Sita memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi di ranjang, dia langsung merasa mual. Tapi dia mampu menenangkan dirinya, Sita berbalik ke ruang penyimpanan pakaian untuk mengemas barang-barangnya. Sudah dikemas dengan cepat di sebuah koper.“Pelayan, koper itu sepertinya dari merek terkenal. Carikan dia kantong untuk mengemas barang bawaannya.”Dengan cepat, pelayan menemukan tas karung yang kotor dan melemparkannya ke Sita, “Gunakan tas ini.”Sita berjongkok untuk membuka koper, di belakangnya terdengar suara Linda, “Periksa kembali barang bawaanya untuk menghindari pencurian dan mengambil barang yang seharusnya tidak dia ambil.”Mendengar perkataan itu, Sita teringat apa yang dikatakan Husein tentang pengguguran anak. Husein ada di kamar mandi sebelah, jika ada yang mengetahui tentang hasil tes kehamilan, anak itu pasti tidak selamat.Pelayan dan Linda melihat dengan seksama dan menunggu peluang dari luar ruang penyimpanan pakaian. Sita sekilas melihat hasil tes kehamilan yang dia
Husein melihat barang-barang berserakan di lantai, semuanya adalah pakaian biasa, tidak ada satu pun barang mewah dari merek terkenal yang Sita bawa.Bukankah itu alasan Sita menikahi Husein? Anehnya, Sita tidak pernah meminta apa pun.Pandangan Husein tertuju pada tas karung yang sangat kotor, dia berkata sambil mengerutkan dahi, “Sok jual mahal lagi, kali ini dia ingin mendapat belas kasihan dari siapa? Nenek juga tidak ada di sini.”Selama tiga tahun menikah, secara finansial dia tidak pernah memperlakukannya tidak adil, kecuali untuk menyukai Sita. Meskipun bercerai, Husein juga memberi Sita kompensasi dalam jumlah besar, cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar Sita.Apakah dia benar-benar ingin pergi atau hanya berpura-pura?Sita menggenggam erat ponselnya yang mati, dia masih belum mencerna berita yang disampaikan Bibi padanya jika keluarganya sudah ketemu. Bahkan Sita juga bermimpi kalau dirinya ditemukan oleh keluarganya, sejak saat itu dia tidak lagi sendirian.Sita agak linglun
Pada awalnya Husein tidak pernah terpikir untuk menikahi Sita. Sejak mereka menikah, selama Sita berperilaku baik dan patuh, Husein tidak akan peduli dengan latar belakang keluarganya yang miskin, karena kekayaannya mampu menghidupinya.Tapi Sita sudah berkali-kali membuat keributan, bahkan sekarang dia sudah tidak mau berpura-pura, akhirnya Sita menunjukkan identitas aslinya.Seharusnya Husein merasa lega, tapi melihat Sita menandatangani Perjanjian Perceraian, dia tiba-tiba seperti meninju kapas, sangat tidak berdaya.Sita menyembunyikan kesedihan di matanya. Dia berpura-pura tidak peduli, dia tidak ingin saat akhirnya harus pergi, harga dirinya diinjak-injak oleh Husein.Linda melihat keadaan memburuk dan dengan cepat berkata, “Sita, kenapa kamu terburu-buru menandatangani perjanjian perceraian? Apakah sudah menemukan tempat tinggal?”Raut wajah Husein berubah lebih dingin, alisnya mengerut menatap Sita lekat-lekat.Sita melihat raut tidak percaya Husein. Tidak ingin terlihat lemah,
Pergi menjemput Sita?Sita melihat helikopter di depannya, tiba-tiba dia baru teringat kalau bibinya menelepon dan mengatakan kalau sudah menemukan keluarga Sita.Apakah mungkin keluarganya mengirim mereka untuk menjemputnya?Sita mencubit pipinya, masih mengira dirinya sedang bermimpi, akankah ada helikopter yang muncul tak terduga lalu menjemputnya?Akankah angan-angan Sita selama 20 tahun akan terwujud sekarang?Raut wajah Linda mencibir, “Sita, kamu benar-benar pandai bermain peran. Kamu dan kelompok teatermu berakting senatural mungkin. Ayam tetaplah ayam, penyamaran seperti apa pun tidak akan mengubah penampilanmu yang miskin. Helikopter itu juga, sepertinya pertama kali dalam hidupmu naik helikopter, kampungan!”Belum sempat Sita berbicara, pengawal di sampingnya melayangkan tamparan ke mulut besar Linda hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur.Linda berteriak, “Sita, beraninya kamu membiarkan orang ini memukulku? Kamu tidak tahu aku siapa? Apakah kamu tah
