Devan teringat saat dia menarik tubuh Cherrien si pramugari.Flashback"Tuan, kenapa anda menarik saya ke sini? Ada istri anda diluar sana," tolak Cherrien."Aku akan membayarmu dua kali lipat dari gajimu.""Tuan! Saya memang pramugari tapi tidak memberikan layanan extra seperti yang anda inginkan!""Kamu memang wanita pintar."Devan melirik Cherrien dan berkata, "Kamu bisa mendesah?"Cherrien menyerengitkan dahinya, dia merasa heran mendengar perkataan Devano Johanson."Aku hanya akan menyuruhmu untuk mendesah dengan keras agar terdengar istriku," ujar Devan."M-maksud tuan apa! Apa maksud tuan menyuruh saya untuk berpura-pura mendesah, seperti sedang berhubungan intim?""Iya.""Tuan, saya juga seorang wanita. Jika istri anda mendengarkan suara orang sedang berhubungan intim, tentu akan menyakiti hatinya. Saya tidak mau, tuan.""Aku tahu, hal ini akan menyakitkan hati istriku..,""Apa tuan tidak mencintai istri anda?""Tentu saja aku mencintai istriku.""Tapi kenapa mau menyakiti har
Private jet milik Johanson Grup sudah landing dibandara Internasional John F Kennedy. Mobil sedan berwarna hitam sudah menunggu pasangan pengantin baru yang akan berbulan madu."Kita menginap dimana?" tanya Selena."Trump international hotel and tower.""Hotel Trump? Yang punyanya presiden Amerika? Donald Trump?""Iya.""Serius?""Kenapa? Apa kamu mau nya Donald Bebek?""Iiis Dev, aku tuh serius. Aku ga pernah keluar negeri. Ke Bali aja dulu itu pertama kalinya aku ke sana.""Serius? Saat kita ke Bali dulu itu merupakan pertama kalinya untuk kamu?""Iya serius, Dev. Ngapain juga aku bohong."Devan melihat Selena tidak percaya dan kasihan. Bukannya Tony Handoko merupakan direktur di sebuah perusahaan. Bukan hal sulit bagi Tony untuk ke Bali."Jangan melihat aku seperti itu, nanti kamu terpesona, loh." Selena terkekeh sendiri."Kamu ini terlalu percaya diri""Ga apa-apa kan aku percaya diri. Aku memang sepantasnya percaya diri karena aku istri Devano Johanson."Devan tersenyum mendengar
Pagi hari di kota New York, Selena melihat dari luar jendela kota negeri paman Sam. Selena memutuskan untuk keluar kamar sendiri tanpa, Devan. Untuk saat ini tidak ingin berjumpa dengan yang sudah menjadi suaminya.Selena berjalan keluar hotel Trump, bangunan hotel tersebut terletak di Central Park West di Columbus Circle antara Broadway dan Central Park West, Manhattan, New York. Dia sangat ingin ke Central Park, melihat pemandangan taman yang terkenal tersebut.Selena melihat anak kecil berlarian bersama orang tuanya jadi teringat bayi dalam kandungannya."My baby, kamu harus kuat yaa nak. Walau papamu seperti itu, tapi mama yakin papamu menyayangimu," ujar Selena berbicara pada bayi dalam kandungannya.Usia kehamilan Selena yang sudah 3 bulan, masih 6 bulan lagi dia akan melahirnya. Selena berharap Devan akan berubah, kembali pada sosok Devan yang dulu dia kenal.Selena duduk di kursi taman, banyak orang berlalu lalang disana. Ada yang bersama keluarganya, ada yang bersama pasangan
Devan mendekati Selena. Selena sangat takut melihat Devan yang seperti marah padanya."Aku tanya kamu kemana, Selena!" bentak Devan."Aku berjalan-jalan ke Central Park.""Kamu bohong! Aku mencarimu disana tapi kamu tidak ada!""Aku menghindarimu, tentu saja kamu tidak akan bisa menemukanku."Devan menyentuh wajah Selena, menarik tangannya dan memeluk Selena dengan erat. Devan sangat takut kehilangan Selena."Maafkan aku, Selena. Maafkan aku," ujar Devan menyesal.Ada desiran aneh merambah hati Selena. Kata maaf dari Devan membuatnya luruh, hatinya yang tadi sakit bagai teriris benda tajam seakan terobati. "Aku mencintaimu, Lena," ujar Devan menyentuh bibir istrinya.Devan mencium bibir Selena dengan mesra. Amarahnya, rasa sakit dihatinya seakan terluapkan melalui ciuman mereka. Ciuman-ciuman mesra berubah menjadi lumatan-lumatan yang menggairahkan.Tangan Devan menyusuri lekuk tubuh istrinya, menyentuh bagian-bagian sensitif Selena. Menyelami setiap bagian yang membuatnya seakan lup
