Sepanjang hari Devan menunggu kedatangan Selena, tapi tak kunjung datang wanita yang harus menjadi sekretarisnya. Ia sangat kesal sampai-sampai belum pulang jam kerja langsung ke apartemen Selena. Berkali-kali Devan menekan bel pintu apartemen Selena, tapi tak juga ada yang membukanya. "Apa Selena nyari kerjaan lagi ya," ucapnya kesal. "Dia memang wanita yang sangat keras kepala." Devan sangat kesal keluar gedung apartemen Selena dan bertepatan gadis itu masuk ke dalam gedung dengan wajah pucat. "Sel, kamu kenapa?" tanya Devan khawatir keadaan Selena. "Aku ga apa-apa," ucap Selena lemas. "Kamu dari mana? Apa kamu sakit?" "Ga, aku ga sakit." "Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit." "Ga usah. Aku udah beli obat mau istirahat aja. Sudah sana kamu pulang aja." Devan bersikeras tidak mau pulang dan ingin menemani Selena di apartemennya walau Selena telah mengusirnya, bahkan berkali-kali mengusirnya. "Baru kali ini aku ketemu orang ga tau malu," ujar Selena dengan kesal."Terima
Devan bangun di pagi hari yang cerah, dia semangat untuk berangkat kerja. Dia sudah tak sabar untuk bertemu Selena."Selamat pagi nenekku sayang," sapa Devan dengan senyuman terukir indah di wajahnya yang tampan."Selamat pagi juga cucu ku sayang," balas Marlina nenek Devan merasa cucu nya tidak seperti biasanya ."Aku berangkat dulu yaa nek.""Kamu kenapa kok berbeda dari biasanya Dev?""Ga ada apa-apa nek, memang ga boleh aku menyapa nenek," ujar Devan sambil berlalu pergi dari rumah mewah Marlina.Setelah Devan pergi, Marlina makin curiga, ini bukan Devan. Cucu kesayangannya tak akan seperti sekarang. Dia akan menyelidiki apa yang membuat Devan berubah seperti sekarang.Devan menyuruh Andi melajukan mobil dengan cepat, dia ingin menjemput Selena agar wanita itu tidak memiliki alasan lagi pergi kerja.Selena memutuskan untuk berangkat kerja, dia tak ingin kejadian kemarin malam terulang lagi. Dia ketakutan dengan amarah Devan yang tidak bisa dia pungkiri membuat dirinya menjadi trau
Keesokan paginya...Selena berangkat kerja dan lagi-lagi Devan sudah ada di depan apartemennya menjemputnya untuk berangkat ke perusahaan bersama. Andi tidak ikut bersamanya, Devan tidak ingin waktunya berduaan bersama Selena terganggu dengan kehadiran Andi."Udah sarapan?" tanya Devan."Udah"jawab Selena singkat."Kalau aku belum sarapan.""Ga ada yang nanya.""Tapi aku memberitahu kamu."Selena memutar bola matanya, dia kesal sekali dengan kelakuan Devan."Temani aku sarapan," ujar Devan berhenti di restoran cepat saji."Kamu ga pesan makanan juga?" tanya Devan."Aku sudah kenyang."Selena memperhatikan Devan makan dengan seksama. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan caranya makan membuat Selena ingin makan juga tapi dia malu. Sebenarnya dia sudah makan tapi hanya sedikit. Setelah malamnya dia tidak mual tapi pagi harinya dia mengalami mual dan muntah-muntah lagi. Selena sempat berpikir apa mungkin dia hamil tapi dia juga masih ragu. Dia dan Devan melakukan hubungan intim dua m
Saat mereka makan bersama di restoran lalu datang seorang wanita dengan marah ke arah Selena dan Devan."Ooh jadi seperti ini kelakuanmu dan wanita penghianat!!!" ujar wanita itu dengan marah pada Selena.Selena sangat kaget melihat wanita itu dan wanita itu adalah Merry ibu Oliver."Sepertinya kamu dapat mangsa yang lebih kaya. Aku lihat kamu keluar dari toko perhiasan dan kamu menghianati anakku Oliver," ujar Merry dengan pandangan rendah melihat Selena."Tolong jaga perkataan anda bu Merry!! Saya bersama atasan saya," jawab Selena."Ooh jadi mangsamu yang baru ternyata bos kamu."Merry melihat Devan dari ujung kaki ke ujung rambut. Dia sangat kesal Selena mendapatkan pria yang lebih baik dari pada putranya. Dia tak bisa membiarkan ini terjadi dia harus membuat Selena menjadi malu."Hai kamu bos Selena. Kamu jangan mau dengan perempuan ini. Dia hanya perempuan jalang yang menjajakkan tubuhnya pada semua laki-laki dan dia akan menguras habis hartamu.""Apa maksud anda?" ujar Devan."
