Selena menghela napasnya, haruskan dia menolak lamaran Devan padanya? Jika dia menolak bagaimana dengan anaknya? Selena menjadi bimbang sendiri dengan keputusannya. "Selena... Mama mohon jangan dengarkan Tony dan Fanny. Ikuti kata hatimu, jika mau mencintai Devan kamu terima saja lamarannya," ujar Emilia. "Plak." Emilia sangat kaget memegang pipinya yang terasa panas akibat di tampar Tony. "Papa jangan pukul mama," ujar Selena langsung memeluk Emilia. "Kamu tolak lamaran Devano atau mama mu yang akan menanggung semua kesalahan ini," ancam Tony. "Baiklah pa, jika ini memang keinginanmu," ujar Selena dengan sedih. Selena makin bingung sendiri harus bagaimana? Jika dia menerima lamaran Devan bagaimana dengan Emilia? Emilia walau ibu angkatnya tapi sangat menyayangi Selena tapi anak dalam kandungannya juga bagaimana? Selena menjadi serba salah sendiri. "Bu Marlina ini Selena putri angkat saya," ujar Tony saat membawa Selena di hadapan Marlina dan Devan. "Selena, nenek kangen sama
Devan melajukan mobilnya dengan sangat cepat, dia tidak menghiraukan apapun lagi sekarang, harga dirinya sebagai seorang laki-laki seperti terhina saat Selena menolak lamarannya. Walau dia tahu pasti Selena terpaksa melakukan hal tersebut atas desakan Tony Handoko.Devan menghentikan mobilnya saat dia merasa sudah cukup jauh dari rumah Tony Handoko, dia melihat Selena yang hanya menundukan wajahnya tidak berani melihat ke arah Devan.Ponsel Devan bergetar, dia melihat pesan dari neneknya.Nenek : Nenek sudah mengurus semuanya, kamu pulanglah bawa Selena ke rumah.Devan menyunggingkan bibirnya, dia tahu persis bagaimana sifat neneknya tapi Devan sangat kesal pada Selena, wanita ini tidak mengerti bagaimana dia menyiapkan hati dan pikirannya untuk melamar Selena. Dia harus memberikan pelajaran pada wanita yang duduk di sampingnya ini."Apa maksudmu menolak lamaranku?" tanya Devan."A--aku tidak bermaksud seperti itu," ujar Selena pelan, suaranya nyaris tak terdengar."Lalu maksudmu apa?
Satu minggu kemudian.Acara pernikahan Devan dan Selena akan segera dilaksanakan di salah satu gereja di Jakarta. Penampilan Selena sangat berbeda, wajahnya di make up oleh make up artis terkenal. Selena berada sendirian di ruang tunggu gereja. Tiba-tiba Veronica datang, Selena sangat bahagia melihat kedatangan sahabat baiknya."Ve..." Selena memeluk Veronica.~~PlakVeronica menapar pipi Selena, dia meraba pipinya yang terasa panas akibat tamparan Veronica."Ve... kenapa kamu menamparku," ujar Selena heran."Kamu penghianat Lena. Aku jijik padamu," kata Veronica dengan air mata di pipinya."Ve kamu kenapa menangis? Aku melakukan kesalahan apa padamu?" Ujar Selena mendekati Veronica."Devan.""Devan? Apa maksudmu?""Devan itu kekasihku dan kamu merebutnya dariku. Aku sudah banyak menolong kamu Lena.""De--devan kekasihmu?" ujar Selena tidak percaya mendengar kalau Devan kekasih Veronica. Nama Devan yang sering Veronica ceritakan padanya dan mereka orang yang sama.Veronica menangis, d
"Saya..............."Semua mata di gereja melihat hal tersebut dengan heran terutama Marlina. Marlina takut Devan akan kabur dari gereja dan membatalkan pernikahan mereka. Mulut Marlina komat-kamit sendiri, berdoa agar pernikahan Devan dan Selena berjalan dengan lancar.Devan tidak meneruskan ucapannya, dia langsung kabur begitu saja. Dia yakin yang dihadapannya bukan Selena walau dia tidak bisa melihat wajah wanita yang dihadapannya dengan jelas. Devan lari dari altar gereja dihadapan pendeta dan semua tamu yang ada disana.Kaki Marlina terasa lemas bagaikan jelly, akhirnya apa yang dia takutkan terjadi. Cucu nya Devan kabur dari gereja dan berlari dari altar menuju pintu keluar gereja. Semua tamu melihat kejadian itu dengan tak percaya, biasanya pengantin wanita yang kabur dari altar gereja tapi sekarang terbalik, pengantin pria lah yang kabur dari altar gereja. Veronica terdiam bagaikan patung. Dia berdiri sendirian menatap nanar kepergian Devan dari hadapannya. Veronica sudah me
