Devan berada dihotel bintang lima, dia memutuskan hari ini tidak ingin bertemu dengan siapapun. Dia tidak bersemangat kekantor juga tidak ingin pulang, dia teringat tentang kejadian kemarin malam.FlashbackDevan curiga melihat sikap aneh Tifanny, seharusnya jika memang Tifanny ingin membuatkannya minuman tidak perlu kekamarnya dulu tapi langsung kedapur.Devan berjalan menuju dapur dengan perlahan, dia ingin melihat apa yang dilakukan Tifanny. Dia melihat Tifanny membuat dua minuman lalu di gelas yang lain, dia memberikan bubuk putih didalam minuman."Kamu pasti ingin menjebakku lagi! Aku tidak akan tertipu untuk kedua kalinya jalang."Devan segera kembali keruang tamu, dia berpura-pura menunggu Tifanny. Dia akan mengikuti alur permainan Tifanny, sengaja membuat Tifanny bagaikan diatas awan.Dia melihat Tifanny datang keruang tamu, Devan berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Dia melirik Tifanny, wanita itu tersenyum penuh arti."Cih... Dasar jalang kecil! Kamu pikir, aku akan mudah ka
Penyesalan selalu datang terlambat, itu lah yang dirasakan Devan sekarang. Dia mencintai Selena tapi dia juga yang menyakiti wanita itu.Devan kebingungan mencari Selena, dia sudah bolak-balik ke lima rumah sakit di Jakarta tapi sampai sekarang belum juga menemukan Selena. Dia merasa frustasi, dia kelelahan. Dia tahu ini semua kesalahannya membuat hidup Selena bagaikan dineraka, dan neraka itu dia yang membuatnya. Ponsel Devan berdering, dia mendapatkan pesan dari neneknya, Marlina. Nenek : Lihat apa yang kamu perbuat pada Selena, Devan. Video ini nenek kirimkan padamu agar kamu tau betapa menderitanya istrimu.Devan membuka video yang dikirimkan oleh neneknya. Betapa kagetnya dia saat melihat Selena diperlakukan dengan tidak pantas oleh Tifanny. "Aku harus mencari Tifanny."Devan menghubungi Andi, menyuruh sekretarisnya untuk melacak sinyal ponsel Selena. Dia juga meminta tolong pada Rudi untuk meminta nomor ponsel Tifanny pada Tony Handoko. Dia tidak memiliki nomor ponsel Selena.
Kevandra tersenyum setelah Devan memutuskan hubungan komunikasi mereka melalu ponsel. Dia mengambil ponselnya yang lain dan menghubungi Tifanny yang sudah membeli ponsel baru."Bagaimana? Kamu berhasil mengelabui, Devan," tanya Kevandra."A-ku ber-hasil, Ke-vandra," ujar Tifanny gugup."Baguslah, nanti akan ada beberapa orang utusanku yang akan menanganin Selena. Bagaimana proses kelahiran anak Selena berjalan dengan lancar?" tanya Kevandra."Baru saja selesai operasi, Kevandra.""Laki-laki atau perempuan?""Laki-laki, tapi prematur.""Iya aku mengerti lahirnya diusia tujuh bulan jadi wajar jika prematur. Kamu tunggu disana dan awasi sekitarmu, jangan sampai Devan mengetahui dimana Selena. Kalau sampai Devan tau dimana Selena, kamu yang akan menanggung semua akibatnya!" ancam Kevandra."Iya. Kevandra aku memerlukan uang, aku tadi pergi dan meninggalkan semua barang juga mobilku.""Aku akan mengurus semuanya, kamu tunggulah dirumah sakit."Kevandra memutuskan komunikasinya, dia yang me
3 tahun kemudian.Seorang wanita cantik melangkahkan kakinya mengenakan high heels dengan percaya diri. Kacamata berbingkai hitam yang menutupi mata indahnya, seakan melengkapi penampilannya yang terlihat fashionable.Dia melihat kesamping kanannya ada seorang pria yang bepakaian formal mendampinginya."Kenapa kamu harus terus mengikutiku." Wanita itu mencebikan bibir melihat pria disampingnya."Bu, saya hanya menjalankan tugas dari pak Kevandra menjaga anda," ujar Joe dingin."Aku ga suka dijaga begini, kayak artis atau direktur aja sih. Jika bukan karena Kevan, aku tidak mau Joe dijaga sama kamu."Carla, asisten Selena menghela napas. Dia harus selalu mengingatkan pada Selena untuk menjaga imagesnya. "Maaf bu Selena, jangan seperti itu. Jaga images anda sebagai seorang penulis yang naik daun, karya anda banyak disukai penggemar, loh. Bu Selena harus ingat kata pak Kevandra untuk —""Iya... iya aku tau, aku harus jaga image dan penampilanku. Seperti yang Kevandra selalu katakan 'past