Selena dan Devan berangkat ke Bali, Selena terperangah melihat private jetnya Devan. Dia tidak pernah naik pesawat selama dia hidup malah sekarang naik private jet, sungguh hal tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.Devan tersenyum bangga melihat Selena yang terperangah dengan private jet miliknya. "Udah dong jangan norak gitu dong, kayak ga pernah naik pesawat aja," tegur Devan yang mengagetkan Selena.Selena salah tingkah, apakah dia terlihat norak?Entahlah selama ini dia hanya bisa berhalu ria saat melihat instagram para artis yang selalu berfoto di dalam private jet.Tak butuh waktu lama mereka tiba di Bali, Selena sangat bahagia dia bisa ke Bali. Dia memang tidak pernah ke Bali, hidupnya hanya sebatas kota pahlawan dan Jakarta. Selena membayangkan dirinya berlari-lari di pantai memakai kacamata sambil menikmati butiran ombak yang menerpa kakinya.Saat Selena sedang asyik dalam lamunannya, tiba-tiba di melihat wajah Devan muncul di hadapannya sambil melambai-lambaikan tangannya
Devan dan Selena saling melihat wajah mereka masing-masing."Kita lanjutkan di kamar," ujar Devan penuh napsu melihat Selena.Selena menganggukan kepalanya. Dia sangat ingin melanjutkan ciuman mereka di dalam kamar.Devan dan Selena sudah berada di dalam kamar hotel. Mereka terus berciuman dan saling melumat dengan mesra. Devan melepaskan tautan bibir mereka, bibirnya pindah ke leher jenjang Selena menjilati leher tersebut dengan lidahnya. "Aaah Deeevvv," suara desahan Selena semakin membuat Devan terangsang.Devan membuat kissmark di leher Selena, bibirnya menjelajahi bagian dada Selena.Tangan Devan meremas perlahan gunung kembarnya, menyentuh pucuk gunung kembar Selena dengan lidahnya. Devan melumat bibir Selena lagi dengan tangan kirinya meremas-remas pantat Selena dan tangan kanannya meremas gunung kembar milik Selena."Aaah Devaaaan... aaaah," desah Selena yang terbuai dengan segala perlakuan Devan padanya, Devan sangat lihai membuatnya makin bergairah.Tanpa terasa mereka suda
Keesokan harinya di Jakarta.Pagi ini terasa berbeda, Selena tidak melihat ada Devan di sekitar apartemennya. Matanya mencari Devan tapi ternyata pria itu memang tidak ada di sana. Selena hanya tersenyum miris pada dirinya sendiri.Benarkah Devan sudah tidak peduli lagi padanya?Ada perasaan sakit dalam hatinya yang dia sendiri tidak mengerti kenapa bisa merasakan hal tersebut.Selena sudah tiba di kantor dan mendengar suara Devan yang sepertinya sedang marah lalu melihat Andi keluar ruangan Devan. Wajah Andi juga tidak seperti biasanya tapi terlihat seperti tertekan, Selena penasaran dengan apa yang terjadi."Ndi— Andi," panggil Selena dengan suara pelan.Andi melihat Selena."Ada apa kok tuan Devan marah-marah?" tanya Selena masih dengan suara pelan."Hari ini jangan mencari masalah dengan tuan Devan," jawab Andi dengan suara pelan juga."Kenapa?""Hari ini hari peringatan meninggalnya ibu tuan Devan."Selena terdiam, dia mengerti mungkin Devan sedih mengingat mengingat hal tersebu
1 bulan kemudian...Pagi ini Selena merasa sangat lelah, frekuensi muntah-muntahnya semakin menjadi-jadi. Dia mual dan merindukan Devan, dia sudah tidak bertemu dengan Devan selama satu bulan lamanya. Andi juga tidak ada, Andi mendampingi Devan yang berada di Singapore.Selena berangkat kerja walau dia sendiri pun tidak tahu harus mengerjakan apa. Dia memang sekretaris Devan, tapi mungkin lebih tepatnya hanya sebagai pajangan tanpa Selena ketahui kalau Devan tetap mengawasi dirinya melalui cctv kantor yang terhubung dalam table nya.Selena memainkan ponselnya, dia terlalu lelah hanya berdiam diri. Kepalanya pusing dan dia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi dalam perutnya. Devan yang berada di Singapura mengetahui hal tersebut merasa cemas dengan keadaan Selena. Devan memanggil Andi."Andi apa kamu tau teman Selena siapa saja di kantor?" tanya Devan."Saya tau tuan.""Suruh temannya untuk melihat keadaan Selena di lantai 18.""Baik tuan."Andi keluar ruangan Devan, dia