Share

Chapter 3

3 Tahun yang lalu

“Aiden, kau harus menikan dengan Ji Yeon. Appa tidak mau dengar alasan apapun!”

“Geundae.. Appa tahukan aku dan Hyun Ji telah bertunangan?”

“Appa tahu. Geundae, kau juga tahu kan kalau saat ini perusahaan sedang krisis. Apa kau mau perusahaan yang ayah bangun selama ini hancur hanya karena Hyun Ji?”

“Tapi Appa.. Aku..”

“Aiden Lee. Kau adalah anak tunggal keluarga Lee. Siapa lagi yang Appa bisa harapkan selain kamu. Selama ini Appa tidak pernah memaksakan kehendak Appa. Bahkan Appa membiarkan kamu menjadi dokter. Apa kau tak bisa melakukan ini untuk Appa sekali ini?”

“Geundae..”

“Aiden. Appa tahu kau tidak mencintai Ji Yeon, tapi Ji Yeon menyukaimu. Belajarlah mencintainya.. Appa yakin kau bisa.. Appa mohon…”

“Geundae.. Aku tidak mungkin melepaskan Hyun Ji…”

“Lalu kau lebih memilih Appa dan Eomma mati kelaparan?’

“Tapi..”

“Aiden.. Pilihan ada di tanganmu..”

Aiden memandang punggung Eun Hye yang mulai menjauh darinya dengan senyuman yang mulai memudar dibibirnya. Sejenak ia termenung, andaikan 3 tahun lalu ia tidak meninggalkan Hyun Ji, andaikan 3 tahun lalu ia tidak menuruti kemauan orang tuanya… Mungkin semuanya berbeda. Mungkin ia masih akan berada di sisi gadis itu. Mungkin mereka saat ini sudah menikah dan hidup bahagia. Mungkin sekarang mereka sudah akan memiliki anak-anak yang lucu yang menemani hari-hari mereka berdua.. Yah.. Andaikan…Andaikan saat itu ia diberi kesempatan seperti Eun Hye untuk memilih … Andaikan…

Rintik-rintik hujan tanpa terasa mulai berjatuhan di wajahnya. Ia pun tersadar dan bangkit dari kursinya. Ia berjalan menuju pintu yang telah terbuka semenjak tadi. Baru saja ia hendak menginjakkan kedua kakiknya di keramik ruangan itu ia mendengar suara tangisan dan gumaman seorang wanita yang terdengar amat pilu.

“Aku takut… Tolong.. Siapapun…”

Ia melihat ke dalam ruangan itu dan menemukan sebuah tongkat hitam yang berada tak jauh darinya. Tapi, ia tak menemukan siapapun di ruangan itu. Ia menjadi khawatir. Ia membalikkan badannya mencoba mencari asal suara itu. Sekilas ia tak melihat apapun dalam kegelapan.

Ia mengambil handphone-nya dan menyalakan lampu untuk menerangi sekeliling taman yang gelap itu. Ia membiarkan air hujan yang mulai deras membasahi pakaiannya. Suara wanita itu terdengar semakin kecil di telingannya membuatnya semakin khawatir.

Aiden berjalan dengan pelan dan mencoba menajamkan penglihatannya dan telinganya untuk mencari rintihan yang terdengar semakin kecil di telingannya. Ia melihat sebuah pohon berwarna hijau yang berada tak jauh darinya, ia mengarahkan lampu yang terdapat di handphone-nya pada pohon itu. Dan, di sanalah ia menemukan sumber rintihan yang terdengar begitu pilu di telingannya.

Ia berjalan mendekat dan menemukan seorang wanita yang sedang menundukkan wajahnya dalam kedua lututnya yang ia tekuk. Ia bisa melihat bagaimana bergetar hebatnya tubuh wanita itu. Entah karena takut atau kedinginan. Ia tak bisa menebaknya.

