Husein mendongak, “Kenapa datang ke perusahaan?”“Kak Husein, aku secara khusus memilihkan syal untuk Nenek. Tetapi aku tidak tahu mana yang disukai Nenek, jadi aku ingin bertanya padamu. Siapa tahu dia tidak menyukai hadiah yang aku siapkan.”Ketika Husein melihat syal itu, dia teringat jika Sita juga menyiapkan syal merek ini ketika dia ke rumah Nenek terakhir kali. Bahkan mengungkap di tempat kalau kerabat aneh dari jauh telah membeli barang palsu.Sita menjadi semakin sulit diatur sekarang. Persis seperti kucing liar, dan temperamennya juga menjadi liar.Vina melihatnya melamun dan berkata dengan heran, “Kak Husein?”Husein kembali tersadar, “Nenek sudah memiliki banyak syal. Kamu bisa membelikan hadiah yang lain.”“Kak Husein, mengapa kamu tidak menemaniku membelinya?”“Aku sangat sibuk dan tidak punya waktu.”Seusai berbicara, Husein terus menatap komputernya dan mengurus pekerjaannya.Vina tidak berani terus mengganggu, sehingga dia hanya bisa meninggalkan kantor dengan patuh. D
Lincoln Limousine hitam terparkir di halaman. Enam pria tampan dan tinggi berdiri di luar pintu. Mereka semua mengenakan tuksedo hitam dan sarung tangan putih, menyerupai vampir tampan di komik-komik.Seluruh tamu yang hadir di sana berbisik, “Dari mana asal keenam pria tampan ini?”“Seingatku pria itu sepertinya Yoga, aktor dari Manado, dan ada satu lagi yang tampak familiar. Apakah mereka semua adalah anggota Keluarga Syailendra, orang kaya dari Manado?”“Lalu, siapa orang yang belum keluar dari mobil? Sampai ada enam pria tampan yang menunggu di sampingnya. Pemandangan ini sungguh menakjubkan.”“Anggota Keluarga Syailendra, orang kaya dari Manado datang? Aku sudah mendengar lama jika Husein akan menikah dengan Keluarga Syailendra, orang kaya dari Manado setelah bercerai. Rumor itu seharusnya benar.”Ketika semua orang membicarakan mereka, ada seseorang yang memandang Nyonya Handoyo, “Selamat, Nyonya Handoyo. Apakah Keluarga Handoyo dan Keluarga Syailendra akan menjadi keluarga?”“Be
Perempuan yang operasi plastik itu seketika tidak senang lalu menoleh ke arah Nyonya Handoyo dan berkata, “Sita, janda yang diusir dari Keluarga Handoyo itu telah mengambil kartu member platinum Dior untuk berfoya-foya dan membeli begitu banyak perhiasan mahal. Semua itu bukan sesuatu yang bisa dibeli oleh seorang perempuan yatim piatu. Aku rasa Sita menjadi simpanan seorang pria!”Ibu dari perempuan yang operasi plastik itu juga turut mengangguk, “Benar, kami melihat Sita menggunakan kartu member platinum itu di mall dengan mata kepala kami sendiri sebelumnya. Aku ingat nilai dari kartu itu tidak sedikit, dan bahkan Nyonya Handoyo tidak memilikinya.”Nyonya Handoyo hampir kehilangan wajah, berapa kali disebutkan fakta bahwa Nyonya Handoyo tidak memiliki kartu member platinum Dior? Apakah dia belum cukup dipermalukan?Detik berikutnya, wajah Doni seketika menjadi gelap. Dia menatap tajam ke arah ibu dan anak yang melakukan operasi plastik itu, “Siapa pun, bersihkan mulut perempuan berw
Sita melihat Anggi menampar wanita paruh baya itu, dalam hatinya tidak bisa untuk tidak mengagumi Kakak iparnya. Sita tidak menyangka jika kakak iparnya yang biasanya begitu lembut, ternyata juga memiliki sisi yang begitu berani.Wanita paruh baya yang ditampar itu kebingungan, “Yang kamu maksud adalah Sita?”“Benar!”Ada orang lain yang turut berkata, “Keluarga Syailendra dari Manado? Keluarga Syailendra yang mana? Apakah Keluarga Syailendra yang kaya raya dari Manado itu?“Bukan, bukankah Nona Linda adalah putri Keluarga Syailendra dari Manado? Mengapa dia tidak muncul hari ini? Jika dia disini, dia pasti paham situasi yang terjadi di Manado.Doni menoleh dan berkata dengan tatapan dingin, “Linda adalah putri angkat Keluarga Syailendra, dan bukan putri keluarga kami. Masalah ini bukan rahasia umum di kalangan Keluarga kaya di Manado.”Itu juga alasan mengapa Linda merencanakan ingin menikah di Surabaya, karena tidak ada seorang pun di sini yang mengetahui latar belakangnya.Ryan meli
