Pintu ruang rawat di depannya terbuka menampilkan wajah Kirei yang terlihat sembab, terlihat jelas kalau gadis itu baru saja menangis cukup lama, meski sekarang air matanya tidak mengalir lagi.
“Lho? Tuan kok masih disini? Saya tadi udah bilang terima kasih kan ya?” ucap Kirei polos, merasa heran dengan keberadaan Rafael di rumah sakit ini.
“Bagaimana kondisi mama kamu?” tanya Rafael mengabaikan pertanyaan Kirei yang ditujukan padanya.
“Kata suster kondisinya sudah mulai normal tapi masih belum sadar,” jawab Kirei letih.
Kirei memaksakan senyum di wajahnya yang tampak sedih, berusaha agar tidak ada satu orangpun yang mengasihaninya seperti yang sedang dilakukan oleh Rafael sekarang.
“Mama pasti akan baik-baik saja. Oh ya terima kasih atas tumpangannya tadi. Ini sudah malam lebih baik tuan pulang.”
“Kamu tidak pulang?”
“Saya akan tidur disini.”
“Tidur disini?” ulang Rafael bingung.
“Iya,” balas Kirei tidak memahami kebingungan Rafael.
Bagaimana caranya gadis ini tidur di rumah sakit? Dengan ruang rawat kelas 3 yang tergabung menjadi satu dengan 6 orang pasien dalam satu ruangan. Tidak ada sofa pula. Mau tidur dimana gadis ini? Tapi keheranan Rafael tidak berlangsung lama karena suara Kirei kembali mengusiknya.
“Tuan, saya harus ke kasir dulu. Lebih baik tuan pulang sekarang. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengantar saya ke rumah sakit.”
Kirei meninggalkan Rafael begitu saja membuat pria itu bertanya-tanya apakah Kirei benar seorang gadis? Karena selain wajahnya yang cantik tapi sikapnya sama sekali tidak anggun! Cenderung cuek dan ceplas ceplos!
Rafael melangkah di belakang Kirei tanpa gadis itu sadari.
“Malam, saya mau cicil tagihan untuk pasien atas nama ibu Inara.”
Petugas kasir yang melihat Rafael berdiri di belakang Kirei baru hendak menyapanya saat Rafael bergegas menempelkan jari telunjuk di bibirnya, mengisyaratkan agar mereka diam yang segera dilakukan oleh petugas kasir tersebut.
“Ini tagihannya, Nona.”
“Hah?! 45 juta? Kemarin cuma 40 juta kenapa sekarang jadi nambah sebanyak ini?” tanya Kirei hampir menangis melihat angka yang ada di tangannya.
‘Hutangnya bertambah 5 juta dalam sehari? Sudah gilakah dunia ini?’ batin Kirei.
“Ini karena ada biaya tindakan dokter, obat dan juga tadi pagi ibu anda menjalani hemodialysis,” jelas sang kasir.
“Saya bayar sedikit dulu ya, Kak.”
Kirei mengeluarkan beberapa lembar pecahan 100 dollar yang tadi diberikan oleh Hendra. Kirei saja tidak tau ada berapa lembar! Kasir menghitung dan ternyata ada 5 lembar yang berarti totalnya 500 dollar.
“500 dollar kalau dirupiahkan menjadi 7 juta rupiah ya, Nona.”
Kirei mengangguk. Hutangnya masih tersisa 38 juta. Sekarang dirinya harus mencari uang itu kemana? Belum lagi biaya pengobatan ibunya yang harus berjalan terus menerus. Kirei menunduk menahan tangis tanpa menyadari kalau Rafael memperhatikannya sejak tadi.
Kirei benar-benar tidak memperhatikan sekelilingnya, seolah hanya ada dirinya di dunia ini. Sekarang yang ada di pikiran Kirei hanyalah cara untuk mengumpulkan uang dengan cepat! Apakah Kirei harus menjual dirinya?