Ia berjongkok di hadapan wanita ini dan membelai pundaknya pelan, “Agassi…Agassi…”Panggilnya.

Namun , tak ada satu orangpun yang merespon. Ia hanya mendengarkan gumaman ketakutan wanita ini secara terus-menerus, “Tolong… Siapapun tolong aku…”

Sebegai seorang Dokter, Aiden menyadari ketakutan yang ada di tubuh wanita ini. Ia mencoba menenangkan wanita ini. Tapi, tidak berhasil. Rintihan wanita ini memang terdengar berkurang seiring waktu. Namun, lama-lama suara itu menghilang dari pendengaran Aiden. Dan, saat itulah Aiden menyadari bahwa wanita ini sudah kehilangan kesadaran.

***

“Aiden, tolong jaga Hyun Ji baik-baik. Aku akan menghubungi Eomma dan Appa-nya untuk menyusul ke sana. Aku dan Jessica juga akan ke sana secepatnya. Gomawo.. Aku percaya padamu….”

Kata-kata yang terucap oleh sahabatnya membuat seluruh tubuh Aiden terasa kaku. Wanita ini tidak mungkin Hyun Ji! Tidak mungkin! Dengan buru-buru ia membawa tubuh Hyun Ji menuju mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Sepanjang perjalanan otaknya masih saja tak ingin memercayai bahwa wanita itu Hyun Ji. Namun, hatinya berkata lain. Hatinya seakan terus berdoa agar Hyun Ji baik-baik saja.

Tubuhnya terjatuh lemas begitu saja saat ia mengenali sosok wanita yang baru saja ia tolong. Ketika dokter melepaskan kacamata hitam milik Hyun Ji, seluruh tubuhnya terasa kaku. Melihat sosok Hyun Ji yang tak sadarkan diri membuatnya takut. Rasanya ia ingin mengguncang tubuh Hyun Ji untuk membangunkannya, namun tidak mungkin.

“Aiden-sshi..”

Aiden langsung mengangkat wajahnya dan berdiri begitu ia melihat seorang dokter keluar dari kamar rawat Hyun Ji. Dokter bernama Park Jungsu membuka maskernya dan membaca catatannya. Ia menatap Aiden dengan pandangan yang amat khawatir, “Bisa kita bicara di ruangan saya?”

Aiden mengangguk, “Neh..”Lalu ia melangkah menuju ruangan dokter Park.

“Aiden-sshi, apa tadi Hyun Ji terkena hujan?”Tanya dokter Park.

Aiden mengangguk, “Neh.. Waeyo?”

“Pantas saja..”Gumam Park uisa-nim, “Menurut catatan data psikis yang didapat dari data rumah sakit, hingga saat ini rasa traumanya akan hujan belum hilang.. Pantas saja ia sampai tak sadarkan diri. Kesehatannya saat ini menurun, jadi saya sarankan agar diadirawat di rumah sakit dulu selama beberapa hari.”Jelas dokter Park.

“Neh..” Aiden mengangguk mengerti, “Geundae, apa yang membuatnya trauma dengan hujan?”Tanyanya penasaran.

“Untuk detailnya mungkin Anda bisa langsung berkomunikasi dengan psikiater yang merawatnya. Tapi berdasarkan informasi umum, ada indikasi salah satu penyebabny adalah karena kecelakaan yang dialaminya saat hujan. Karena kecelakaan itu, pasien atas nama Hyun ji ini buta.”

Mwo?  Buta?”

“Neh.. Ia buta…

Aiden  merasa sangat sakit dalam sekejap.  Ia tidak bisa membayangkan wanita kesayangannya itu menjadi buta. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ia tidak mengerti. Apakah dalam 3 tahun segalanya benar-benar berubah? Tapi kenapa harus Hyun Ji? Kenapa bukan dirinya? Kenapa?

