LOGINRight after learning how to crawl, Alyana Oliveros already experienced the cruelty of the world. Para sa kaniya ay pinanganak s'yang mahirap kaya lumaki siyang mahirap. Pero habang tumatagal ay napagtanto niyang pwede pa niyang mabago ang takbo ng kaniyang buhay. She applied to different companies but luck was to elusive for her. That's why when she heard the good news that she's hired as a babysitter in the Madrial's mansion, she's the happiest girl alive. She's expecting she'll babysit an infant or some kids so she accepted the job but her world turned upside down when she discovered that it's the other way around. Because instead of babysitting a kid, she'll babysit a drop-dead gorgeous man! Little did she know, an innocent affection will occur between her and Giordan madrial. At may dalawa siyang pagpipilian. It's either she'll continue her job and sacrifice her own feelings, Or she'll fight for that affection even if she might face all the responsibilities and afflictions.
View MoreSeorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang di idam-idamkan oleh banyak wanita, terlihat sedang mencari-cari suatu benda yang merupakan salah satu keperluannya sehari-hari yaitu Smartphone.
Wanita cantik tersebut bernama Zeline Ayunindya, atau yang lebih sering disapa Zeline, gadis cantik yang baru saja menginjak usia 22 tahun.Zeline tumbuh menjadi gadis yang bisa dikatakan sangat cantik. Hidung yang mancung, bibir ranum yang selalu menambah daya tariknya, serta kulit putih yang membuatnya semakin terlihat sempurna. Belum lagi, Zeline mempunyai lekuk tubuh yang juga sangat indah. Dimana kebanyakan wanita akan berlomba-lomba merombak tubuh mereka agar terlihat indah, namun tidak dengan Zeline yang memilikinya secara alami tanpa perlu campur tangan manusia.Zeline merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang terlahir dari pasangan Arya Gunawan dan Arini Gunawan."Dimana phonselku? Perasaan tadi aku meletakannya diatas kasur," gumam Zeline, masih terus mencari phonselnya.Setelah beberapa menit mencari, namun tak kunjung menemukan phonselnya. Zeline memutuskan keluar dari kamar untuk mencarinya."Mah. Ada lihat Handphone aku?" tanya Zeline. Menghampiri Arini Mamanya, yang sedang menonton TV di ruang keluarga. "Tadi mama Lihat dibawa sama si kembar," jawab Arini santai tanpa menatap Zeline, sebab matanya fokus menonton Drama yang sedang ditayangkan di TV. Zeline menganggukan kepalanya mengerti, sembari melangkah pergi dari sana. Ia kembali menaiki anak tangga menuju kamar kembar yang dimaksud oleh Mamanya. Kembar yang dimaksud oleh Mamanya adalah kedua adiknya perempuannya yang bernama Fara Ayunindya dan Fera Ayundyia. Pintu kamar yang sedikit terbuka itu membut Zeline bisa melihat jika benar Phonselnya berada ditangan adik kembarnya. Zeline yang awalnya berniat akan menegur adiknya, merasa terenyuh hatinya saat melihat kedua adiknya terus saja berulang kali memutar video kebersamaan mereka dengan Laki-laki yang sangat mereka cintai. Sosok laki-laki yang sudah pergi meninggalkan mereka satu tahun yang lalu. Arya Gunawan. Suami dari Arini Gunawan dan Papa dari ketiga bersaudara itu, telah pergi terlebih dahulu kembali pada sang pencipta. Arya meninggal satu tahun yang lalu, tepatnya saat Zeline baru saja menyelesaikan studinya diluar Negeri. Arya pergi meninggalakan istri dan ketiga putrinya disaat ketiganga masih sangat-sangat membutuhkan figur seorang ayah. Zeline menatap iba pada kedua adiknya, masa dimana harusnya mereka lagi senang-senangnya bermanja dengan kedua orang tua yang lengkap. Namun tidak dapat dirasakan lagi oleh kedua adik kembarnya yang baru berusia 12 tahun itu. Selisih usia Zeline dan kedua adiknya memang terlampau jauh. Zeline berusia 22 tahun sedangkan kedua adiknya berusia 12 tahun. Kehidupan mereka yang awalnya bisa dikatakan selalu berkecukupan bahkan lebih dari cukup itu, sekarang tidak lagi sama sejak kepergian Arya. Sebelum meninggal, Arya bekerja sebagai Manager disebuah perusahaan terbesar di kota tempat mereka tinggal. Gaji yang besar hingga bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga, dan mampu membiayai pendidikan putrinya Zeline di luar Negeri. Bisa dikatakan Zeline hidup dengan berkecukupan selama ini, namun tidak dengan kedua adiknya yang harus merasa kekurangan setelah kepergian Papa mereka. Gadis seusia Zeline yang biasanya sedang asik dengan dunianya, dengan kisah cinta dan sebagainya tentang kehidupan pribadinya. Tapi itu semua tidak berlaku pada Zeline yang hanya memusatkan perhatiannya pada keluarga, dan selalu tentang keluarganya. Zeline akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya, Zeline tidak akan membiarkan keluarganya merasa kekurangan. Dan itulah tujuan hidup Zeline saat ini. Membahagiakan dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Zeline mengusap air matanya yang dengan lancang menetes keluar dari sudut matanya. Mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya, setelah itu menghampiri kedua adiknya yang masih menangis menonton video yang ada di phonselnya. "Sayangnya Kakak lagi apa? Kenapa nangis?" tanya Zeline lembut, melipat kedua kakinya duduk dilantai menghadap pada kedua adiknya yang duduk menangis diatas tempat tidur. "Kak, kami kangen sama Papa! Sangat merindukan Papa!" ucap si Kembar, terdengar begitu menyayat hati Zeline yang mendengaranya. Ia sangat hapal dengan tingkah kedua adiknya, jika keduanya bersedih seperti ini pasti keduanya sedang menyimpan sesuatu. Zeline tersenyum menatap adiknya sembari mengusap sisa air mata diwajah kedua adiknya, lalu duduk ditengah-tangah mereka. "Meskipun kita tidak dapat melihat kehadiran papa, tapi percayalah jika papa selalu ada bersama kita. Papa selalu memperhatikan dan menjaga kita dari sana," ucap Zeline pada adiknya. "Kenapa Papa pergi meninggalkan kita kak? Kenapa harus secepat ini? Kami masih sangat membutuhkan papa, andai papa ada disini bersama kita," ucap Fara masih terus menangis. "Fara, Fera. Dengarkan Kakak! Yang namanya maut sudah ada yang mengaturnya, semua orang yang bernyawa pada akhirnya pasti akan kembali pada sang pencipta. Begitupun kita semua, Kakak ataupun kalian juga pasti akan bertemu dengan yang namanya maut. Tidak ada yang tahu kapan pastinya hal itu akan menghampiri kita, maka dari itu selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Maka lakukanlah yang terbaik untuk bekal kita nanti sebelum kembali pulang kesisinya." "Ada apa? Ceritakan pada Kakak?" tanya Zeline lembut, merangkul bahu kedua adiknya. "Ayo katakan, kalian tidak bisa menyembunyikan dari Kakak. Kakak tahu pasti ada yang mengusik pikiran kalian, coba ceritakan pada Kakak!" ucap Zeline lagi menatap kedua adiknya. "Kak, kami sangat ingin melanjutkan sekolah di Sekolahnya, Rina!" jawab Fera pelan. Rina yang dimaksud si kembar adalah sepupu mereka, Rina bersekolah di sekolah elit yang terkenal dengan murid-murid terbaik dan juga dari keluarga kaya. "Lalu apa masalahnya?" tanya Zeline tersenyum, membuat kedua adiknya menatap bingung padanya. "kalian mau sekolah disana, maka kalian pasti akan bersekolah disana!" sambung Zeline mengecup sayang kening kedua adiknya. "Maksud kakak?" tanya Fara. "Ada kakak bersama kalian, jadi tidak ada yang perlu kalian khawatirkan," jawab Zeline, membuat Fera dan Fara langsung memeluk dan menangis dipelukan Zeline. Tanpa ketiganya sadari. Arini yang berdiri dipintu kamar kembar, berusaha menahan tangisnya mendengar dan melihat apa yang dibicarakan ketiga Putrinya. 'Mas. Lihatlah putri-putri kita. Mereka anak-anak yang baik, mereka sangat merindukanmu, sama seperti aku yang juga selalu merindukanmu. Ucap Arini dalam hati. Arini yang tak dapat menahan tangisnya lekas pergi dari sana, sebelum ketiga putrinya melihat ia menangis. Arini tidak ingin Putri-putrinya menyadari jika dirinya sendiri masih diselimuti kesedihan. "Besok kalian mulai Ujian, bukan? Berikan kakak hasil yang baik jika kalian ingin bersekolah ditempat Rina. Kalian bisa?" tanya Zeline, melepaskan pelukan adiknya. "Bisa Kak, kami janji akan memberikan hasil yang baik. Kami tidak akan mengecewakan Kakak, Mama dan Papa," jawab Fara dan Fera, membuat senyum mengembang diwajah cantik Zeline yang mendengarnya. "Baiklah, kembalikan Handphone kakak! Persiapkan diri kalian untuk besok!" ucap Zeline meminta kembali Phonselnya, sebelum keluar dari kamar adik kembarnya. **** Hai semuanya, salam kenal aku Nona Fi. Aku penulis baru disini. Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan, dan mohon dukungannya ya.🙏🥰Halos ilang ulit kong sinampal ang sarili pagkatapos ng nangyari. Baka kasi nananaginip lang ako. Baka hindi iyon totoo. Baka gawa-gawa lamang ng malikot kong imahinasyon.Pero hindi, eh. Nasaktan ako sa mga sampal ko kaya totoo 'to. Totoong muntik na naming magawa iyon. Shocks.Sino ba naman ang hindi makakapagpigil kung may inaalagaan kang pogi at mabango na adik sa kiss? Shet na malagket! Hindi parin naaalis ang amoy niya sa akin pati ang init na naramdaman ko no'ng ginawa namin iyon, tila bumabalik habang patuloy na rumerehistro sa utak ko ang senaryo."Alyana, ibigay mo ito kay senyorito Gio." Inabot sa akin ni Manang ang isang PSP controller."Aye aye, manang!" Malawak ang ngiting kinuha ko iyon at nilisan ang sala upang puntahan si Sir Gio sa living room ng kaniyang kwarto.Binuksan ko ang pintuan at tumambad sa akin ang likod niya. Nakaangat ang mukha niya sa
Bakit nga ba sumusugal parin tayo kahit alam naman natin na mula una hanggang sa huli ay tayo parin ang talo? Natural na siguro sa tao ang maging marupok, ang sumugal sa mga bagay na sarili lang din ang dehado. Katapangan nga bang matatawag ito? Katangahan? O karupukan? Maalin sa tatlo ay hindi ko alam.Habang naglalakad patungong pamilihan ay hindi na nawala sa isip ko 'yong sinabi sa akin ni Manang Helen. Nagpaulit-ulit ang mga sinabi niya na parang sirang plaka at habang nangyayari iyon ay unti-unti ko nang naiintindihan ang mga salitang binitawan niya.Patungkol iyon sa akin at kay Sir Gio. Wala siyang alam sa namamagitan sa amin pero may pakiramdam na siya. Ramdam ko iyon. Simula noong nalaman niya ang aksidenteng halik na nangyari sa amin ni Sir Gio ay naging mapagmasid na siya, parang laging nay pag-aalinlangan kapag gagawin ko na ang duty ko sa senyorito nila.Hindi man halata pero sa totoo lang ay natatakot ako. N
Ano 'yon, Alyana? Anong nangyari? Akala ko ba tama na iyong halik lang? Bakit parang sumobra naman yata?Kasalukuyan akong naghahalo ng whipped cream na nasa bowl habang nakatulala. Nauulinigan ko ang mga boses nina ate Carmen sa aking paligid. Kasama ko din kasi sila rito sa kusina, saglit kong pinalitan si Manang dahil may ibang inutos sa kaniya si Madam Anisha."Ewan ko. Basta ako hindi ako basta basta pumapasok sa kwarto nina Senyor at Madam lalo na sa mga Senyorito. Ayokong magmukhang salang respeto..." boses iyon ni ate Jody."Agree ako dyan. Hindi ko nga alam bakit iyong iba dyan ay ang lakas ng loob gawin iyon. Hays, palibhasa masyadong pabida kina Madam." Si ate Malou naman iyon.Para akong natauhan bigla. Mariin ang pagkakatikom ng aking bibig. Bumagal ang paghahalo ko sa cream at malakas na tumikhim. Doon sila natahimik. Umirap ako sa kawalan. Itong mga nanay na ito talaga. Pagchichismisan na ng
Pagpatak ng alas dose ay tumulong ako kina Manang sa paghahanda nila para sa tanghalian. Ngunit sa gitna ng paghahanda ng mga pagkain sa hapag ay tumunog ang landline. Sinagot iyon ni ate Malou at pagkatapos ng tawag ay pinanood namin siyang bumalik sa tabi namin."Hindi daw matutuloy ang dinner para mamaya kasi parehong pagod si Madam at Senyor sa naging byahe nila." Pagbabahagi niya.Napatango kami at naiintindihan ko naman iyon. Sa ilang years na pabalik-balik at palipat-lipat sa ibang bansa ng mag-asawang iyon sino ba namang hindi mapapagod. I wonder kung nagsasawa rin kaya sila sa mga tanawin na nakikita nila? Duda ako doon. Ang sarap kaya magtravel around the world at kahit pa tungkol sa business ang dahilan nila, couple goals parin iyon para sa akin!Pangarap ko din makarating sa iba't-ibang bansa at libutin ang halos buong mundo. Kung ako 'yon, hinding-hindi ako magsasawa magtravel lalo na magsight-seeing ng mga tanawin. Mas maganda kung may kasamang jow






reviews