‘Tidak! Jangan gila kamu, Kirei! Jangan ambil jalan pintas! Pasti ada cari lain!’ tekad Kirei menyemangati dirinya sendiri.
Kirei masuk ke dalam kamar rawat dan tidak keluar lagi dari sana membuat Rafael nelangsa. Karena penasaran perlahan Rafael masuk ke dalam ruang rawat dan mengintip tirai yang tertutup, mencari Kirei ada di tirai yang mana. Dan pemandangan yang dilihatnya begitu menyedihkan.
Disana. Kirei duduk di kursi dan tidur sambil membungkuk memegangi tangan mamanya. Rafael mengerjap memastikan bahwa penglihatannya memang tidak salah. Memastikan kalau gadis itu benar-benar dapat tidur sambil menjaga mamanya seperti itu. Benar-benar tidak disangka!
‘Bagaimana Kirei bisa tidur seperti itu? Membungkuk semalaman? Gadis itu sudah gila!’ batin Rafael kesal melihat seseorang tidak menghargai kesehatan seperti itu.
“Sudahlah! Abaikan saja! Lebih baik aku pulang ke rumah dan tidur!” gumam Rafael dan pergi meninggalkan rumah sakit begitu saja!
***
Sementara itu ribuan mil dari Jakarta tampak sebuah siluet yang begitu seksi sedang asyik bergumul di atas ranjang. Sang pria asyik mendominasi tubuh wanita yang berada di bawah tubuhnya. Menghujam begitu dalam hingga desahan dan erangan saling sahut menyahut di dalam kamar tidur yang sudah tampak begitu kacau. Menandakan bahwa mereka berdua begitu menikmati penyatuan yang terasa begitu panas di setiap detiknya.
Melihat betapa berantakannya ranjang mereka sudah terlihat jelas kalau pergumulan itu sudah berlangsung sejak tadi, entah sudah berapa lama! Tapi saat melihat kedua pasangan yang sedang dilanda gairah itu sepertinya pergumulan itu masih akan tetap berlangsung berjam-jam lagi. Sampai mereka berdua terkapar lemas dan tidak sanggup melakukannya lagi.
“Fuck me harder, please!” pinta sang wanita nakal membuat sang pria merasa semakin tertantang agar dapat memuaskan wanita yang sedang menikmati keperkasaan juniornya.
“With my pleasure, Baby!”
Setelah berkata seperti itu sang pria semakin mendominasi. Kejantanannya keluar masuk dengan cepat dan dalam membuat sang wanita menjerit nikmat berulang kali.
“I’m coming! Arghhh!”
Pekik kenikmatan sang wanita memenuhi kamar dan suara lolongan pria yang sedang mencapai puncak mengikuti setelahnya. Kedua insan itu terkulai lemas setelah mencapai pelepasan bersama.
“Oh my God! You are so fucking awesome, Baby. Your dick is so big and hard!”
Pujian sang wanita membuat pria itu tertawa bahagia.
“Aku bahagia bisa memuaskanmu, Sayang. Apa itu berarti aku lebih hebat daripada kekasihmu yang ada di Jakarta?”
“Entahlah. Kami belum pernah melakukannya. Tapi aku yakin kalau kamu lebih hebat, Baby,” puji Alice tanpa rasa malu karena telah mengkhianati sang kekasih yang setia menunggunya di Jakarta!
***
Rafael menggeram kesal saat setibanya di rumah dan hendak istirahat tapi nyatanya matanya malah tidak mau diajak kompromi dan tidak bisa tidur sama sekali! Rafael terpaksa mengambil pil tidur yang ada di dalam laci kamarnya.
Sebelumnya tidak pernah Rafael meminum obat tidur, tapi khusus kali ini terpaksa dirinya memerlukan pil tidur agar dapat terlelap. Efek obat mulai bekerja membuat Rafael mengantuk dan tertidur tanpa sadar.
