lupa vote dan komentar yaaa..
_______________________________________
Toronto, Canada
Dua wanita cantik yang memiliki paras sama, rambutnya lurus membuat kecantikan wanita itu kian bertambah, lesung di pipinya seakan menghipnotis para pria, dan bibir ranum merahnya benar-benar menggoda ingin segera melahapnya. Sayangnya mereka tak memiliki watak sama persis seperti wajahnya, ya, mereka memiliki sifat berbanding terbalik. Mereka berdua adalah Perry dan Kyle.
"Kakak kumohon jangan pergi, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama," ucap Perry yang berada di dalam kamar bersama kakaknya.
"Aku harus pergi Perry, dan kau jangan kemana-mana! Ingat! Kakak tidak memperbolehkan mu keluar tanpa seizin kakak," perintah Kyle kepada adiknya.
"Mengapa kakak begitu tak adil padaku? Kakak saja keluar tanpa harus izin padaku, aku sudah dewasa kakak, lagipula umur kita tidak jauh beda," balas Perry lugu, entah mengapa Perry begitu menuruti perintah kakaknya.
"Tenanglah Perry kakak hanya keluar sebentar," ucap Kyle mendekati Perry sedang duduk di bawah karpet berbulu.
"Aku kesepian," umpat Perry mencabuti bulu karpet yang sedang ia duduki.
"Jika kau tak mau kesepian pulanglah di Los Angles, kau akan bertemu ayah dan ibu bukan?" Kata Kyle memegang kedua pundak Perry.
"Aku ingin bersama kakak," balas Perry lembut.
"Sial," batin Kyle.
"Baiklah tunggu aku sebentar, aku hanya sebentar, aku akan pulang secepatnya," ucap Kyle sambil berjalan mendekati rak sepatu lalu mengambil salah satu diantaranya dan memakainya.
"Kakak," teriak Perry namun diabaikan oleh Kyle.
Perry menatap sedih kepergian kakaknya, serasa apartemen ini begitu sunyi karena Perry tak memiliki teman, Perry sengaja menyusul kakaknya di Kanada ingin berlibur di sini, namun sepertinya Kyle mulai sedikit membencinya karena kejadian beberapa tahun lalu.
Kyle memasuki mobilnya menuju sebuah pantai, dimana ia mendapat undangan ulang tahun dari teman nya yaitu Sam. Sebenarnya undangan itu tidak terlalu berarti untuk Kyle, bahkan ia pun tak suka dengan Sam karena pria itu miskin tetapi ia terpaksa melakukan hal itu karena tak ingin berdekatan dengan Perry. "Pria miskin, bisa-bisanya pria itu mengadakan acara pesta, apakah dia sudah kaya," ucap Kyle fokus menyetir di dalam mobilnya.
Kyle melihat arah pantai tak terlalu jauh, ia memilih memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, sesudah itu ia keluar dari mobilnya dan membereskan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Hai, apa kau Kyle?" Tanya seorang pria dari belakang.
Mendengar namanya dipanggil, Kyle segera menoleh ke arah sumber suara. "Siapa kau?" Tanya Kyle memandang rendah pria yang kini berada di depan mata Kyle.
"Aku Charles, apa kau ingat aku Kyle? Apa kau ingat aku sewaktu kita di Los Angles? Aku disini mencarimu Kyle, sungguh aku sudah mencarimu berminggu-minggu ini," ucap Charles begitu semangat.
"Hai dasar pria gila, aku tak pernah bertemu denganmu, dan kau sangat bau, menjijikkan, pergilah dari hadapanku saat ini!" Usir Kyle memundurkan langkahnya.
"Tidak Kyle, kau lupa, kau lupa kita pernah bertemu di Gereja, aku ingat itu, bahkan aku sangat hapal dengan lesung di pipi mu itu," ucap Charles lagi-lagi ia tersenyum lebar dan langsung memeluk tubuh Kyle.
Plak!