***

Gelap. Kegelapan itu kembali lagi. Hyun Ji baru saja membuka matanya. Ia mengerjapkan kedua matanya untuk mendapatkan cahaya. Namun sayang, cahaya itu tidak akan kembali lagi. Tidak akan pernah. Ia mendesah kecewa. Ia mencoba mencium bau ruangan yang taka sing ini dengan indera penciumannya. Bau obat-obatan yang khas sudah membuatnya dapat menebak rumah keduanya ini, rumah sakit.

Ia meraba-raba sekitarnya untuk duduk di ranjang rumah sakit ini.  Rupanya gerakannya membuat ranjang ini berkeriut sedikit. Suara itu membangunkan Aiden yang sedang tidur di sisi ranjang itu.

“Hyun Ji-ah…”Aiden terbangun dan menyapa Hyun Ji yang masih meraba-raba sekitar ranjangnya. Wajah Aiden masih terlihat mengantuk.

Hyun Ji terdiam. Aktivitasnya terhenti dalam seketika. Tubuhnya menjadi kaku. Suara itu…. Suara yang tak asing di telinganya. Suara lembut seseorang yang  amat ia rindukan. Suara yang membuat jantungnya berdegup begitu kencang.

“Hyun Ji-ah.. Bagaimana tidurmu?”

Suara itu menyapa kedua telinganya lagi. Suara yang tak ia dengar selama 3 tahun. Suara yang membuatnya jatuh cinta itu kembali lagi. Suara itu terdengar begitu nyata dan dekat di telinganya. Tapi.. Bagaimana mungkin? Tidak.. Pria itu tidak mungkin kembali..Aiden tidak mungkin kembali…. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tak mau memercayai kata hatinya sendiri.

“Kau mau sesuatu?”

Suara itu bertanya lagi dengan lembut. Ia tak kunjung mau menjawabnya. Suara itu merasuki hatinya begitu saja. Tidak! Itu pasti bukan suara Aiden!  Aiden tidak mungkin kembali dan datang padanya!

“Siapa kau?”

Hyun Ji bertanya dengan dingin. Ia tak ingin membalas suara yang menyapanya dengan kelembutan, seakan pria itu adalah pria asing yang tak ia kenal. Ia tak peduli jika pria di hadapannya itu bingung. Saat ini ia hanya mau memastikan jika pria itu bukan Aiden. Ia hanya mau memastikan jika pria yang menyapanya itu hanyalah seorang asing atau seorang dokter yang tak pernah ia kenal sebelumnya.

“Aku Aiden…Sudah lama tak bertemu.”

Aiden tersenyum dengan miris di hadapan Hyun Ji Walaupun sakit. Ia mengulurkan tangan dengan suara sebiasa mungkin. Padahal  wajahnya tegang dan pucat, hamper seputih kertas. Tapi ia tak peduli. Ia sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan menyapa Hyun Ji seperti biasa. Ia hanya ingin mereka bertemu sebagai sahabat lama yang bertemu kembali.

Aiden menatap Hyun Ji, kemudian melihat tangannya yang masih terulur tanpa menerima balasan dari Hyun Ji, Aiden tersadar. Hyun Ji tak mungkin menyambut uluran tangannya karena Hyun Ji tak bisa melihat uluran tangan itu. Jangankan tangannya, wajahnya, senyuman miris yang terlukis di wajah tampannya pun tak ia lihat.

Aiden menurunkan tangannya dengan pelan. Hatinya terasa tercabik-cabik. Mata Hyun Ji yang indah dan terlihat normal tak membuatnya tampak seperti buta. Mata Hyun Ji tetap terlihat indah di matanya, bahkan baginya mata itu adalah mata terindah yang pernah ia lihat. Ia tak bisa memercayai kenyataan bahwa mata kesukaannya itu sudah tak lagi memiliki cahaya.

“Kau? Ani! Kau bukan Aiden Lee…Kau bukan!”

Hyun Ji bergumam dengan pelan. Matanya yang semenjak tadi panas mulai mengeluarkan air mata. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan tetap berusaha mengelak dari kenyataan itu. Kenyataan bahwa pria yang ada di hadapannya adalah Aiden, pria yang masih ia rindukan.