Selena memilih pergi dari Devan, walau dia sendiri bingung harus pergi kemana. Dia pergi tanpa tujuan. Selena berpikir jika dia kembali ke apartemennya pasti Devan mencarinya disana, dia tidak ingin Devan menemukannya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya rumah panti asuhan tempat dia dulu tinggal. Dia ingin kesana sudah lama dia tidak mengunjungi rumah panti tersebut.Beberapa saat kemudian...Selena sudah tiba di rumah panti asuhan Kasih Ibu, tidak banyak berubah masih seperti yang dulu. Dia melihat beberapa anak panti beberapa anak panti yang masih kecil berada disana. Selena melangkah kan kakinya masuk ke dalam halaman rumah panti."Hai kakak kamu siapa?" tanya seorang anak kecil."Aku Selena. Apa ibu Desi ada?" ujar Selena."Bu Desi ada di dalam kantor tapi kakak ada perlu apa dengan bu Desi?""Kakak dulu juga dibesarkan disini.""Ooh kakak dulu juga bagian dari kami, baiklah aku antarkan ketemu bu Desi yaa."Selena tersenyum. Dia teringat masa kecilnya di panti asuhan ini, jika meli
Selena melihat arsip foto - fotonya saat dia berumur 3 tahun dan pertama kali berada di panti asuhan lalu melihat fotonya saat dia terakhir kali berada di panti asuhan sebelum diangkat anak oleh keluarga Handoko.Senyumannya di rumah panti terlihat sangat bahagia, disana dia bisa mendapatkan kasih sayang dari para pengasuh panti."Lena, keluarga Wijaya datang," ujar bu Desi menyadarkan Selena dari lamunannya."Apa ada Kevan bu?" tanya Selena."Sepertinya tidak ada, ada nya hanya Bu Regina. Dia ibu angkat Kevan.""Yaah ga ketemu si dekil deh.""Jangan kecewa seperti itu. Kamu keluar lah menyapa, siapa tau bisa bertanya tentang Kevan.""Iya bu."Selena melihat ibu angkat Kevan yang tampak cantik diumurnya yang sudah tidak muda lagi. "Bu Regina selamat datang kembali disini," ujar bu Desi."Iya bu Desi. Saya sangat senang bisa bertemu dengan anak-anak panti, sayang sekali Kevandra tidak bisa ikut padahal dia sangat ingin kesini.""Tidak apa-apa bu. Bagi kami dan anak-anak panti kedatang
Selena melihat sebuah kaki di hadapannya, dia mendongakkan kepalanya melihat keatas. Betapa kagetnya dia saat melihat lelaki tersebut, lelaki itu tersenyum melihat Selena."Hai...""Kamu siapa?" tanya Selena heran pada laki-laki dihadapannya."Ooh teganya kamu melupakan Amira atau Selena namamu sekarang."Selena berpikir, tidak semua orang tahu namanya dulu. Mungkinkah ini Kevan?"Kamu Kevan?" ujar Selena tidak percaya melihat Kevan yang sudah berubah."Bagaimana? Aku gantengkan sekarang? Ga dekil kayak dulu lagi," ujar Kevan."Yaa ampun Kevan, kamu benar-benar berubah." Selena tidak percaya dengan perubahan Kevan."Tentulah, aku kan sekarang udah kaya hahaha.""Iiis sombongnya," cibir Selena."Aku tetap Kevan yang dulu tapi hanya padamu, bukan yang lain."Selena tersenyum Kevan memang sudah banyak berubah tidak seperti Kevan yang dulu."Temani aku makan yuk," ajak Kevan."Aku lelah," tolak Selena."Please... kita sudah lama tidak pernah bertemu, janganlah menolakku Amira.""Hmm... ak
Selena menyerengitkan dahinya, dia bingung kenapa Devan mengetahui hal tersebut. Entah mengapa perasaan Selena menjadi resah, dia khawatir dengan Devan."Bu aku pamit dulu yaa.""Kamu mau kemana?""Aku akan menemui Devan, bu.""Jika kalian ada masalah selesaikan secara baik-baik Selena. Ibu yakin kamu tinggal seminggu disini pasti menghindari calon suami yaa.""Loh ibu kok bisa tau sih.""Selena... walau kamu dan ibu sudah lama tidak bertemu tapi dari gerak gerikmu itu mencurigakan hahaha."Selena jadi malu sendiri, dia memang menghindari Devan. Lebih tepatnya, dia kabur dari Devan."Kamu dan Devan sudah dewasa. Alangkah baiknya jika kalian bersikap dewasa dan selesaikan masalah kalian. Ibu harap kamu selalu bahagia Selena," ujar bu Desi memeluk Selena."Terima kasih bu." Selena memeluk bu Desi.Selena menuju kamarnya, dia kesana tanpa membawa barang apapun dan pergi juga tanpa membawa apapun. Selena mengambil ponselnya dan langsung mengaktifkannya, menghubungi Devan tapi tidak ada ja