh nggak ada gunanya meladeni Rani. Nggak akan bikin masakan cepat matang.

Merasa di acuhkan, Rani balik menyusul Aminah. Mereka terdengar menggunjingkan Jaka.

"Mandul, sekarang jadi babu. Aduh malang nasibnya," ucap Rani.

"Biarin aja, moga aja masakannya enak." Aminah menimpali.

Mereka asyik menggunjingkan Jaka, Fatimah malah diam saja. Dia bahkan tidak berusaha membela Jaka.

**

Saat makam malam, mereka dengan hati-hati mencicipi makanan Jaka. Mereka takut tidak enak. Namun, ketika sudah tahu enak mereka makan dengan lahap.

"Masakan kamu enak, kalau gitu makan malam kamu yang masak," kata Amimah. "Jangan suruh Fatimah, kasihan dia," lanjut Aminah.

"Bu, jangan suruh Mas Jaka masak terus. Dia laki-laki," bantah Fatimah.

"Kamu kan sudah masak pagi dan siang, jadi malamnya dia. Jangan mau enaknya aja di sini, udah nggak bisa ngasih kita cucu harus nurut sama kita," sahut Santo.

"Tapi, kan...," Ucapan Fatimah terhenti karena dicegah Jaka.

"Tidak apa-apa, biar kamu nggak capek. Aku juga akan bantu pekerjaan yang lain," kata Jaka mengalah.

Jika keluarga Jaka tahu dia diperlakukan seperti itu pasti tidak terima. Tetapi, Jaka tidak mau orang tuanya tahu. Apalagi jika tahu dia mandul. Dia berharap Rosi tidak bercerita pada kedua orang tuanya.

**

Pagi sekali, Jaka menemui Yunita. Dia khawatir jika Yunita memecatnya.

"Bu, Maafkan kelancangan istri saya. Dia tidak tahu jika Ibu adalah bos saya," ucap Jaka. "Saya mohon, jangan pecat saya!" Jaka memohon pada Yunita.

Bukan jawaban yang di dapat Jaka, Melainkan sebuah tawa dari Yunita.

"Kenapa Ibu tertawa? Apa ada yang salah?" tanya Jaka heran.

"Tidak, kamu itu lucu. Siapa yang akan memecat kamu. Aku memang kecewa karena dituduh jadi selingkuhan kamu. Tetapi aku bukan tipe orang yang mencampur adukkan masalah pribadi dengan kerjaan," jawab Yunita.

"Terimakasih, Bu. Saya harap Ibu bisa memaafkan kesalahan istri saya," kata Jaka.

"Tenang saja, aku sudah memaafkan istrimu. Aku tahu, dia pasti takut kehilangan kamu. Cemburu mungkin, saat dia tahu ada wanita mencarimu." Jawaban Yunita membuat Jaka mengulum senyum.

"Lalu untuk apa Ibu meminta saya ke ruangan Ibu?" tanya Jaka.

"Kemarin Jonathan meminta aku mengantarnya ke rumah kamu. Anak itu selalu merepotkan kamu. Dia ingin mengajak kamu jalan-jalan akhir pekan ini. Tapi melihat sikap istrimu, aku jadi tidak yakin. Dia pasti tidak mengizinkan kamu." Yunita sadar posisi.

"Saya akan coba meminta izin pada istri saya, Bu," kata Jaka.

"Tidak usah, biar aku bujuk Jo agar tidak merepotkan kamu," ucap Yunita. "Sekarang kamu bisa kembali bekerja," kata Yunita.

Jaka kembali keruangannya. Beruntung Yunita tidak memecatnya. Yunita memang baik terhadap semua karyawannya tidak hanya kepada Jaka saja.

Ada pesan masuk dari Fatimah.

[Mas, Bu Yunita tidak memecatnya kamu, kan?]

[Tidak, namun dia bilang Jonathan mau mengajak aku jalan-jalan akhir pekan ini.]

[Bertiga dengan Bu Yunita?]

[Tidak biasanya sama baby sitter Jonathan juga.]

Setelah itu tidak ada balasan dari Fatimah.

Jaka melanjutkan pekerjaan dia. Dia tidak ingin mengecewakan Yunita. Jaka merupakan karyawan teladan yang bisa diandalkan.

**

Fatimah baru saja menyetrika, dia segera memasak untuk makan siang. Dia melihat Aminah duduk santai si depan televisi. Tidak ada niatan untuk membantu Fatimah memasak.

"Bu, tolong bantu aku memasak!" pinta Fatimah.

"Kamu ngapain? Tugas rumah ini kan tugas kamu dan Jaka. Ibu tidak mau tahu," balasan Aminah membuat hati Fatimah terluka.

Aminah sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Fatimah kesal, dia memasak sebisanya. Dia sering jengkel pada Ibunya. Aminah tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Semua Fatimah yang handel.

Fatimah senang saat Jaka mau membantu dia memasak. Setidaknya ada yang membantu. Terkadang Fatimah kesal karena pekerjaannya tidak pernah selesai cepat.

