Seorang wanita paruh baya membuka ponsel dan terkesiap kaget saat melihat foto yang masuk ke dalam ponselnya, secepat kilat wanita itu meminta supir melarikan mobilnya menuju lokasi yang tertera. Hendak memastikan satu hal.
Sementara itu di hotel….
“Berapa nomor kamarnya, Tuan?”
Hendra menatap access card di tangannya dan menjawab pelan,
“Lantai 18. Nomor kamar 1818.”
Akhirnya Kirei dan Hendra berhasil membaringkan Rafael ke atas ranjang dengan susah payah. Nafas mereka tersengal karena beban tubuh Rafael yang begitu berat membuat mereka seolah mengangkat beban berton-ton.
Ponsel Hendra berbunyi hingga pria itu harus menyingkir sejenak keluar kamar dan kembali beberapa detik kemudian dengan raut panik.
“Saya pulang duluan. Ayah saya kena serangan jantung!”
“Ta.. tapi…”
Kirei belum sempat menyelesaikan ucapannya saat pintu kamar berdebum tertutup, meninggalkan dirinya berdua saja dengan Rafael yang masih tampak mabuk.
‘Aduh! Mesti gimana nih? Tinggal aja gak apa kan? Lagian kata pria tadi cuma perlu bantu papah aja. Dan sekarang karena dia udah tidur disini jadi gak masalah dong ditinggal?’ gumam Kirei galau.
Kirei menatap lekat wajah Rafael, wajah yang tampak jelas sedang kalut. Baru saja Kirei menatap wajah Rafael saat kedua mata pria itu terbuka lebar dan Rafael berlari menuju kamar mandi karena rasa mual yang tidak tertahankan membuat Kirei terkesiap kaget!
Rafael keluar beberapa saat kemudian tanpa mengenakan kemejanya. Topless. Membuat Kirei berteriak kaget.
“Akhh! Kenapa anda buka baju? Pakai lagi!” perintah Kirei sambil menutup kedua matanya yang awalnya polos tapi sekarang sudah terkontaminasi dengan tubuh Rafael yang terlihat begitu bugar dengan otot perut yang tercetak jelas di tubuhnya! Astaga! Kenapa di hari pertama kerja Kirei mendapat kesialan dan godaan seperti ini?
Rafael menatap Kirei dengan dongkol, teriakannya telah membuat Rafael kaget setengah mati. Rafael menatap Kirei dengan linglung.
“Pakai baju kamu, cepat!” perintah Kirei lagi.
“Aku sengaja melepasnya karena bau alcohol!”
“Lebih baik bau alcohol daripada telanjang seperti itu!”
“Telanjang darimana? Aku kan masih pakai celana!” elak Rafael membuat rona merah menjalari wajah Kirei.
“Tetap saja tidak tertutup semua!” keluh Kirei takut.
“Lagipula siapa kamu?”
“Saya Ki…”
“Ngapain kamu disini?” potong Rafael.
“Maaf, tadi saya hanya membantu tuan Hendra memapah anda. Dan karena sekarang anda sudah sadar jadi lebih baik saya pergi. Permisi!”
“Tunggu!”
Kirei berhenti melangkah dengan gugup.
“Ambilkan botol itu!”
Kirei menggelengkan kepala saat tangan Rafael menunjuk ke salah satu botol yang berisi red wine. Tanpa dapat dicegah Kirei menyatakan keheranannya.
“Tuan kan masih mabuk. Kenapa mau minum lagi?”
“Bukan urusanmu. Ambil dan bukakan saja botol sialan itu!” umpat Rafael kesal karena Kirei bertanya-tanya.
Kirei menghela nafas dan menuruti permintaan Rafael. Mengambil, membuka dan menuangkan red wine itu ke dalam gelas. Dan menyodorkannya kepada Rafael.
“Silahkan diminum. Saya pulang dulu.”