Kyle menampar keras pipi Charles, seketika itu tatapan sekerumunan orang tertuju pada keduanya. "Kurang ajar, dasar pria miskin, pria gila, berani sekali kau menyentuh kulitku, tangan kotor mu menjijikkan, aku tak mengenal mu, dasar gila," teriak Kyle begitu lantang membuat orang-orang di sekeliling lebih dalam memperhatikan.
"Kyle kau melupakan ku?" Suara sedih Charles terdengar jelas.
Charles hendak memegang pergelangan tangan Kyle namun dengan cepat wanita itu menepis nya. "Tolong... tolong aku... pria gila ini ingin mencuri dompetku," teriak Kyle membuat beberapa orang langsung mendekat dan memukuli tubuh Charles hingga ambruk di bawah.
Melihat itu Kyle berjalan pergi meninggalkan hal yang ia rasa sangat tak penting, sedangkan Charles menahan rasa sakitnya akibat pukulan dari beberapa orang.
Kyle terus berjalan menuju pantai hingga ia bertemu dengan sosok pria, sepertinya pria itu sudah menunggu Kyle. "Hai Kyle, aku sudah menunggumu," ucap Sam mengulurkan tangan namun tak di balas oleh Kyle.
"Hmm," balasan singkat Kyle dan berjalan melewati Sam begitu saja.
"Kyle tunggu! Bisakah kau menunggu ku sebentar?" Tanya Sam mencoba mensejajarkan langkahnya bersama Kyle.
"Ada apa? Cepatlah Sam! Kau sangat lama," gerutu Kyle mulai kesal.
Tak banyak bicara Sam mengandeng tangan Kyle lalu mengajaknya berjalan ke depan yang sudah dipenuhi beberapa orang. "Kau berkata bahwa ini pesta ulang tahun mu bukan?" Tanya Kyle karena tak melihat tanda-tanda adanya sebuah benda berbau ulang tahun.
Sam tersenyum. "Mana mungkin aku mengadakan acara ulang tahun Kyle, aku sudah berumur 27 tahun," balas Sam menghadapkan tubuhnya ke depan, sorotan mata beberapa orang langsung tertuju pada mereka berdua.
Kyle masih mencoba pura-pura tersenyum, terlihat paksaan di bibirnya. Ia benar-benar enggan melihat wajah pria miskin di depannya ini.
Suara musik piano terdengar begitu indah disana, dan entah dari mana asal lampion-lampion yang kini berterbangan, Kyle masih tak mengerti, namun ia terkejut saat melihat Sam berlutut di depannya mengambil sesuatu dari sakunya, Sam mengambil sebuah kotak merah kecil lalu ia membukanya detik itu juga di hadapan Kyle. "Kyle, Will you marry me?" Ucap Sam yang menampakkan sebuah cincin indah disana.
Kyle mulai muak dengan semua ini, ia tak bisa lagi bersabar dengan pria miskin ini. "Berani-beraninya kau mencoba melamar ku? Kau punya apa Sam? Kau hanyalah pria miskin yang tak tahu diri, berkacalah sebelum kau melamar seorang wanita sepertiku Sam, dasar pria gila," teriak Kyle sangat kencang mampu terdengar orang-orang yang kini menatap tak percaya.
Hati Sam terluka mendengar itu semua, Sam tertunduk malu tak mampu mengangkat wajahnya, terlebih disana ada kedua orang tua Sam dan teman-temannya.
"Pria idiot, gila, sinting, dasar pria miskin tak tahu diri," imbuh Kyle sangat pedas.
Duch
Kyle meludahi wajah Sam lalu pergi dari sana. "Kau belum mengerti aku Kyle, kau akan terpanah melihat kekayaan ku nanti, kau harusnya tahu jika selama ini aku hanyalah berpura-pura," batin Sam menahan rasa malu itu, tangannya ingin sekali melampiaskan pada sesuatu saat ini, namun tidak, ia akan memilih waktu lebih tepat, tangan yang saat ini ia genggam kuat-kuat akan terjawab setelah bertemu Kyle kembali.
