Desiring Touch of Revenge (Revenge Series #1)

Desiring Touch of Revenge (Revenge Series #1)

last updateLast Updated : 2021-12-02
By:  kyiesss27Completed
Language: English_tagalog
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
44Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

All her life, Ashiera Nicola only wanted 1 thing. That is to give revenge for her sister's death, she wants justice for her sister Vanessa who was abused by a prince. She lived on her own and lost contact with her father, who sacrificed her sister's justice for a name. She's a princess who owns luxury hotels and some private beach resorts and by the age of 25, she will be married to a prince, Khai Balderik Kristofell. A prince who will be the reason for her to take revenge in a nice and clean way. Warning: There may be some chapters with R18.

View More

Chapter 1

PROLOGUE

"Umph ...."

Pintu kamar terbuka, terlihat dua buah sosok yang masuk sambil terhuyung-huyung. Sorot mata mereka tampak mabuk. Begitu masuk, keduanya langsung saling berciuman di ambang pintu.

Terdengar desahan yang saling bersahutan dan suasana kamar pun dipenuhi keintiman.

"Ah ...." Arlina memekik pelan, tubuhnya diangkat dengan mudah oleh pria itu. Tubuhnya yang mungil menggeliat pelan dalam dekapan pria tersebut. Perbedaan tubuh mereka menimbulkan imajinasi liar.

Pria itu membawa Arlina langsung ke tempat tidur, lalu melemparkannya ke atas kasur dengan gerakan yang begitu mudah. Tubuhnya yang tinggi dan besar menindih Arlina. Matanya memerah dan wajah yang biasanya tenang, kini memancarkan hasrat yang membara.

Logikanya hancur berantakan.

Arlina menggenggam erat seprai hingga jemarinya memucat. Terlintas kilatan cahaya putih dalam sorot matanya. Cahaya lampu berayun, suara desahan dan bisikan lirih memenuhi seluruh ruangan.

....

"Arlin."

"Arlin."

Arlina Khoman terbangun dengan kaget dari mimpinya, keningnya dibasahi keringat dingin. Mimpi itu datang lagi. Sudah sebulan lebih, hampir setiap malam dia bermimpi hal yang sama.

Hari libur musim panas itu adalah ulang tahun Rio. Arlina menghadiri pestanya dengan hati riang. Namun, dia baru menyadari bahwa yang diundang bukan hanya dirinya, tapi juga teman-teman sejurusan lainnya, termasuk Fanny, gadis cantik yang terkenal di kampus.

Mereka duduk berdekatan dan terlihat sangat akrab. Banyak orang yang melirik ke arahnya, seolah menunggu reaksi Arlina. Arlina dan Rio memang satu jurusan, tapi beda kelas. Semua orang tahu bahwa Arlina sudah menyukai Rio selama dua tahun, bahkan Rio sendiri juga tahu. Namun, dia tidak pernah menolak perasaan Arlina secara langsung.

Dari tatapan teman-temannya, jelas semua orang sudah tahu tentang Fanny dan Rio, hanya Arlina sendiri yang tidak mengetahuinya. Di satu sisi, Rio menggantungkan perasaan Arlina terhadapnya, di sisi lain dia malah bersikap mesra dengan Fanny. Tatapan teman-teman sejurusannya membuat hati Arlina tersakiti. Diam-diam dia bersumpah, tidak akan lagi melanjutkan cinta bertepuk sebelah tangan yang konyol ini.

Malam itu dia minum cukup banyak, ditambah lagi dengan perasaan kesal yang menumpuk di dadanya. Saat menuju toilet, dia terhuyung-huyung dan tidak sengaja menabrak seorang pria. Saat mendongak, matanya bertemu dengan tatapan tajam pria itu.

Pria yang lebih tampan dan maskulin dibandingkan Rio.

Entah keberanian dari mana yang tiba-tiba muncul, Arlina langsung menarik kerah bajunya dan mendesah pelan, "Mau nggak tidur sama aku malam ini?"

Selanjutnya, semua berjalan tanpa kendali. Mereka masuk ke kamar dan menghabiskan malam yang penuh gairah dan hasrat membara.

Keesokan paginya, ketika keberanian yang muncul karena alkohol itu telah lenyap, Arlina baru terbangun dan mendapati dirinya telanjang bersama pria asing di ranjang. Dia panik bukan main, lalu buru-buru mengenakan pakaian dan kabur dari kamar itu.

Arlina tahu dia telah melakukan kesalahan besar dan tidak berani menceritakannya kepada siapa pun. Dia bahkan tidak berani untuk mencari tahu identitas pria itu.

Namun, bayangan itu terus menghantuinya. Bahkan sebulan kemudian, hampir setiap malam dia memimpikan malam itu. Bayangan tubuh yang saling membelit, napas yang terengah-engah, dan tatapan dalam dari pria itu ....

"Arlin, cepat bangun! Masih sempat bengong? Baru awal masuk kuliah kamu mau telat?" Suara Tania membuyarkan lamunannya. Arlina menggelengkan kepala untuk menepis bayangan semalam dari pikirannya, lalu bangkit dari tempat tidur dengan terburu-buru.

Setelah selesai mandi, Arlina memeluk buku-bukunya dan berjalan cepat bersama Tania menuju ruang kelas.

"Kenapa kamu lari cepat sekali?" Arlina kesulitan mengikuti langkah Tania.

"Kamu lupa hari ini ada kelas anatomi?" jawab Tania. "Belakangan ini kamu sering linglung, banyak lupa terus."

Arlina baru teringat. Kabarnya, kampus mereka mendatangkan seorang profesor anatomi yang luar biasa. Lulusan Universitas Johns Hopkins yang baru pulang dari luar negeri. Baru bergabung saja sudah langsung diangkat menjadi dosen. Dia adalah profesor termuda dalam sejarah fakultas kedokteran.