Marlina sangat terkejut saat mengetahui Devan tidak pulang kerumahnya. Dia menyuruh Rudi, untuk menyiapkan asisten rumah tangga sebagai mata-mata dirumah Devan.Rudi sudah mengajarkan Bi Diah untuk selalu memberikan informasi padanya. Marlina tidak bisa membiarkan ada hal buruk pada Selena.2 bulan kemudian.Usia kandungan Selena sudah memasuki 5 bulan. Dia menunggu Devan pulang dari kantor. Dia berusaha untuk tetap tegar menghadapi perubahan sifat dan tingkah laku Devan.Devan pulang kerumah dengan membawa seorang wanita. Selena melihat wanita dan suaminya itu dengan heran. Siapa wanita ini?"Siapa dia, Dev?" tanya Selena dengan wajah tidak suka."Ooh dia, dia akan menemaiku malam ini." "Apa maksudnya ini, Dev!""Kamu sedang hamil dan tidak bisa memuaskan aku, wajar dong aku membawa wanita lain yang bisa memuaskan aku.""Dev! Aku ini istrimu. Jika kamu ingin bermain wanita lakukanlah diluar, jangan dirumah.""Diluar tidak aman. Aku lebih suka dirumah."Devan mengajak wanita yang dir
5 bulan kemudian.Usia kandungan Selena sudah memasuki usia 7 bulan, tinggal dua bulan lagi dia akan melahirkan.Selena sering menghubungi Kevandra secara diam-diam tanpa sepengatahuan Devan. Untungnya Devan tidak pernah curiga dan mengotak-atik ponselnya.Selena banyak mencurahkan perasaannya pada Kevandra. Kevandra selalu mendengarkan semua keluh kesah Selena, dia berusaha untuk menguatkan, dan mensupport Selena. Walau dia sangat kesal dan marah pada perlakuan Devan terhadap Selena, tapi dia tidak bisa berbuat hal yang lebih jauh. "Aku akan selalu ada untukmu. Jangan pernah merasa sendirian didunia ini, karena kamu punya aku, tempatmu bersandar," ujar Kevan dari balik saluran telekomunikasi."Terima kasih, Kevan. Kamu memang sahabatku yang terbaik," balas Selena."Sama-sama, Selena. Jaga selalu kesahatanmu dan babymu ya.""Iya, Kev. Kamu juga, take care, Kevandra."Selena memutuskan komunikasi mereka, disaat bersamaan bi Diah datang kekamarnya."Maaf, Nyonya. Di bawah ada tamu yang
Marlina sangat marah saat Rudi memberitahukannya, kalau Tony Handoko meminta uang pada Selena. Ditambah lagi ada Tifanny anak Tony Handoko dirumah Selena."Rudi, kamu urus Tony Handoko. Berani-beraninya dia meminta uang pada Selena!""Baik, Nyonya.""Eh, tidak usah. Aku sendiri yang akan kerumah si Tony.""Baik, Nyonya."Rudi mengendarai mobil sedan mewah menuju rumah kontrakan Tony. Marlina melihat keadaan rumah kontrakan Tony sangat biasa, dia jadi tahu kenapa Tony meminta uang pada Selena.Memang dia yang membuat Tony dipecat sebagai direktur. Tapi, itu semua karena kesalahan Tony sendiri. Pria itu terlalu tamak dan angkuh hingga tidak mau menyadari kesalahan yang dia perbuat sendiri."Aku berubah pikiran, Rudi. Kamu saja yang turun, menemui si Tony. Kasih dia uang, carikan dia rumah sederhana dan kasih dia modal untuk dia membuka usaha sendiri, tapi dengan surat perjanjian kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Selena lagi.""Tapi nanti keenakan dia, Nyonya.""Biarlah. Dari pad
Tifanny tersenyum dengan wajah bahagia, saat dia bangun tanpa busana diranjang bersama Devan. Dia berpikir kalau dia dan Devan sudah melakukan hubungan intim. Tifanny menyentuh wajah Devan dengan lembut."Jangan pegang wajahku," ujar Devan ketus."Apa aku salah menyentuh wajahmu, Dev.""Salah. Aku tidak ingin wanita sepertimu menyentuh wajahku.""Dev, kita sudah berhubungan intim. Kamu sudah menikmati tubuhku.""Lalu, kamu mau apa?""Aku ingin kamu bertanggung jawab padaku, Dev. Nikahi aku.""Bermimpilah terus Tifanny. Kamu pikir, aku mau menikahi wanita kotor sepertimu!""Aku memang kotor tapi kamu menikmati diriku yang kotor ini.""Haha... Terserah padamu, Tifanny," ujar Devan keluar kamar Tifanny.Selena berada diruang tamu dengan wajah tertunduk. Dia hanya bisa menangis, meratapi kenapa hidupnya seperti ini. Suaminya berhubungan intim dengan adiknya, walau bukan adik kandung tapi Selena menyayangi Tifanny bagaikan adik kandungnya."Siapkan aku sarapan," titah Devan."Aku bukan pem