Saat ini, bibi meraih pundak Sita, “Jangan khawatir, saudara-saudaramu yang lain akan segera datang. Belum terlambat untuk bertemu kembali dengan mereka, ke tempat yang disebut rumah yaitu keluarga.”Doni melirik dengan penuh rasa terima kasih pada bibi di depannya. Jika bukan karena wanita yang selama ini mengasuh adiknya dengan sepenuh hati, hidup Sita akan menjadi lebih buruk. Doni berkata dengan sopan, “Kamarnya sudah dipesan, mari kita ke restoran terlebih dahulu untuk makan malam.”Sita berjalan bersama bibinya. Di depan, ada kakak laki-lakinya yang baru saja dia temui. Dia menyadari jika Doni sedikit bicara, dan agak sulit bergaul.Tapi tampaknya Doni cukup kaya.Sita turun dari lantai atas hotel bintang lima yang lingkungannya sangat mewah. Dia belum pernah ke tempat seperti itu sebelumnya.Doni sangat patah hati hingga terasa sesak saat memikirkan adiknya akan kembali tinggal di rumah tua itu.Sita memandang Doni, “Kamu kenapa?”“Tidak apa-apa, hanya kelilipan. Sita, apakah ka
Ketika Sita melihat orang tua angkatnya, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang, “Kalian juga masih memiliki muka untuk mengatakan kalau kalian adalah orang tuaku? Ketika aku hampir mati kelaparan di rumah, bibi lah yang memberiku makan. Kemudian, kalian juga yang menitipkanku ke bibi untuk membesarkanku.”Bibi agak terkejut, “Bagaimana kalian bisa menemukan kami di sini, aku bahkan tidak berkata apa pun.”Ibu angkat sita menyilangkan kedua tangannya, “Kakak ipar, kamu tidak mau mengatakannya kalau jelas-jelas kami adalah pengadopsi Sita. Apakah kamu mau memanfaatkan situasi ini sekarang? Tidak bisa!”Ayah angkat Sita meludahkan dahak, “Itu benar. Di mana keluarga Sita? Kalau kalian bisa tinggal di hotel yang sangat mahal, keluarganya pasti kaya, jadi biarkan mereka memberi kami kompensasi.Keluarga angkat Sita tidak menyangka jika anak yang di adopsi ternyata berasal dari keluarga kaya, dan juga terkenal.Sita melindungi bibi dan memandang orang tua angkatnya dengan dingin, “Mimpi, a
Sita tidak mengatakan apa-apa kali ini. Dia membawa Bibi pergi dengan patuh.Setelah Doni melihat Sita pergi, dia berbalik dan raut wajahnya langsung berubah dingin seperti dewa kematian. Selama bertahun-tahun dia tidak melakukan apa pun, tetapi kini Doni tidak tahan lagi. Beraninya mereka menganiaya Sita! Apakah mereka sudah bosan hidup!Sekelompok pengawal membentuk lingkaran untuk menghalangi pandangan dari luar.Doni memandang orang tua angkat Sita dengan sinis, sudut matanya seperti mengisyaratkan niat membunuh, “Tinggal di gudang kayu bakar? Tidak memberinya makan?”“Itu karena kamar di rumah kami tidak cukup, lagi pula gudang kayu bakar sangat hangat.”“Benar, saat itu kami sangat miskin, keluarga kami kelaparan.”Doni tidak peduli. Dia tidak mengedipkan matanya sedikit pun. Belum sempat pria dan wanita paruh baya itu berucap, gigi mereka rontok beberapa, bahkan wajah mereka berlumuran darah.Orang tua angkat Sita kini sangat menyesal. Doni memiliki tampang yang ganas. Dia tidak
Kakak keduamu Rifan, dia seseorang yang mahir dalam bahasa pemrograman. Dia telah membantu perusahaan untuk memenangkan banyak penghargaan, dia juga turut serta dalam pembentukan sistem keamanan jaringan.Kakak ketigamu Ryan, dia menjadi sukarelawan Perlindungan Hewan di luar negeri, merawat hewan liar yang terluka dan mengedukasi orang-orang untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang kondisi kehidupan hewan.Keempat, sepupumu Boni. Dia sekarang menjadi guru les piano.Kelima, sepupumu Rayhan. Dia bekerja di sebuah firma hukum.Terakhir, sepupumu Yoga. Dia bekerja sebagai aktor figuran.”Doni berpikir kalau dia sudah menjelaskan dengan benar, jadi dia tidak berbohong.[Ryan adalah seorang peretas terkenal - bukankah dia seorang programer yang membuat kode bahasa pemrograman?][Rifan adalah ahli bedah terkemuka- dia lebih suka menyelamatkan hewan daripada manusia.][Boni adalah seorang pianis terkenal - selain mengadakan konser, dia juga mengajar piano di sekolah.][Rayhan adalah seor