Mengapa masih ada orang lain yang menambah masalah saat Nyonya Handoyo sudah dalam keadaan cemas?Husein menoleh, “Karena kamu sedang tidak enak badan, kembalilah dan beristirahat lebih awal.”Perempuan kaya paruh baya itu ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi dia langsung diminta pergi oleh Husein.Beberapa yang lain hanya menonton dan tidak mengatakan apa pun. terutama para perempuan kaya yang sebelumnya merendahkan Sita. Mereka semua sekarang menundukkan kepala atau menyingkir ke samping bersembunyi. Mereka tidak ingin berhadapan dengan Sita.Keluarga Syailendra adalah keluarga kaya di Manado. Mereka memiliki kedudukan yang sama dengan Keluarga Handoyo di Surabaya.Sebagian besar keluarga yang hadir memiliki cabang di Manado. Jika mereka menyinggung Keluarga Syailendra, mereka tidak akan bisa menjalankan bisnis apa pun lagi di Manado.Doni menatap Nyonya Handoyo, “Sepertinya orang-orang dari keluarga Handoyo cukup bijaksana.”Senyuman Nyonya Handoyo getir, “Tidak juga, ucapkan selam
Sita merasakan sedikit perubahan suasana di dalam aula, sehingga dia menoleh dan melihat Husein berjalan ke arahnya.Senyumannya terhenti, dia dengan cepat mengalihkan pandangannya dari pria itu setelah teringat saat dia melihat pria itu bersama wanita lain di restoran sebelumnya. Keenam pria tampan yang duduk di sofa melihat Husein bersamaan dengan tatapan ketidaksenangan.Husein mendekati Nenek, “Nenek, hampir semua tamu sudah datang.”“Kita semua sudah ada di sini. Jadi, Sita, kalian keluarlah dulu untuk makan. Aku akan menyusul.”Sita berdiri dan melirik kakak-kakaknya, “Ayo!”Keenam pria itu berdiri satu persatu. Mereka menoleh untuk melihat Husein dengan tatapan mereka yang gelap dan sangat menekan.Husein berdiri di tempatnya, menghadapi tatapan enam pria.Kepala pelayan di sebelahnya tidak bisa menahan diri untuk tidak menyeka keringat di dahinya saat melihat pemandangan itu. Jika tatapan bisa membunuh orang, tuan muda mungkin akan terbunuh berkali-kali.Keenam kakak beradik d
“Baguslah kalau begitu, pergilah.”Nenek menunjukkan ekspresi lega, akhirnya anak itu tercerahkan.Saat Husein memegang kotak perhiasaan itu, dia menatap neneknya, “Nenek, Vina ada di sini.”Ekspresi Nenek seketika berubah drastis, “Apa yang dia lakukan di sini?”“Dia mendengar kalau kamu telah menjalani operasi, dan dia ingin datang untuk menjengukmu.”“Aku masih belum mati, aku tidak butuh siapa pun untuk menjengukku.”Seusai Nenek berbicara, dia beranjak pergi.Husein tahu bahwa neneknya akan bersikap seperti itu. Dia berjalan mendekat kepada kepala pelayan dan berkata, “Bantu aku mengganti perhiasannya, dan juga beritahu kepada Vina, lebih baik dia tidak datang ke pesta untuk sementara waktu.”Kepala pelayan mengambil kotak hadiah, “Saya mengerti.”Kepala pelayan berjalan untuk mengganti kotak hadiah yang telah disiapkan sebelumnya, dan membawanya ke tempat penyimpanan di luar. Dia kebetulan bertemu Sandi berjalan dengan Vina.Kepala pelayan berkata kepada Vina, “Tuan muda memberi
Pada saat Sita melihat Husein, dia menyeruput susu di cangkir dengan tenang. Sita sedikit pun tidak merasa bersalah karena ketahuan membicarakannya di belakang.Dia hanya bisa menghela napas. Terkadang takdir itu tidak terduga.Setelah meletakkan cangkirnya, Sita melihat pria itu berjalan ke arahnya dari sudut matanya.Pada saat ini, Sandi merasa sedikit bangga dan langsung berkata pada Husein, “Sepupu, apakah kamu mendengar ucapan Sita tadi? Bukan aku yang memfitnahnya.”Sita mendengar ucapan Sandi, dan matanya menunjukkan cibiran. Namun, dia juga tidak berniat untuk menjelaskan apa pun.Pria itu sudah berdiri di depan Sita dan menatapnya, “Sebenarnya perhiasan itu…”Sita menyela dengan nada datar, “Tolong beri jalan, kamu menghalangi jalanku.”Dia juga tidak mendengarkan Husein sampai selesai berbicara, bahkan langsung pergi dengan sepatu hak tingginya.Dia tidak berminat mendengar apa pun penjelasan Husein.Husein memberikan perhiasan kepada siapa pun itu tidak ada hubungannya denga