Rasanya Rafael baru saja terlelap sebentar saat suara mommynya terdengar begitu nyaring di telinganya membuat Rafael terlonjak kaget! Dan kekagetannya semakin menjadi saat melihat sang mommy berdiri sambil berkacak pinggang di samping ranjangnya. Rafael mengerang kesal dan mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih berserakan!
“Aku masih ngantuk, Mom!”
“Kenapa kamu pulang? Bagaimana dengan Kirei?”
“Dia masih di rumah sakit menjaga mamanya, Mom.”
“Lalu kenapa kamu pulang? Bukankah semalam Mommy bilang jangan pulang. Kamu harus temani Kirei!”
“Untuk apa, Mom? Lagipula aku mau tidur dimana? Mamanya Kirei di ruang rawat kelas 3. Kirei aja tidur membungkuk di samping ranjang mamanya. Lalu aku harus tidur dimana?” tanya Rafael berharap dengan begitu mommynya dapat memaklumi tindakannya semalam namun nyatanya itu hanya harapan Rafael saja karena bukannya maklum tapi dirinya malah semakin diomeli oleh mommynya!
“Astaga! Sudah tau begitu bukannya kamu membantu Kirei tapi malah meninggalkannya? Pria macam apa kamu? Apa Mommy dan Daddy pernah mengajarkan kamu untuk bersikap tidak gentle seperti itu?” sungut mommy Carol.
“Mom!”
“Jangan banyak membantah! Cepat kamu mandi dan segera ke rumah sakit!”
Rafael menggeram kesal dan terpaksa menuruti ucapan mommynya daripada diocehin terus menerus sampai budek! Tidak sampai 30 menit Rafael sudah melesat kembali ke rumah sakit. Padahal baru pukul. 6.30!
Kirei merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal, ia melirik jam di ponselnya dan ternyata baru pukul. 6.17. Kirei menguap lebar dan terdengar suara lembut mamanya.
“Apa tidur kamu nyenyak, Nak?”
“Mama! Akhirnya Mama sadar juga. Kirei khawatir.”
“Maafkan Mama karena lagi-lagi bikin kamu khawatir. Rasanya mama selalu membuat beban pikiran kamu semakin banyak, Nak.”
“Mama ngomong apa sih? Yang penting sekarang Mama udah baik-baik aja,” ucap Kirei menenangkan mamanya yang tampak merasa bersalah.
Mereka berbincang sebentar sebelum alarm Kirei kembali berbunyi, tanda kalau dirinya sudah harus bersiap untuk bekerja. Ya, Kirei memiliki 4 pekerjaan dalam satu hari. Gilakan? Tapi mau bagaimana lagi, bekerja seperti orang gila saja Kirei masih belum mampu melunasi biaya rumah sakit bagaimana jika tidak bekerja?
Mungkin banyak yang terheran kenapa dirinya mengambil pekerjaan paruh waktu seperti ini, sebenarnya jika bisa Kirei juga ingin bekerja seperti orang lain. Kerja di kantor dengan gaji yang memadai tapi apa daya karena pendidikannya hanya tamatan SMA jadilah Kirei terpaksa mencari pekerjaan secara serabutan!
Karena meski sudah berulang kali melamar pekerjaan tapi Kirei belum beruntung juga, membuatnya putus asa. Untungnya saat itu ada temannya yang menawarkan pekerjaan sambilan jadi ya sudah mau tidak mau Kirei menerimanya dan keterusan sampai sekarang!
Memang pekerjaan Kirei apa aja sih? Dengan senang hati dirinya akan menjelaskan meski Kirei sadar setelah mendengar penjelasannya orang lain pasti akan semakin bingung karena pekerjaannya hanya beberapa jam saja di setiap tempat!
Jam 7.30 sampai 11.00 Kirei bekerja sebagai cleaning service di sebuah kantor kecil yang hanya memiliki 8 orang karyawan.
Jam 12.00 sampai 15.00 Kirei bekerja sebagai kasir di sebuah gerai kopi ternama.
Jam 16.00 sampai 19.00 Kirei bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran milik temannya.
