“Mau ambil gelas yang mana?” tanya Rafael dengan nada rendah mengagetkan Kirei hingga membuat gadis itu terpekik kaget dan oleng seketika!Refleks, Rafael menangkap pinggang Kirei ke dalam pelukannya, jika tidak, dapat dipastikan kalau Kirei pasti akan meluncur mulus diatas lantai!“Kamu kenapa kesini?! Bukannya aku udah bilang tunggu di ruang tamu! Ngagetin aja!” omel Kirei dan melompat turun dari pijakan kayu serta tidak lupa berusaha melepaskan diri dari pelukan Rafael, apalagi tangan pria itu masih berada di pinggang Kirei! Wajah Kirei memerah tanpa dapat dicegah saat mendapati tangan Rafael melingkari pinggangnya!Belum pernah ada pria yang berani memeluknya atau melingkarkan tangannya di pinggang Kirei seperti ini. Hanya Rafael saja yang berani melakukannya! Apa karena Rafael adalah calon suaminya makanya pria itu berani melakukannya? Atau memang itu hanya gerakan refleks dari Rafael? Menyelamatkan Kirei agar tidak mencium lantai!
Kirei menatap pantulan wajahnya di cermin dengan gugup, tidak menyangka kalau hari ini akhirnya akan datang juga! Hari pernikahannya dengan Rafael. Ya Tuhan! Apa Kirei sudah mengambil keputusan yang tepat?Bagaimana bisa Kirei menyetujui pernikahan gila ini dengan pria yang tidak memiliki perasaan apapun padanya? Apakah Kirei masih memiliki waktu untuk melarikan diri? Bisakah ia melakukannya?Kirei menatap ke sekeliling ruang tunggunya yang sepi, hanya ada satu orang WO yang berjaga di dekatnya jika sewaktu-waktu Kirei butuh bantuan. Tapi saat ini yang Kirei butuhkan adalah bantuan untuk melarikan diri!Apakah crew WO itu bisa membantunya? Kirei menggeleng pelan, berusaha menjernihkan pikirannya yang sudah setengah gila saking gugupnya.‘Tidak! Kamu jangan gila, Kirei! Tenangkan dirimu, semuanya pasti akan baik-baik saja. Setelah ini Mama akan operasi transplantasi ginjal dan tidak lama kemudian Rafael akan menceraikanmu, kamu hanya perlu giat membu
Kirei berganti dengan kimono hotel dan pemandangan itu membuat ingatan Rafael melayang pada saat mereka bertemu pertama kali. Karena kesalahpahaman itulah yang membuat Rafael akhirnya dapat menikah dengan Kirei hari ini.Kirei mencoba beristirahat sebentar sebelum harus kembali memperbaiki make up nya yang sudah luntur akibat airmatanya tadi. Tubuhnya terasa lelah, terlebih lagi karena harus mengenakan gaun yang lumayan berat. Tubuh mungil Kirei terasa pegal karena gaun pengantinnya sendiri.Acara sore ini akhirnya dimulai, saat ini hanya acara santai untuk berbincang dengan teman dan keluarga. Kirei cukup lelah saat Rafael memperkenalkan Kirei kepada rekan sejawat ataupun rekan bisnis daddy Rayhan. Kenapa bisa begitu banyak?Setelah memiliki waktu untuk istirahat sebentar, mata Kirei berkeliling mencari mama Inara dan menemukannya sedang ngobrol dengan Vanya. Duduk nyaman di salah satu area kursi VIP, khusus untuk keluarga.Kirei mengingatkan dirinya sen
Kirei terpekik kaget saat Rafael menarik pinggangnya hingga membuat dirinya berada dibawah tubuh kekar suaminya, menggagalkan usaha Kirei untuk melepaskan diri dari pelukan erat sang suami.“Astaga, Rafa! Cepetan minggir!” usir Kirei panik, takut suaminya khilaf, terlebih lagi mereka sudah sah menikah! Padahal Kirei sendiri belum siap untuk melakukannya dan mungkin tidak akan pernah siap karena Kirei masih berharap dapat bercerai dari Rafael setelah satu tahun berlalu.“Mau kemana?” tanya Rafael tanpa mempedulikan kepanikan dari istri kecilnya.“Mandi! Terus ketemu Mama,” jawab Kirei sambil terus berusaha mendorong tubuh Rafael agar menyingkir dari atas tubuhnya, meski pada kenyataannya bergeser sedikitpun tidak! Rafael bagaikan batu karang yang tidak bisa disingkirkan!Kirei mendengus kesal saat sadar usahanya sia-sia, dengan kesal Kirei melirik kearah Rafael yang sedang tersenyum lebar melihat keputusasaannya.