"Fatimah, kamu masak banyak kan? Aku dan anakku, mau makan disini juga," kata Rani.

"Kalau ikut makan di sini, bantu aku memasak, Mbak!" pinta Fatimah.

"Nggak ah, Mbk kan nggak bisa masak," bantah Rani.

"Kalau nggak mau, ya udah jangan makan di sini. Beli saja sana!" perintah Fatimah kesal.

Rani mengadu pada Aminah, hingga Aminah marah pada Fatimah.

"Dia kakak mu, biarkan saja di ikut makan bersama kita. Lagi pula ini rumah Ibu," bantah Aminah.

"Terserah Ibu, aku malas masak," kata Fatimah. Setelah mematikan kompor, Anisa langsung masuk ke dalam kamar.

"Fatimah, gimana ini masakannya? Belum selesai loh!'' teriak Aminah.

"Lanjutin saja, Bu. Ajak tuh Kak Rani biar nggak numpang makan aja maunya!" teriak Fatimah dari dalam kamar.

"Bocah gemblong! Siapa sih Bu yang ngajarin dia? Pasti suaminya ya!" Rani kesal.

"Sudah kita lanjutkan saja, dari pada nanti tidak makan!" ajak Aminah.

"Niat hati datang tinggal makan! Eh malah disuruh masak," gerutu Rani.

Terdengar Rani mengomel, dia disuruh Aminah mencuci ikan. Beberapa kali terdengar Rani mengumpat Fatimah. Namun, Fatimah santai saja di dalam kamar.

"Sekali-kali aku yang duduk manis mereka yang masak," ucap Fatimah.

Batu saja Fatimah hendak membaringkan tubuhnya. Terdengar teriakan dari Rani dan Aminah.

"Bu, pelan-pelan!" teriak Rani. "Minyaknya muncrat nih!" bentak Rani.

"Dasar! Kayak baru aja masak sekali, heboh sekali," gumam Fatimah.

Baru saja Fatimah memejamkan mata, terdengar suara Aminah marah-marah.

"Rani, gimana kamu, goreng ikan kok ditinggal gitu?" tanya Aminah. "Mau gosong itu, cepat angkat!" teriak Aminah.

"Aku kebelet, Bu. Ibu aja yang angkat!" teriak Rani dari dalam kamar mandi.

Sesaat kemudian, terdengar jeritan Aminah.

"Sakit.. Panas...panas!" jerit Aminah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adi Saputra
keren bnget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Derita Suami Mandul   Ending

    Jaka dan Yunita tidak hanya mengundang Fatimah dan Angga. Mereka juga mengundang keluarga Adam, keluarga Hasan juga. Dam tentu Santo dan Aminah tidak ketinggalan. Meskipun Jaka hanya mantan menantu tetapi dia tetap menghargai Santo dan Aminah. Pagi sekali Fatimah sudah menyiapkan baju untuk ketiga anaknya. Dia sudah mandi sejak awal. Baru dia memandikan ketiga anaknya. "Ya ampun repot sekali," kata Fatimah. Padahal dia sudah di bantu Mbok Inah dan baby sitter Shaka. Mbok Inah tertawa melihat Fatimah gugup. Dia bahkan sempat kebalik saat memakaikan kaos dalam untuk Shaka. "Jangan gugup, Bu. Nggak akan ketinggalan kereta," goda Mbok Inah. "Bari gantiin baju mereka aja sudah ribet apalagi nanti di sana. Mana Mas Angga nggak mau ajak kalian," kata Fatimah. "Ya nanti kan ada Bu Aminah biar dibantu beliau, Bu," kata Baby Sitter Shaka. "Kalau Shaka pasti main sama Jonathan pasti anteng," lanjutnya. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kal

  • Derita Suami Mandul   Angga Dan Fatimah Bersatu

    Fatimah terus saja berpikir keputusan apa yang akan dia ambil. Dia tidak mungkin meneruskan gugatannya. ''Ibu tahu kamu sangat menyayangi Shaka dan Clarisa. Apa lagi aku lihat Clarisa dekat sekali dengan kamu dan Naura. Jika kamu memutuskan untuk kembali pada Angga Ibu silahkan," kata Aminah. "Ibu akan coba bicara dengan Angga agar dia berubah," kata Aminah. "Sepertinya aku memang harus kembali pada Mas Angga, Bu. Kalau aku meninggalkan dia itu tandanya aku egois," ucap Fatimah. "Semoga Mas Angga mau merubah sikapnya," kata Fatimah. Hari ini adalah tujuh harinya Luna. Itu tandanya Fatimah harus memberi jawaban pada Angga. "Bagaimana Fatimah? Aku menunggu keputusan kamu. Aku harap kamu mau kembali bersamaku. Kita rawat anak kita sama-sama," kata Angga. "Setelah saya pikirkan, saya rasa saya harus tetap bersama kamu, Mas. Anak-anak butuh aku," kata Fatimah. "Angga, aku mau kamu jangan sampai sakiti Fatimah lagi. Kalau sampai kamu sakiti Fatimah lagi, aku