“Kau pasti bukan Aiden Lee! Katakan padaku kau bukan! Cepat katakan padaku!”

Gumaman yang terlontar dari mulut Hyun Ji membuat hatinya semakin sakit. Dari tempatnya duduk, Aiden memandang Hyun Ji yang tengah menangis itu dengan sedih. Hyun Ji yang dulunya selalu tersenyum, kini menangis dengan pilu. Ia ingin memeluk Hyun Ji seperti dulu dan menenangkannya namun tidak bisa, dan tidak mungkin. Mereka bukanlah sepasang kekasih seperti 3 tahun yang lalu.

“Hyun Ji-ah.. Mianhae… Aku Aiden Lee..”

Aiden membelai pundak Aiden dengan ragu. Ia ingin memeluknya namun tidak mungkin. Karena itu ia mengulurkan tangannya untuk menenangkan Hyun Ji. Setidaknya ia berharap tangannya itu bisa menghentikan tangisan yang membasahi wajah cantik Hyun Ji.

“Jangan sentuh aku! Pergi kau!”

Hyun Ji menepis tangan itu dengan kasar. Ia tak ingin merasakan sentuhan itu. Sentuhan yang membuat semua tubuhnya menjadi dingin. Sentuhan yang begitu lembut yang ia rindukan. Sentuhan yang selalu menenangkan hatinya. Ia tak ingin merasakannya.. Ia tak mau…

“Hyun Ji-ah..”Aiden berjalan mendekat dan duduk disisi ranjang Hyun Ji.

Hyun Ji terlihat panik. Ia bisa merasakan tubuh pria itu mendekat padanya. Walaupun ia buta, namun indera penciuman dan pendengarannya berfungsi dengan tajam. Ia masih bisa mendengar dan mencium wangi tubuh pria itu semakin mendekat padanya. Hyun Ji berusaha menjauh, “Don’t  move!” Desis Hyun Ji, berusaha agar nadanya terdengar mengancam.

Ia meraba-raba sekitarnya mencari pertolongan. Ia merasakan tangannya menyentuh sebuah tombol. Entah tombol itu apa, tapi ia langsung menekannya berkali-kali dan berteriak kencang, “Someone help me… Please… Someone help me..”

Kepala Hyun Ji berdenyut menyakitkan. Mendengar dan merasakan kehadiran Aiden membuatnya semakin takut. Ia mulai meraba-raba sekitarnya lagi dan merasakan sebuah selang yang terpasang di tangannya. Dengan kasar ia menggenggam selang infus dan hendak menariknya.

“Don’t do that.. I beg you! Aku tidak akan mendekat….”Aiden bergerak mundur, namun matanya tetap memandang selang infus yang masih ada dalam tangan Hyun Ji dengan panik. Ia ingin mencegahnya namun semakin ia mendekat maka Hyun Ji akan semakin nekat untuk mencabutnya.

Namun semuanya terlambat, slang itu sudah tercabut dengan kasar dari tangan Hyun Ji. Darah mengalir begitu saja dari tangan Hyun Ji. Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan itu. Mereka berdua langsung berlari dan memegangi tubuh Hyun Ji yang sedang merintih kesakitan. Tak lama kemudian Aiden melihat Hyun Ji memejamkan keduanya kembali di dekapan dokter dan perawat yang sedang berusaha menghentikan darah yang masih mengalir di kulit pucatnya.

Hyun Ji membencinya…Wanita yang begitu dia cintai kini telah membencinya…

Kenyataan yang paling dia takutkan… Seumur hidupnya..

***

“Jadi.. Bagaimana?” Tanya Roy dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Ia mengunyah sebentar, lalu melanjutkan, “Apa kau mau menggantikanku?”