“Oh! Bicara mengenai rumah sakit, dalam waktu dua minggu lagi Mama Inara sudah bisa menjalani prosedur transplantasi. Jadi dalam 2 hari ke depan kondisi Mama Inara harus benar-benar dipastikan cukup kuat untuk melakukan pemeriksaan sebelum menjalani operasi.”Kirei terbeliak kaget saat mendengar ucapan Rafael.“Kamu serius? Mama udah dapat pendonor?”“Serius dong, Kirei. Si pendonor sudah melakukan semua tes dan hasilnya menyatakan kalau ginjalnya layak untuk diberikan ke mama Inara.”“Lalu bagaimana dengan si pendonor itu nantinya? Bukankah dia akan merasa tidak maksimal dalam beraktivitas nantinya?”“Memang tapi itu semua murni keputusan si pendonor dan kami sebagai dokter sudah menjelaskan resikonya kepada beliau dan beliau tetap menyetujuinya. Mungkin membutuhkan biaya.”“Lalu setelah operasi nanti apa tubuh Mama benar-benar dapat menerima ginjal baru tersebut?” tany
Alice membuka pintu apartemennya dan menemukan seorang pria berwajah asia berdiri di depan pintu dengan senyum nakal.“Kenapa tidak mengabari jika ingin datang?” tanya Alice sambil membiarkan pintu terbuka lebar, mempersilahkan sang pria masuk tanpa perlu berkata apapun.“Aku merindukanmu, Sayang.”“Oh ya? Kamu merindukanku atau tubuhku?” balas Alice tanpa rasa malu.“Keduanya, Sayang,” balas sang pria asal Hong Kong yang bernama Ken tanpa ragu dan tanpa rasa malu.“Aku dengar tahun depan kamu akan kembali ke Jakarta, apa betul?” selidik Ken.“Ya begitulah. Kontrak kerjaku disini hanya 2 tahun. Dan juga sekarang aku sudah berhasil menjadi model terkenal jadi tahun depan sudah saatnya aku kembali ke Jakarta,” balas Alice sambil lalu.“Lalu bagaimana dengan hubungan kita?”“Hubungan kita? Hubungan apa yang kamu maksud? Kita hanyalah teman ti
Ruang makan terasa begitu hening dan mencekam meski ada sepasang pengantin baru yang duduk di ruangan itu. Perang dingin masih berlangsung, tidak ada yang ingin mengalah. Tapi keheningan langsung pecah begitu saja saat tidak terduga Reynard muncul di ruang makan rumah Rafael!“Hai, Kirei! Apa aku boleh ikut makan malam disini?” tanya Reynard, mengabaikan Rafael, padahal sebenarnya yang memiliki rumah ini adalah Rafael tapi kenapa adiknya malah minta ijin pada Kirei? Rafael tidak dianggapkah? Kurang ajar!“Tentu saja boleh. Makanlah. Tapi aku tidak tau apa masakanku akan cocok dengan selera kamu atau tidak.”“Kamu masak sendiri?” tanya Reynard takjub.“Iya.”“Wah! Rafa sungguh beruntung dapat menikah denganmu! Ahh! Andai saja kamu menolak menikahi Rafa aku pasti akan langsung mengincarmu! Kamu memang calon istri idaman!”“Rey!” tegur Rafael dengan wajah marah.&ldq
Kirei hanya bisa berdoa dalam hati saat Rafael mengungkung tubuhnya diatas ranjang. Berharap agar Rafael tidak lepas kendali! Jangan sampai pria itu memaksakan dirinya pada Kirei!“Lepas! Kamu ngapain sih?!” teriak Kirei antara marah dan takut.“Meski usia kita berbeda jauh tapi aku yakin kalau aku akan dapat memuaskanmu, Kirei!” geram Rafael kesal.Ucapan Rafael membuat Kirei semakin panik! Tidak! Tidak boleh! Rafael tidak boleh melakukan hal itu padanya! Sampai kapanpun tidak boleh! Rasanya Kirei tidak akan pernah siap! Bagaimana kalau dirinya hamil nanti?Meksi sudah berusia 20 tahun Kirei benar-benar tidak memahami mengenai masalah hubungan intim antara suami istri! Meski banyak teman sekolahnya yang mengajak Kirei untuk menonton film biru tapi Kirei tidak pernah berani menontonnya!Takut! Ngeri! Membayangkan milik seorang pria masuk ke dalam kewanitaannya saja sudah membuat Kirei ketakutan setengah mati! Pasti rasanya a