Berhubung profesor ini ada urusan dan belum bisa hadir sebelumnya, jadwal kelas anatomi mahasiswa terpaksa ditunda lebih dari sebulan. Kini setelah libur panjang usai, kelas pertama mereka langsung diampu langsung oleh sang profesor.

"Arlin, kamu tahu nggak? Tadi pagi ada mahasiswa yang sudah ketemu sama profesornya," bisik Tania dengan nada antusias.

"Katanya, profesor itu gantengnya luar biasa. Sekarang grup kampus lagi ramai ngomongin dia, banyak yang nyesal nggak ambil mata kuliahnya," ujar Tania sambil menarik tangan Arlina. "Ayo buruan! Kalau nggak, nanti kelasnya penuh sesak, kita nggak kebagian tempat duduk!"

'Mana mungkin sampai segitunya,' pikir Arlina dalam hati. Lagi pula, mereka sudah masuk tahun ketiga. Biasanya kelas pertama banyak yang bolos atau titip absen ke teman. Sering kali, daftar hadir tetap penuh walau kursi di kelas terlihat kosong.

Namun, saat mereka tiba di depan ruang kelas, Arlina hanya bisa terpaku melihat pemandangan yang luar biasa ramai. Orang-orang berkerumun, sama seperti antrean heboh di supermarket saat ada promo telur murah.

Tania yang sepertinya sudah memprediksi ini, hanya mendengus kecil. "Profesor ganteng lulusan kampus top ... nggak beda jauh sama suasana fans yang lagi nonton idolanya." Dia menarik tangan Arlina, lalu bergerak maju melewati kerumunan.

"Permisi! Permisi! Yang cuma mau ikut dengar, jangan rebutan tempat duduk dari mahasiswa yang benaran kuliah di sini, dong!"

Setelah berdesakan, mereka akhirnya menemukan dua kursi kosong dan langsung duduk. Namun, Tania tiba-tiba menunjukkan ekspresi jijik. "Huh, sial."

Mengikuti arah pandangannya, Arlina melihat Rio dan Fanny sedang duduk di barisan depan.

Beberapa mata kuliah penting sering menggabungkan beberapa kelas dalam satu ruang kuliah besar. Tak disangka, kali ini Arlina malah harus bertemu dengan Rio dan Fanny di sini. Keduanya tampak begitu akrab. Rio membisikkan sesuatu ke telinga Fanny, membuat gadis itu menutup mulut sambil tertawa kecil.

Melihat Arlina terus memandangi mereka, Tania menghela napas. "Nggak heran akhir-akhir ini kamu kelihatan linglung. Siapa juga yang nggak sakit hati melihat orang yang disukai selama dua tahun malah pacaran sama orang lain."

Arlina terkejut memandangnya. "Mereka pacaran?"

"Iya, mereka resmi jadian waktu ulang tahun Rio itu. Kenapa ekspresimu seperti baru dengar soal ini?"

Arlina berbisik pelan, "Memang baru tahu ...."

"Jadi selama ini kamu linglung karena mikirin siapa?" Sejak masuk kuliah sebulan lalu sampai sekarang, Tania paling paham dengan kondisi Arlina.

Arlina hanya terdiam. Dia tentu tidak mungkin mengatakan bahwa selama ini pikirannya kacau karena mabuk, lalu tidur dengan pria asing.

Melihat Arlina tidak menjawab, Tania mengira Arlina hanya gengsi mengakuinya. Dia menepuk bahu Arlina dengan perhatian, "Nggak apa-apa. Kalau kamu bilang baru tahu juga nggak masalah."

Arlina membatin, 'Memang benaran baru tahu, kok.'

"Selain agak ganteng dan nilainya bagus, aku nggak ngerti dari segi mana yang bisa membuatmu naksir sama Rio. Dia itu cuma pria berengsek."

"Ada banyak pria yang lebih tampan dan pintar, misalnya si profesor baru ini. Jelas jauh lebih unggul daripada dia. Arlina, gimana kalau kamu pindah hati saja?"

Arlina bingung menatapnya. "Pindah ke siapa?"

Tania tertawa geli. "Pindah ke profesor baru itu, dong!"

Tania ini memang suka bicara sembarangan. Arlina langsung menepuk belakang kepalanya dan memaki, "Jangan asal ngomong!"

Tiba-tiba, terdengar suara riuh di dalam ruang kelas. "Profesor datang! Profesor datang!"

Seluruh ruang kuliah yang penuh sesak itu langsung heboh. Semua orang menegakkan lehernya untuk melihat ke pintu, tidak terkecuali juga Arlina.

Arlina sebenarnya hanya penasaran ingin melihat seperti apa wajah yang bisa memicu kehebohan besar seperti ini. Apa benar sampai sedahsyat itu ketampanannya?

Dari kejauhan, sebuah sosok yang tinggi dan besar berjalan mendekat ke pintu ruang kuliah. Tubuhnya jangkung dan tegap, wajahnya bersih dan tampan, dengan garis wajah yang halus dan tegas.

Hidungnya mancung, bibirnya membentuk lengkungan yang indah, dan sepasang mata yang tajam seolah-olah bisa menembus hati orang. Sikapnya yang lembut dan elegan, membuat semua orang merasa sangat nyaman di dekatnya.

Tania mendengar Arlina yang duduk di sebelahnya menarik napas dalam-dalam.

"Arlin, aku nggak bohong, 'kan? Benar-benar tampan!"

Arlina yang duduk di sampingnya telah terkulai lemas di atas meja.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

Comments

No Comments
44 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status