Jam 20.00 sampai tengah malam Kirei bekerja sebagai pemandu lagu, pekerjaan yang baru didapatkannya kemarin.
Tentu saja semua membayarnya dengan upah minimum perjam tapi Kirei tidak memiliki pilihan lain jadi ya jalani saja. Daripada hanya menjadi pengangguran jadi lebih baik menjalani pekerjaan yang ada di depan matanya kan? Syukur-syukur selama ini dapat memenuhi kebutuhan hidup Kirei dan mamanya!
Meski pas-pasan tapi setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Hanya saja semenjak mamanya sakit 3 tahun lalu membuat Kirei semakin ketar ketir karena ada pengeluaran tambahan secara rutin yang harus keluar setiap bulannya. Dalam jumlah besar pula!
Tapi Kirei tidak bisa mengeluh karena bukan kemauan mamanya juga kan kalau beliau harus sakit? Maka dari itu Kirei berusaha menguatkan dirinya, bekerja mati-matian untuk membayar biaya pengobatan sang mama.
“Ma, Kirei berangkat kerja dulu ya? Mama baik-baik disini, beberapa hari lagi kita akan pulang ke rumah,” ucap Kirei setelah mandi seadanya di rumah sakit ini.
“Jaga diri baik-baik, Nak.”
“Oke, Ma. Bye!”
Kirei keluar dari ruang rawat dengan tergesa dan terpekik kaget karena dirinya hampir saja menabrak seseorang yang tampak berdiri kokoh di hadapannya. Untung Kirei memiliki refleks yang bagus dan segera mengerem langkahnya.
“Maaf!”
Kirei mendongak dan menemukan Rafael kembali muncul di hadapannya. Sepagi ini pula! Kirei mengerutkan kening dengan heran, kenapa sejak semalam dirinya jadi sering bertemu dengan Rafael ya? Apa pria itu berubah menjadi stalker dan mengikutinya terus? Tidak mungkin! Apa untungnya?
“Maaf, Tuan. Saya permisi.”
“Kamu mau kemana?” tanya Rafael heran melihat Kirei sudah tampak rapi, padahal baru jam 7 kurang.
“Kerja,” jawab Kirei polos.
“Kerja? Sepagi ini?”
“Hmm… saya harus pergi sekarang kalau nggak pasti nanti terlambat. Permisi!”
Karena rasa penasaran yang tinggi Rafael memutuskan mengikuti Kirei, kebetulan hari ini dirinya libur, tidak ada praktek!
Kirei bekerja seperti biasa, membersihkan kantor kecil yang untungnya tidak terlalu melelahkan namun selain menjadi cleaning service, Kirei merangkap sebagai office girl dan harus membantu karyawan untuk membeli sarapan atau makan siang sebelum dirinya pulang dan berlanjut ke pekerjaan paruh waktu selanjutnya.Di pekerjaan kedua saat Kirei sedang bertugas sebagai kasir, muncul Rafael lagi, membeli kopi. Meski heran tapi Kirei tidak berkata apapun dan hanya menyiapkan pesanannya tanpa kata.Di pekerjaan ketiga Kirei begitu sibuk melayani pembeli, entah itu mencatat dan mengantar pesanan atau hanya sekedar membersihkan meja. Lagi-lagi Kirei menemukan Rafael duduk memesan sesuatu membuat gadis itu tidak habis pikir!Dan sekarang disaat dirinya bekerja di tempat karaoke, lagi-lagi Rafael meminta Kirei menemaninya!Astaga! Sudah gilakah pria itu? Kenapa harus muncul terus menerus di depan Kirei?! Memangnya Rafael tidak punya pekerjaan? Bukannya dia seorang dokter? Atau pria itu memang seor
