Share

Bab 5

Author: Queencard
Sita memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi di ranjang, dia langsung merasa mual. Tapi dia mampu menenangkan dirinya, Sita berbalik ke ruang penyimpanan pakaian untuk mengemas barang-barangnya. Sudah dikemas dengan cepat di sebuah koper.

“Pelayan, koper itu sepertinya dari merek terkenal. Carikan dia kantong untuk mengemas barang bawaannya.”

Dengan cepat, pelayan menemukan tas karung yang kotor dan melemparkannya ke Sita, “Gunakan tas ini.”

Sita berjongkok untuk membuka koper, di belakangnya terdengar suara Linda, “Periksa kembali barang bawaanya untuk menghindari pencurian dan mengambil barang yang seharusnya tidak dia ambil.”

Mendengar perkataan itu, Sita teringat apa yang dikatakan Husein tentang pengguguran anak. Husein ada di kamar mandi sebelah, jika ada yang mengetahui tentang hasil tes kehamilan, anak itu pasti tidak selamat.

Pelayan dan Linda melihat dengan seksama dan menunggu peluang dari luar ruang penyimpanan pakaian. Sita sekilas melihat hasil tes kehamilan yang dia sembunyikan, tidak lama setelah itu dia membuat sebuah keputusan.

Sita membalikkan badannya, diam-diam merobek hasil tes kehamilan, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, dan menelannya dalam satu suap. Dia melihat pakaian Husein di ruang penyimpanan pakaian, hatinya pelan-pelan mati.

Setelah hari ini, anak ini tidak ada hubungannya dengan Keluarga Handoyo.

Sita menyeret tas karungnya keluar dari ruang penyimpanan pakaian, dan berkata dengan suara dingin, “Apakah ingin memeriksanya?”

Linda menutup mulutnya menggunakan satu tangan dengan ekspresi jijik, “Suruh dia cepat keluar untuk pemeriksaan, tas karung itu baunya tidak enak.”

Husein sebentar lagi akan selesai mandi, dan dia tidak akan bisa mengusir Sita. Linda tidak akan mungkin bisa menyembunyikan masalah rahasia ini.

Pelayan mendorong Sita keluar, “Apakah kamu tidak dengar? Cepat keluar!”

Sita berjalan sampai pintu masuk rumah, waktu yang pendek seolah seperti satu abad.

Pelayan merebut kantong berbahan kulit ular dari tangan Sita, menumpahkan semua barangnya ke lantai seolah sedang mencari sesuatu.

Sayangnya, Sita telah menelan hasil test kehamilan itu.

Sita berjongkok, mencoba memungut barang-barang yang berserakan.

Pada saat itu, ponselnya berdering.

Setelah teleponnya terhubung dan mendengar suara Bibi, tiba-tiba air mata Sita meruak.

Sita baru saja dihina oleh perempuan jalang dan disalahpahami oleh Husein. Dia menahannya tanpa meneteskan air mata sedikit pun, tetapi setelah mendengar suara Bibi, tiba-tiba Sita tidak mampu menahannya, suaranya tercekat, “Bibi.”

“Sita, kamu kenapa menangis?”

“Bibi, aku sudah bercerai, aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi.”

“Anak bodoh, siapa bilang kamu tidak punya siapa-siapa? Niatku meneleponmu untuk memberitahumu kabar baik ini, sebenarnya keluargamu menemukanku, kamu memiliki tiga saudara kandung. Mereka orang Manado bernama Syailendra, dan juga memiliki tiga sepupu laki-laki. Totalnya kamu memiliki enam saudara laki-laki. Mereka semua mencarimu, dan mereka adalah keluargamu.”

Sita mematung, “Keluargaku?”

Sita sudah lama mengetahui bahwa dirinya adalah seorang yatim piatu, tetapi dia tidak pernah terpikir untuk menemukan keluarganya. Karena orang tuanya tidak menginginkannya, dia juga tidak perlu mencarinya.

“Sita, jangan menangis. Cepatlah pulang. Jangan pedulikan keluarga kaya itu! Kenapa aku tidak membiarkan kakakmu datang…”

Belum sempat Sita bicara, daya ponselnya habis dan ponselnya mati.

Hatinya benar-benar bimbang, apakah dia benar-benar menemukan keluarganya?

“Sita, keributan apa lagi yang kamu lakukan?”

Saat ini, Husein mengenakan jubah mandi yang longgar, dia keluar dari ruang tamu dan dengan itikad baik ingin meminta Sita untuk tinggal di sini selama beberapa hari. Alhasil ketika Husein mandi, Sita langsung mengemasi barangnya dan pergi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Gilbert Oke54
Sita anak baik pasti di tolong Tuhan, Amin
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
syailendra? berarti sodaraan gt ma c jalang
goodnovel comment avatar
Awat Rosadi
ludah yang sudah dikeluarkan masa mau di jilat lagi cepet pergi sita jangan kaya orang bodo
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status