Rafael mengambil gelas dan botol wine dari tangan Kirei dengan kasar hingga membuat percikan anggur itu mengotori dress Kirei hingga gadis itu terpekik kaget.
“Aduh!”
Kirei berusaha menghilangkan noda di dressnya namun sia-sia, noda wine masih menempel erat di dressnya. Rafael menghela nafas kesal dan merasa sedikit bersalah.
“Aku akan membelikanmu dress yang baru.”
“Bukan begitu, Tuan. Hanya saja dress ini bukan punya saya,” keluh Kirei, takut menghadapi kemarahan Leon, boss barunya.
“Kalau begitu buka dress kamu dan pakai kimono hotel. Aku akan minta pihak hotel untuk melaundrynya segera.”
“Bu… buka dress saya? Tidak mau! Tidak apa, nanti saya akan jelaskan kepada si boss. Dia pasti akan memakluminya!” tolak Kirei. Takut jika hanya berdua di dalam kamar dengan seorang pria asing dan terlebih hanya mengenakan kimono saja!
“Aku tidak akan berbuat macam-macam!” tegas Rafael, sadar kalau gadis di hadapannya curiga padanya.
Kirei mengerutkan kening dan menyadari kalau pria itu rasanya sudah tidak mabuk lagi dan malah mulai bersikap menyebalkan!
“Tidak perlu! Saya pulang saja. Sudah larut malam. Permisi!”
Kirei berbalik hendak pergi saat tangan Rafael menahan pundaknya, refleks Kirei menepisnya membuat tangan Rafael yang memegang gelas wine tidak siap dan malah menyebabkan tumpahan wine semakin banyak ke dress Kirei, bahkan sampai ke atas sprei yang berwarna putih! Sial!
“Akhhh!! Bagaimana ini?! Kenapa anda memegang pundak saya?! Bikin kaget saja!” omel Kirei. Rafael menyipitkan mata saat Kirei malah memarahinya, dirinya jelas tidak terima dimarahi oleh Kirei begitu saja.
“Siapa suruh kamu menepis tanganku?”
“Saya kan kaget!”
“Aduh! Sekarang bagaimana ini?” lanjut Kirei dengan panik.
“Buka saja dress kamu, jika tidak segera dilaundry besar kemungkinan nodanya tidak akan hilang.”
Kirei dilema hingga suara Rafael kembali menerpa telinganya.
“Tenang saja. Aku juga tidak berminat dengan gadis sepertimu!” tegas Rafael membuat Kirei sakit hati.
‘Gadis sepertinya? Memang dia pikir Kirei gadis seperti apa?’ umpat Kirei dalam hati.
Terpaksa Kirei menurut dan mengganti dressnya dengan kimono hotel, menutup tubuhnya dengan kimono itu rapat-rapat, tidak ingin ada celah sedikit pun! Berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk yang mungkin terjadi!
“Aku sudah meminta pihak hotel untuk membelikanmu dress baru. Tunggu saja.”
Kirei mengangguk dan duduk di pojok kamar, berusaha duduk sejauh mungkin dari Rafael yang melanjutkan minumnya. Kirei cukup heran bukankah tadi pria itu mabuk tapi kenapa sekarang tampak segar?
‘Dasar pria gila! Sudah minum alcohol sekian banyak dan sekarang masih minum red wine juga? Tidak sadar kesehatankah? Apa dia tidak tau kalau alcohol berbahaya bagi kesehatan? Tidak mungkinkan? Semua orang juga tau kalau alcohol tidak bagus untuk tubuh!’ gumam Kirei tak habis pikir.
Entah dapat keberanian darimana, Kirei merebut gelas itu dari tangan Rafael membuat pria itu mendelik kesal karena kesenangannya diganggu!
“Apa yang kamu lakukan?” raung Rafael kesal.
“Jangan minum lagi! Anda sudah minum terlalu banyak, Tuan! Bagaimana kalau nanti anda tidak sadar dan merugikan saya?” omel Kirei membuat Rafael tak percaya kalau gadis asing ini berani mengomelinya! Dua kali pula!