“Syarat apa, Tuan?”“Aku akan menikahimu dalam bulan ini!” tegas Rafael membuat Kirei terbelalak.“Hah? Apa?! Menikah?! Tidak mau!”“Aku akan memberikan uang kompensasi yang besar untukmu. Hanya pernikahan kontrak selama satu tahun.”“Astaga! Pernikahan itu hal sakral, Tuan. Bagaimana bisa anda mempermainkannya begitu saja? Sambil ngajak saya pula! Bikin saya ikutan dosa juga nantinya,” sungut Kirei kesal.“Jika tidak Mommy akan terus menerus mendesakku untuk menikahimu dan aku yakin kalau Mommy akan mencari kamu juga.”“Astaga! Apa Nyonya masih dengan niatnya itu?”“Iya!”“Ya Tuhan! Apakah ucapan saya kemarin kurang jelas, Tuan? Perlu saya ulang berapa kali lagi supaya Nyonya mengerti dan tidak memaksakan pernikahan itu pada kita?” tanya Kirei tak percaya.“Sangat jelas. Tapi Mommy memang seperti itu. Makanya lebih baik kita pura-pura menikah, setelah satu tahun kita akan bercerai. Lagipula aku memiliki pacar sekarang.”“Ya sudah kalau begitu nikahi pacar anda saja! Kenapa harus deng
“Kalau perlu saya berani cek ke dokter untuk buktiin kalau saya masih tersegel alias perawan ting ting!” ucap Kirei membuat Rafael mendengus, menahan tawa yang hendak keluar begitu saja akibat ucapan polosnya barusan.Ucapan Kirei yang begitu jujur membuat Rafael menahan tawanya menjadi senyum tipis, tidak menyangka ada gadis yang berani mengaku di hadapan pria dewasa sepertinya kalau dirinya masih perawan ting ting! Gadis ini sungguh lucu dan tidak terduga!“Baiklah, aku akan coba jelaskan ke Mommy tapi kalau misal Mommy masih memaksa maka aku akan cari kamu dan kita bahas masalah pernikahan ini bertiga, okay?”“Okay! Ya udah saya pulang dulu. Bye!”Rafael bangkit mengejar gadis yang sudah berjalan pergi mendahuluinya. Dengan kaki panjangnya bukan hal yang sulit karena hanya perlu beberapa langkah dan Rafael dapat langsung mensejajari langkah Kirei, menahan langkah gadis itu.“Aku antar kamu ke rumah sakit biar lebih cepat.”“Eh! Gak usah, Tuan. Saya udah biasa sendiri.”“Ini udah ma
“Mommy tidak peduli dengan alasan-alasan kalian. Pokoknya dalam bulan ini Mommy akan siapkan pernikahan paling meriah untuk kalian!” tegas mommy Carol tidak terbantahkan membuat Kirei menatap Rafael dengan frustasi! Begitu juga dengan Rafael yang menyerah kalah pada keinginan mommynya itu.“Hah? Tetap harus menikah? Kami gak saling cinta gimana kalau pada akhirnya nanti kami cerai? Apa Mommy mau seperti itu?” tanya Kirei.“Kalian tidak akan bercerai. Karena jika sampai kalian bercerai, maka Rafael akan langsung Mommy usir dan coret dari kartu keluarga! Tidak ada ampun bagi pria yang tidak bisa menjaga keutuhan rumah tangganya!”“Mom! Kirei yang menolak menikah kenapa harus aku yang kena imbasnya? Dan lagi Kirei juga yang bahas soal perceraian. Bukan aku!” omel Rafael tak terima.“Maka dari itu kamu harus bisa membujuk Kirei agar mau menikah dengan kamu dan berjanji tidak akan pernah bercerai.”