  • Derita Suami Mandul   Luna Kecelakaan

    Setelah mendapat telfon dari Angga, Luna panik. Dia tidak menyangka pria suruhannya itu ditangkap Angga. Dan kini dia ketahuan sebagai dalang dari masalah perselingkuhan Fatimah. "Aku harus kabur, aku nggak mau ditangkap polisi," ucap Luna panik. Luna membereskan bajunya ke dalam koper. Dia tidak membawa ikut serta Clarisa karena bagi dia akan merepotkan. "Bagaimana kalau sampai aku tertangkap?" tanya Luna. Dia menyeret kopernya keluar kamar. "Bu, kamu mau kemana?" tanya Mbok Inah saat melihat Luna membawa koper. "Aku mau pergi, kamu jaga Clarisa. Aku nggak mungkin bawa dia," jawab Luna panik. Dia segera membawa mobilnya pergi dari rumah Angga. Dia terburu-buru sekali. Di tengah jalan dia mendengar ada sirine mobil polisi dia semakin parno. Dia tancap gas sekencang mungkin agar tidak bertemu polisi. Luna bahkan beberapa kali menerobos lampu merah di jalan yang sedikit sepi. Dia tidak peduli dengan keselamatan dia lagi. Dari arah yang berlaw

  • Derita Suami Mandul   Pernikahan Diujung Tanduk

    "Mas, maksud kamu apa?" tanya Fatimah. "Kamu kemarin hanya nolongin aku untuk antar aku ke rumah Kak Rani. Kenapa malam ngaku-ngaku kita ada hubungan?" tanya Fatimah. "Loh memang kita ada hubungan, kan?" tanya Pria itu. "Kamu jangan ngarang," bantah Fatimah. "Nah udah ketahuan dia selingkuh. Kenapa masih kamu pertahankan dia, Mas," sahut Luna. "Sudah ayo kita pergi!" ajak Angga pada Luna. Angga meninggalkan Fatimah dan keluarganya. Dia tidak mau terus berdebat. Bahkan Angga malah mengajak Luna langsung pulang. Acara mereka jalan-jalan gagal total. Fatimah dan keluarganya juga pulang. Mereka tidak menyangka pria itu berbohong di depan Angga. "Siapa sih pria tadi? Dia kok malah berbohong?" tanya Rani. "Sudah kalian tenang saja, saya sudah suruh orang selidiki dia. Aku yakin ada orang lain dibelakang dia," jawab Adam. "Maksud Mas Adam dia disuruh orang?" tanya Rani. ''Betul sekali," jawab Adam. "Pasti ulah Luna," sahut Fatimah.

  • Derita Suami Mandul   Sandiwara Luna

    Fatimah sudah berada di rumah Rani. Beruntung tadi dia bertemu pria baik yang mau mengantar dia sampai di rumah Rani. Awalnya Fatimah menolak karena tidak kenal orang tersebut. Tetapi lama-lama dia mau karena Naura terus saja rewel. "Terima kasih, Mas. Maaf saya tidak bisa balas dengan apapun," kata Fatimah. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya senang melihat Mbak sudah sampai tujuan dengan selamat. Lagian suami Mbak tega sekali membiarkan istrinya pergi sendiri membawa anak kecil," kata pria itu. "Saya permisi, Mbak!" ucap pria itu lalu pergi. Fatimah masuk ke rumah Rani. Dia beristirahat di kamar tamu yang sudah di sediakan pembantu Rani. "Kalau butuh sesuatu bisa panggil saya, Mbak," ucap pembantu Rani. "Iya, Mbak," jawab Fatimah. Dia menidurkan Naura yang sudah terlelap di atas ranjang. Dia merasa kasihan karena membawa Naura panas-panasan. Malamnya Rani datang, dia sedih melihat keadaan Fatimah saat ini. Namun, sebagai kakak dia akan mensupport apapun k

  • Derita Suami Mandul   Meminta Cerai

    Angga melotot dia tidak menyangka Fatimah akan berani menggugat cerai Angga. Angga tidak mau jika Fatimah meninggalkan dia. "Jangan asal bicara. Pikirkan dulu ucapan kamu!" pinta Angga. "Aku tidak akan menceraikan kamu, dan kamu tidak akan bisa menceraikan aku," kata Angga. "Kenapa kamu takut? Bukanya kamu sudah ada Luna?" tanya Fatimah. "Aku tidak mau ya tidak mau," jawab Angga. "Kamu egois, Mas," kata Fatimah. Dokter masuk, seketika mereka diam. "Pak Angga, Bu Fatimah sudah boleh pulang sore ini," kata Dokter. "Baik, Dok. Terimakasih," kata Angga. Fatimah tidak mau melihat ke arah Angga. Dokter memeriksa keadaan Fatimah. "Bu Fatimah banyak istirahat ya. Jangan sampai salah makan lagi," kata Dokter. "Baik, Dok," ucap Fatimah. Dokter keluar dari ruangan Fatimah. Angga juga kembali ke kantor tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Fatimah.** Sorenya Angga menjemput Fatimah dan juga Mbok Inah. Mereka saling diam bahk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status