“Merugikan kamu? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak berminat dengan kamu!”
“Itu kalau anda dalam keadaan sadar! Kalau dalam keadaan mabuk siapa yang tau!”
“Lagipula aku memang masih sadar sekarang!”
“Tapi tadi anda sudah sempat mabuk! Dan jangan sampai mabuk lagi! Setidaknya jika ingin mabuk tunggu saya pulang dulu, Tuan!”
“Meski mabuk aku tidak akan pernah tergoda dengan kamu! Aku juga tidak sudi menyentuh kamu!”
Ucapan Rafael begitu menyakitkan hati Kirei. Bukannya Kirei berniat disentuh oleh pria asing ini tapi tetap saja ucapannya membuat harga dirinya sebagai wanita terluka!
“Aku juga tidak sudi disentuh oleh pria asing seperti anda, Tuan!” balas Kirei galak membuat Rafael semakin geram.
“Kalau begitu jangan larang saya minum! Saya tidak akan mabuk dan bersumpah tidak akan menyentuhmu sama sekali!” ulang Rafael.
“Tidak ada yang bisa menjamin! Semua bisa saja terjadi kalau anda mabuk! Maka dari itu jangan buat diri anda mabuk! Tunda mabuk anda sampai saya pulang!” tegas Kirei membuat Rafael menggertakkan giginya karena kesal. Bagaimana bisa gadis ini mengomeli dan melarangnya minum? Memangnya dia pikir Rafael akan tertarik padanya jika dirinya mabuk? Mimpi aja!
Keduanya saling menatap dengan emosi hingga bel kamar berbunyi membuat Rafael beranjak dari sofanya dengan kesal.
“Itu pasti pihak hotel yang mengantarkan baju baru untuk kamu. Setelah ini kamu bisa langsung pulang dan aku bisa minum lagi!”
“Okay!”
Rafael membuka pintu kamar dan terbelalak kaget, tidak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah orang lain, bukan pihak hotel seperti yang diduganya tadi!
“Selamat malam, Mrs. Rayhan, ada yang bisa kami bantu?” sapa General Manager hotel dengan sopan.“Saya ingin menemui anak saya yang sedang menginap di hotel ini.”“Boleh saya tau nomor kamarnya?”“1818.”“Suite room di lantai 18. Baiklah saya akan antarkan anda kesana,” tawar sang General Manager, berusaha memberi pelayanan terbaik pada tamunya.“Tidak perlu. Bantu akses lift saja!”“Baik.”Mrs. Rayhan yang tidak lain adalah mommy Carol melangkah tegas hendak memastikan informasi yang didapatnya hampir 30 menit yang lalu. Apakah benar putra sulungnya itu tidur di kamar hotel dengan wanita? Wanita mana pula? Dan seperti apa?Dengan tidak sabar mommy Carol memencet bel dan saat pintu terbuka dirinya langsung merangsek masuk, tidak mempedulikan kekagetan putranya. Dugaannya semakin menguat saat melihat putranya tampil topless tanpa pakaian! Hanya celana panjangnya saja yang masih dikenakannya itu.Semakin masuk ke dalam, mommy Carol menemukan seorang gadis berwajah polos dan sedang menat
Rafael mengernyitkan kening saat mendengar ucapan Kirei pada siapapun orang yang sedang berbicara dengannya di seberang telepon.‘Suster? Apakah ibunya sedang sakit?’ batin Rafael penasaran.“Keadaan ibu anda tiba-tiba menurun drastis. Tolong anda datang secepatnya ke rumah sakit,” beritahu suster di seberang sana membuat Kirei panik.“Baik, saya segera kesana!”Kirei menutup ponselnya dan memandang kedua orang di hadapannya dengan kalut, tidak peduli dengan tatapan bertanya-tanya yang ada di wajah mereka.