“Kakak kamu sudah mengambil kegadisan Kirei beberapa malam lalu di hotel!” beritahu mommy Carol membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan tersentak kaget!“What?! Lo gila, Bro? Lo mau dipenjara karena udah perkosa cewek polos kayak gini? Atau malah cewek ini masih dibawah umur?” tuduh Reynard.“Meski gue seorang pengacara, gue gak bakal sudi ya bantuin lo dalam kasus itu kalau sampe dibawa ke polisi!” tolak Reynard langsung.Rafael menggeram kesal mendengar tuduhan adiknya. Memperkosa? Polisi? Kasus? Bah! Siapa juga yang melakukan hal terkutuk itu!“Aku tidak pernah melakukannya, Mom! Aku tidak memperkosa Kirei!” raung Rafael, mulai kesal karena dituduh melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.Apalagi di dalam ruang makan ini banyak pelayan yang pasti mendengar ucapan mommynya barusan! Dan itu bahaya karena dapat membuat reputasinya tercoreng!Bagaimana kalau para pelayan itu bergo
“Dalam minggu ini Mama sudah boleh pulang kok, Ma. Kenapa? Udah gak betah ya?” tanya Kirei sambil memaksakan senyumnya.“Bagaimana dengan biayanya? Apa uangnya cukup? Biayanya pasti sangat besar kan, Nak?” tanya mama Kirei khawatir.“Soal itu Mama tenang aja. Kirei yang urus semuanya!” ucap Kirei menenangkan.“Maaf karena Mama selalu membebani kamu, Nak.”“Mama ngomong apa sih? Kirei gak ngerasa kayak gitu kok!”Perbincangan antara ibu dan anak itu terputus saat dokter masuk, namun betapa kagetnya Kirei saat melihat Rafael dalam jubah dokternya.‘Sedang apa pria itu disini? Bukankah biasanya yang visit dokter Hermawan? Kenapa jadi Rafael? Dan sejak kapan pria itu jadi dokter di rumah sakit ini?’ batin Kirei bingung. Berbagai macam pertanyaan berkelebat di otak kecilnya. Bahkan saking kagetnya Kirei sampai tidak memperhatikan kalau Rafael sudah selesai memeriksa mamanya.
“Karena Kirei menolak untuk menikah denganku!” jawab Rafael dengan nada dongkol.Tawa daddy Rayhan membahana di dalam ruangan saat mendengar jawaban putra sulungnya yang terdengar begitu kesal.“Jadi kamu ditolak mentah-mentah oleh gadis belia itu?” ejek daddy Rayhan.Rafael semakin memberengut kesal mendengar ucapan daddynya yang seolah sedang mengejeknya! Ahh! Bukan seolah tapi daddynya memang sedang mengejeknya!“Bagaimana bisa Kirei menolak putraku yang tampan ini? Apa dia tidak tau kalau banyak kaum hawa yang ingin diperistri olehmu?” ledek daddy Rayhan membuat Rafael semakin kesal.“Sudahlah, Dad! Bagus Kirei menolak menikah denganku, lagipula Daddy juga tau sendiri kalau aku sudah memiliki kekasih yaitu Alice!” jawab Rafael, mencoba kembali menaikkan harga dirinya yang seolah terhempas jatuh akibat ucapan daddynya yang mengatakan dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh Kirei! Ya, memang benar
Vanya tidak bisa konsentrasi sama sekali dengan pelajaran kuliahnya, pikirannya masih terpikir dengan ucapan Kirei semalam yang ingin menjual keperawanannya. Entah kenapa, Vanya merasa kali ini sahabatnya itu serius saking putus asanya.Maka selesai kuliah Vanya langsung menghubungi Leon, memastikan kecemasannya, namun sialnya pria itu tidak mengangkat panggilannya sama sekali. Terpaksa Vanya mendatangi tempat karaoke itu saat sore dan langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Leon membuat pria itu terlonjak kaget.Leon memaki pelan saat melihat kedatangan Vanya, pria itu sadar tidak mungkin menghindar dari Vanya lebih lama lagi. Tadi saat Vanya meneleponnya, Leon bisa tidak mengangkatnya tapi sekarang saat gadis ini sudah berada di depannya Leon yakin dirinya tidak bisa menghindar dan harus bersiap menerima kemarahan Vanya sebentar lagi!“Apa lo bantu Kirei cari pelanggan?” tanya Vanya tajam tanpa tedeng aling-aling membuat Leon tergeragap, menguatk