Share

Bab 16

Author: Queencard
Sita mengacuhkan ejekan Sandi. Sandi selalu merendahkan Sita selama ini, dia sering mengatakan bahwa Sita bersedia menikahi Husein yang sekarat hanya karena uang.

Sita selalu menahan diri selama ini, namun sekarang dia sudah bercerai dengan Husein, sehingga tidak perlu menahannya lagi.

Sandi memandang Sita di depannya dengan bangga, “Apa yang masih membuatmu terdiam, cepat pergi ke dapur untuk memasak, ingatlah untuk memasak sup ayam, makanan favoritku.”

Sita mengalihkan pandangannya dan membalasnya dengan tenang, “Nenek mengundang saya untuk makan malam, bukan untuk menjadi pelayan dan memasak.”

“Sita, apa maksudmu? Kamu sangat berani sekarang, kamu bahkan tidak mau memasak, aku harus memberi tahu bibiku!”

Sita mengabaikan Sandi yang ada di sampingnya. Dia berjalan ke ruang tamu, dan melihat dua orang duduk di sofa.

Salah satunya adalah mantan ibu mertuanya, Nyonya besar Handoyo, dan yang lainnya adalah cinta pertama mantan suaminya, Linda.

Sita tidak menyangka akan bertemu Linda saat makan malam.

Sandi bergegas masuk menabrak bahu Sita, dia mulai mengeluh dengan keras, “Bibi, aku meminta Sita untuk masak di dapur, tapi dia menolak!”

Begitu kata-kata itu terucap, wajah Ibu mertua benar-benar dingin, “Sita, sebagai menantu perempuan, kalau kamu tidak mau memasak, jadi apa gunanya kamu di sini? Katakan padaku apa yang bisa kamu dan keluargamu lakukan selain menghabiskan uang keluarga Handoyo. Bisa apa? Menyuruhmu memasak dianggap sebagai pujian.”

Linda berkata dengan tersenyum, “Jangan marah-marah, Bi! Tidak baik untuk kesehatan.”

“Linda, aku marah ketika melihatnya. Meskipun namanya juga Sita, tapi dia, latar belakangnya dari kampung. Bagaimana bisa dia dibandingkan dengan perempuan kaya sepertimu? Latar belakang keluargamu baik, juga sudah menyelesaikan studi di luar negeri. Kamu cantik dan berbakat. Kamu adalah menantu idamanku.”

Mata Linda berbinar dengan sombong, “Bibi, dia yatim piatu, aku bisa memahaminya.”

“Hmmm, apa yang harus dipahami. Anak yatim pun juga harus sadar diri. Jangan bermimpi terlalu tinggi. Anakku sangat baik, dia akan berkembang di masa depan. Tapi bagimana bisa dia ditahan oleh seorang gadis miskin? Perbedaan keduanya terlalu tinggi, dari awal aku tidak menyetujui pernikahan ini, tapi Nenek memaksa.”

Sita mendengarkan kata-kata mantan ibu mertuanya. Sita tidak tahu berapa banyak yang dia dengar dalam tiga tahun terakhir.

Tapi Sita bukan yatim piatu sekarang, dia memiliki enam kakak laki-laki, dan pekerjaan mereka semua luar biasa.

Sita melebarkan matanya, “Oh, menurut perkataanmu, ternyata Husein adalah seorang pria nepotisme yang bergantung pada wanita untuk menaikkan pangkatnya?”

“Siapa yang mengandalkan nepotisme perempuan untuk menaikkan pangkat? Putraku sudah luar biasa sejak dia masih kecil, bagaimana bisa dia bergantung pada wanita?”

“Bukankah Anda yang mengatakan demikian? Putramu akan menemukan seorang perempuan yang setara untuk menaikkan status keluarga.”

Nyonya besar Handoyo sangat marah sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, mengapa wanita ini tiba-tiba ucapannya menjadi begitu tajam?

Sita menatap pelayan di sebelahnya dengan tenang, “Nenek dimana?”

Pelayan baru tersadar dan menjawab dengan sopan, “Nenek Handoyo sedang tidur di kamarnya, sepertinya beliau belum bangun.”

Sita mengerutkan kening, “Apakah kesehatan nenek akhir-akhir ini memburuk?”

Sita sedikit khawatir dengan kesehatan Nenek Handoyo.

Sandi dengan sengaja berkata, “Sita, lihat berapa banyak barang yang dibeli dan dibawa Kak Linda, akar ginseng korea, obat-obatan tradisional yang mahal, dan gelang. Semua barang ini mahal. Lihatlah dirimu, datang ke sini dengan tangan kosong. Saya tidak mengerti etikamu ketika bertamu, tidak ada sopan santun!”

Linda melirik hadiah mahal di atas meja dengan santai, dengan sengaja berkata, “Sandi, ini sebenarnya bukan apa-apa, hadiahnya juga tidak spesial.”

“Kak Lili, ini semua sangat biasa bagi orang kaya seperti kita, tetapi luar biasa bagi beberapa orang yang tidak punya uang dan tidak menghasilkan begitu banyak uang dalam hidup mereka. Itu sebabnya beberapa orang tidak berani untuk menikah duluan.”

Nyonya besar Handoyo mendengus dingin, merasa bahwa Sandi benar, karena dia memiliki menantu perempuan yang tidak punya apa-apa, dia tidak tahu berapa banyak wanita bangsawan yang menertawakannya.

Husein acuh tak acuh, bersikeras menunggu selama tiga tahun baru akhirnya bercerai.

Sita mencibir, mata bulatnya penuh sarkasme, “Nenek Handoyo belum bangun, belum makan apa-apa? Nenek tidak peduli degan barang-barang ini, juga tidak mempedulikan harga barang itu.

Setelah mengatakan itu, dia melihat ke pelayan, “Aku akan ke dapur dan menyiapkan sup kesukaan nenek.”

“Itu ide yang bagus, nafsu makan Nenek Handoyo menurun akhir-akhir ini, beliau suka makan masakanmu.”

Sita langsung pergi ke dapur dan tidak mempedulikan ketiga wanita di ruang tamu.

Di keluarga Handoyo, satu-satunya orang yang memperlakukan Sita dengan baik hanya Nenek Handoyo. Jadi dia tidak ingin merendahkan dirinya, apalagi sampai mempermalukan Nenek Handoyo.

Sita sendirian di depan kompor dan memasak sup.

Sita masih berpikir tentang bagaimana cara memberi tahu Nenek Handoyo bahwa dia dan Husein sudah bercerai.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Masak sup jgn banyak2,,, bikin aja sedikit utk nenek handoyo sajah.Biar mantan mertua dan selingkuhannya tau rasa deh.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status