“Maaf, saya harus pergi sekarang. Nyonya, anda tidak perlu khawatir, tidak ada yang terjadi antara saya dan tuan Rafael. Mengenai noda di seprei itu abaikan saja. Saya permisi!” pamit Kirei tergesa.“Kirei!” panggil mommy Carol namun diabaikan oleh Kirei yang sudah melesat pergi begitu saja. Berlari kencang dengan perasaan cemas dan takut, berharap bahwa ibunya baik-baik saja.“Mom!” panggil Rafael pada mommynya yang masih fokus memandangi kepergian Kirei yang sudah melesat menjauh
Pintu ruang rawat di depannya terbuka menampilkan wajah Kirei yang terlihat sembab, terlihat jelas kalau gadis itu baru saja menangis cukup lama, meski sekarang air matanya tidak mengalir lagi.“Lho? Tuan kok masih disini? Saya tadi udah bilang terima kasih kan ya?” ucap Kirei polos, merasa heran dengan keberadaan Rafael di rumah sakit ini.“Bagaimana kondisi mama kamu?” tanya Rafael mengabaikan pertanyaan Kirei yang ditujukan padanya.“Kata suster kondisinya sudah mulai normal tapi masih belum sadar,” jawab Kirei letih.Kirei memaksakan senyum di wajahnya yang tampak sedih, berusaha agar tidak ada satu orangpun yang mengasihaninya seperti yang sedang dilakukan oleh Rafael sekarang.“Mama pasti akan baik-baik saja. Oh ya terima kasih atas tumpangannya tadi. Ini sudah malam lebih baik tuan pulang.”“Kamu tidak pulang?”“Saya akan tidur disini.”“Tidur disini?” ulang Rafael bingung.“Iya,” balas Kirei tidak memahami kebingungan Rafael.Bagaimana caranya gadis ini tidur di rumah sakit? D
Kirei bekerja seperti biasa, membersihkan kantor kecil yang untungnya tidak terlalu melelahkan namun selain menjadi cleaning service, Kirei merangkap sebagai office girl dan harus membantu karyawan untuk membeli sarapan atau makan siang sebelum dirinya pulang dan berlanjut ke pekerjaan paruh waktu selanjutnya.Di pekerjaan kedua saat Kirei sedang bertugas sebagai kasir, muncul Rafael lagi, membeli kopi. Meski heran tapi Kirei tidak berkata apapun dan hanya menyiapkan pesanannya tanpa kata.Di pekerjaan ketiga Kirei begitu sibuk melayani pembeli, entah itu mencatat dan mengantar pesanan atau hanya sekedar membersihkan meja. Lagi-lagi Kirei menemukan Rafael duduk memesan sesuatu membuat gadis itu tidak habis pikir!Dan sekarang disaat dirinya bekerja di tempat karaoke, lagi-lagi Rafael meminta Kirei menemaninya!Astaga! Sudah gilakah pria itu? Kenapa harus muncul terus menerus di depan Kirei?! Memangnya Rafael tidak punya pekerjaan? Bukannya dia seorang dokter? Atau pria itu memang seor
“Syarat apa, Tuan?”“Aku akan menikahimu dalam bulan ini!” tegas Rafael membuat Kirei terbelalak.“Hah? Apa?! Menikah?! Tidak mau!”“Aku akan memberikan uang kompensasi yang besar untukmu. Hanya pernikahan kontrak selama satu tahun.”“Astaga! Pernikahan itu hal sakral, Tuan. Bagaimana bisa anda mempermainkannya begitu saja? Sambil ngajak saya pula! Bikin saya ikutan dosa juga nantinya,” sungut Kirei kesal.“Jika tidak Mommy akan terus menerus mendesakku untuk menikahimu dan aku yakin kalau Mommy akan mencari kamu juga.”“Astaga! Apa Nyonya masih dengan niatnya itu?”“Iya!”“Ya Tuhan! Apakah ucapan saya kemarin kurang jelas, Tuan? Perlu saya ulang berapa kali lagi supaya Nyonya mengerti dan tidak memaksakan pernikahan itu pada kita?” tanya Kirei tak percaya.“Sangat jelas. Tapi Mommy memang seperti itu. Makanya lebih baik kita pura-pura menikah, setelah satu tahun kita akan bercerai. Lagipula aku memiliki pacar sekarang.”“Ya sudah kalau begitu nikahi pacar anda saja! Kenapa harus deng