Aiden menghentikan makannya dan menatap Roy, pria yang belum lama bertunangan itu,”Hm.. Aku mau saja menggantikanmu.. Geundae, bagaimana dengan pasien kesayanganmu itu? Apa dia mau digantikan olehku?”

“Aku yakin dia pasti mau digantikan olehmu.. Kau kan sudah menolongnya sekali…”Jelas Aiden dengan nada menyakinkan.

Aiden mengernyitkan keningnya,”Menolong? Apa aku pernah bertemu dengannya?”Tanya Aiden penasaran.

Roy mengangguk, “Neh.. Dia Hyun Ji, wanita yang beberapa hari lalu kau tolong di acaraku.”

“Mwo? Hyun Ji?”

Roy mengangguk mengiyakan lalu memajukan wajahnya pada Aiden, “Neh.. Dia adalah pasien kesayanganku. Maka itu aku tak mungkin memebrikannya pada dokter yang tidak ku kenal baik. Karena kau adalah teman baikku, jadi aku menyerahkannya padamu. Kau mau kan?” Tanyanya dengan penuh harap

Aiden hanya bisa terperangah mendengarkan setiap permintaan yang keluar dari mulut Roy. Bagaimana mungkin ia mau merawat Hyun Ji, jika wanita itu saja amat membencinya? Aiden benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Di satu sisi dia ingin merawat wanita yang begitu dia cintai. Tapi di satu sisi ia tahu Hyun Ji tak akan mau bertemu dengannya, apalagi jika ia menjadi dokternya.

Kejadian beberapa hari lalu sudah membuatnya ketakutan. Jika ia takut karena dirinya sendiri mungkin itu biasa, tapi ketakutannya yang ia rasakan kali ini jauh melebihi ketakutan akan keselamatan dirinya. Ia sangat takut akan kejadian beberapa hari lalu ketika ia bertemu Hyun Ji. Ia sangat takut membayangkan Hyun Ji akan menyakitinya sendiri lagi. Melihat Hyun Ji yang buta sudah membuat hatinya sakit, bagaimana mungkin dia akan tahan jika melihat Hyun Ji menyakiti dirinya sendiri.

Aiden menghela nafasnya Panjang, “I’m not sure if I can do that…”Ujarnya dengan perasaan bersalah.

“Waeyo? Bukankah kau bilang setuju beberapa hari yang lalu?”

“Sebenarnya aku tidak masalah. Geundae.. Aku tidak tahu kalau pasien yang kau maksud itu Hyun Ji…”

“Wae? Bukankah bagus kalau Hyun Ji? Kau kan sudah pernah menolongnyan sebelumnya.. Pasti hubungan kalian akan lebih baik…”

“Aku tahu. Hanya saja aku rasa lebih baik kalau dokter lain saja yang menanganinya.”

Shirreo! Ayolah Aiden. You are the best doctor I’ve ever know.. Come on… Anggap saja ini permintaan terakhir Jessica dan Aku.. Please.. I beg you..”

“Aku mengerti.. Geundae.. Aku..”

“Please, aku mohon.. Aku dan Jessica tidak akan bisa meninggalkan Korea dengan tenang jika bukan kau yang menangani Hyun Ji.. Please..”

Aiden menyerah. Ia tahu Roy dan Jessica sangat menyayangi Hyun Ji. Ia tak akan membiarkan Hyun Ji ditangani oleh dokter yang tak mereka kenal dengan baik. Sejujurnya ia ingin menceritakan hubungannya dengan Hyun Ji, tapi Aiden rasa itu sudah masa lalu. Lagipula jika Hyun Ji saja tak menceritakannya, untuk apa ia menceritakannya. Ia mengangguk, “Arraso.. Geundae, kalau sampai Hyun Ji menolak…”

Hyun Ji langsung menyela dengan senyuman lebar di bibirnya, “Tenanglah, dia tidak akan menolak… Believe me..”

Semoga saja apa yang kau katakan itu benar…

TBC

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status