Selena yang berada di dalam mobilnya, menghela napasnya dengan berat, kenangan 5 tahun yang lalu membuat kepalanya pusing. Dia tak ingin mengingat dan berhubungan apapun dengan perusahaan Johanson Grup. "Bu Anda baik - baik saja?" tanya Carla."Baik." "Kalau baik kenapa tadi mendadak oleng.""Aku capek aja, oleng - oleng dikit biasanya, cerewet amat sih.""Bu gimana ga cerewet nanti kalau bu Selena ada apa- apa saya yang kena damprat pak Kevan. Pak Kevan kan ganas bu kalau udah marah." "Aakh, Kevan memang begitu dia. Dingin- dingin sedap kaya es krim." "Yang cuma lumer di depan Bu Selena yaa." "Ga juga, tapi begitulah dia."Selena tersenyum sendiri mengingat Kevan, pria yang telah menemani dirinya selama 5 tahun. FlashbackSelena terbangun dari komanya setelah 2 bulan terbaring di ranjang rumah sakit. Dia melihat dengan bingung dengan keadaan di sekitarnya sendiri."Kevan," suara Selena terdengar lemah saat melihat ada Kevandra di sampingnya."Kamu sudah bangun Lena? Tunggu sebe
Begitu tiba di JW Company, Selena melangkahkan kakinya menuju ke perusahaan diikuti Carla dan Joe. Semua karyawan di JW Company mengetahui siapa Selena atau yang lebih dikenal dengan Amira. Amira yang mereka ketahui merupakan kekasih CEO JW Company. Banyak mata melihat Selena secara diam - diam, ada yang melihat dengan kagum kecantikan Selena, ada juga yang melihat dengan tak suka. Selena ingin secepatnya menemui Kevandra. Dia ingin membicarakan tentang promosi novelnya LOVE yang harus di jakarta. Dia tak ingin itu terjadi apalagi penyelenggaranya adalah perusahaan Devan, Johanson Grup. Saat dia akan di depan ruangan CEO terdengar suara seorang wanita berbicara dengan Kevandra. Selena mengurungkan niatnya dan bertanya pada Elizabeth sekretaris Kevandra. "Siapa di dalam?" tanya Selena dengan suara berbisik."Bu Regina," balas Elizabeth dengan berbisik juga."Aku ngumpet dulu yaa di ruangan rapat, nanti kalau udah pergi bilang sama Kevan aku menunggunya di sana.""Iya Bu Amira, sela
Kevandra masih sibuk memikirkan perkataan Ibunya, Regina. Elizabeth mengetuk pintunya membuatnya menoleh ke arah pintu."Masuk," ujar Kevandra."Maaf Pak ada Bu Amira menunggu Anda di ruang rapat," ucap Elizabeth dengan sopan."Ooh ok."Kevandra mengambil ponselnya menghubungi Selena."Masuk saja ruanganku," ujar Kevandra."Siap Bos." Selena melihat Carla dan Joe."Silahkan Bu... kamu nunggu di sini aja," ujar Carla yang mengerti tatapan mata Selena."Kamu memang hebat tanpa perlu aku berkata-kata udah langsung ngerti.""Iya Bu udah sana nanti Tuan Kevandra bisa marah-marah sama kami berdua."Selena dengan secepat mungkin masuk ke ruangan Kevandra."Kevaaaan," teriak Selena."Ada apa teriak-teriak," ujar Kevandra."Aku ga mau, aku ga mau," ujar Selena sambil menggelengkan kepalanya."Iya aku tahu, nanti aku akan cari alasan.""Kenapa bisa seperti itu, aku ga nyangka kalau harus seperti ini.""Maafkan aku karena aku kamu jadi terlibat""Bukan Kev ini bukan tentang—""Ini salahk
Kevandra melihat Joe yang masih berdiri mematung di dalam ruangannya. Dia berpikir pasti Joe harus extra sabar menghadapi Selena yang sering berubah - ubah pikirannya. Sifat Selena sudah berbeda tidak seperti Selena yang dulu lagi. Selena sekarang lebih ceria, lebih sering tertawa, dan suka marah - marah. "Ada apa dengan Selena, Joe? Apa ada masalah saat jumpa fansnya?" tanya Kevandra."Iya Tuan memang ada masalah," jawab Joe."Masalah apa?""Saat selesai jumpa fans dan penandatangan novelnya Bu Selena, Pak Gustav mengatakan kalau harus promosi dengan novel terbarunya di luar negeri.""Bagus sekali itu demi karirnya sebagai novelis.""Tapi, ada yang jadi masalah Tuan.""Masalah apa?""Saat Pak Gustav mengatakan salah satu negara yang harus di kunjungi adalah Indonesia Bu Selena tidak suka.""Selena harus profesional, dia sudah dikontrak kerja untuk mendistributorkan novelnya jadi harus mau mengikuti cara promosi para penerbit.""Tapi, perusahaannya itu Jo—""Sudahlah Joe. Selena sela