“Kalau perlu saya berani cek ke dokter untuk buktiin kalau saya masih tersegel alias perawan ting ting!” ucap Kirei membuat Rafael mendengus, menahan tawa yang hendak keluar begitu saja akibat ucapan polosnya barusan.Ucapan Kirei yang begitu jujur membuat Rafael menahan tawanya menjadi senyum tipis, tidak menyangka ada gadis yang berani mengaku di hadapan pria dewasa sepertinya kalau dirinya masih perawan ting ting! Gadis ini sungguh lucu dan tidak terduga!“Baiklah, aku akan coba jelaskan ke Mommy tapi kalau misal Mommy masih memaksa maka aku akan cari kamu dan kita bahas masalah pernikahan ini bertiga, okay?”“Okay! Ya udah saya pulang dulu. Bye!”Rafael bangkit mengejar gadis yang sudah berjalan pergi mendahuluinya. Dengan kaki panjangnya bukan hal yang sulit karena hanya perlu beberapa langkah dan Rafael dapat langsung mensejajari langkah Kirei, menahan langkah gadis itu.“Aku antar kamu ke rumah sakit biar lebih cepat.”“Eh! Gak usah, Tuan. Saya udah biasa sendiri.”“Ini udah ma
“Mommy tidak peduli dengan alasan-alasan kalian. Pokoknya dalam bulan ini Mommy akan siapkan pernikahan paling meriah untuk kalian!” tegas mommy Carol tidak terbantahkan membuat Kirei menatap Rafael dengan frustasi! Begitu juga dengan Rafael yang menyerah kalah pada keinginan mommynya itu.“Hah? Tetap harus menikah? Kami gak saling cinta gimana kalau pada akhirnya nanti kami cerai? Apa Mommy mau seperti itu?” tanya Kirei.“Kalian tidak akan bercerai. Karena jika sampai kalian bercerai, maka Rafael akan langsung Mommy usir dan coret dari kartu keluarga! Tidak ada ampun bagi pria yang tidak bisa menjaga keutuhan rumah tangganya!”“Mom! Kirei yang menolak menikah kenapa harus aku yang kena imbasnya? Dan lagi Kirei juga yang bahas soal perceraian. Bukan aku!” omel Rafael tak terima.“Maka dari itu kamu harus bisa membujuk Kirei agar mau menikah dengan kamu dan berjanji tidak akan pernah bercerai.”
“Kakak kamu sudah mengambil kegadisan Kirei beberapa malam lalu di hotel!” beritahu mommy Carol membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan tersentak kaget!“What?! Lo gila, Bro? Lo mau dipenjara karena udah perkosa cewek polos kayak gini? Atau malah cewek ini masih dibawah umur?” tuduh Reynard.“Meski gue seorang pengacara, gue gak bakal sudi ya bantuin lo dalam kasus itu kalau sampe dibawa ke polisi!” tolak Reynard langsung.Rafael menggeram kesal mendengar tuduhan adiknya. Memperkosa? Polisi? Kasus? Bah! Siapa juga yang melakukan hal terkutuk itu!“Aku tidak pernah melakukannya, Mom! Aku tidak memperkosa Kirei!” raung Rafael, mulai kesal karena dituduh melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.Apalagi di dalam ruang makan ini banyak pelayan yang pasti mendengar ucapan mommynya barusan! Dan itu bahaya karena dapat membuat reputasinya tercoreng!Bagaimana kalau para pelayan itu bergo