_______________________________________
Vote dan komentar yaa..
Tenang.. tenang... tetap tenang.. segitu dulu yaa...
I*: Hes_Ree
Anggap saja itu perkenalan...
Sadis nya gak banyak kok.. nyantuyy ajaaa... 😜
Vote dulu yaaa.... Jangan lupa komentarnya.😍😍😘😘Aku setia menunggumu... 😘😘_______________________________________Sam menatap kepergian Kyle, wanita itu benar-benar tak memiliki hati mempermalukan Sam di depan teman-temannya. "Wanita angkuh," ujar Sam pelan megusap wajahnya yang terdapat bekas ludahan dari wanita itu."Astaga Sam, apakah itu wanita pilihan mu?" Tanya kesal Livy mendekati Sam, Livy adalah ibu kandung Sam.Sam hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan Livy, Sam juga melirik ayah kandungnya yang kini tengah memperhatikan dengan iba. "Ibu sangat kecewa atas perlakuan wanita itu Sam, ibu akan menjodohkan mu dengan wanita lain, bukan wanita tak tahu attitude seperti itu," tegas Livy masih menahan amarah. Jelas Livy tak terima akan hal itu, putra satu-satunya dipermalukan seperti itu.Kedua teman Sam juga mendekat
Seorang gadis tengah bercermin di depan kaca melihat apakah penampilannya cukup bagus untuk pagi hari ini. "Aku tidak mengerti mengapa kakak menyuruhku seperti ini," ucap Perry sendiri di depan cermin."Ponsel, dimana ponselku?" Gumam Perry melirik ke arah meja namun tak menemukan."Baiklah kurasa aku harus segera berangkat, aku tidak ingin nama baik kakakku menjadi jelek akibat aku terlambat," ucap Perry mengambil tas selempang yang sudah ia siapkan.Gadis cantik itu menaiki taksi dan berkata kepada sopir untuk segera mengantarnya ke Geoffrey Jewelry, tak lama kemudian taksi itu telah sampai tepat di depan Geoffrey Jewelry.Di dalam taksi Perry dapat melihat bangunan yang begitu megah, sebuah pondasi kokoh berukirkan G.J (Geoffrey Jewelry) bewarna silver mengkilap disana, pintu terbuat dari kaca tembus pandang, dan dua orang pria memakai kacamata hitam berdiri di depan pintu."T
Vote dulu dong... biar aku semangat hehehe.. love you.._______________________________________"aaasshhh," desah Perry saat bagian sensitifnya tersentuh jemari Sam."Apakah ini desah dari seorang wanita yang meludahi ku kemarin?" Ucap Sam kini beralih posisi di belakang Perry."Apa kau lupa Kyle? Aku adalah Sam. Ya, aku adalah Sam Glen Geoffrey seorang pria yang kau ludahi di depan umum waktu aku mencoba melamar mu," ucap Sam menekan kewanitaan Pery dengan jempolnya."Ahhss... Sam? Tidak Sam, kau salah paham tentang ini," bela Perry menyempitkan kedua selangkangannya agar jemari Sam tak semakin dalam."Bagiku itu hanya omong kosong sekarang, aku tak peduli lagi Kyle," ucap Sam menjambak rambut Perry di belakang, menjilati leher bagian belakang Perry penuh nafsu dan sesekali mencecap nya."Aaahh hentikan," ucap Perry dengan mulutnya yang
04:00 AMPerry merasa sedikit susah untuk bernafas, tersadar bahwa tubuhnya tertindih oleh tubuh Charles. "Aku membencimu Charles," ucap Perry sembari mencoba mendorong tubuh Charles.Tak berhasil, Charles malah memeluk erat tubuh Perry semakin erat. Namun ada sebuah tangan kekar mencoba menjauhkan tubuh Charles disana. "Bangunlah Charles," ucap Sam menyampingkan Charles yang tak kunjung bangun.Kini Perry harus menahan malu bertatapan dengan Sam, bagaimana tidak, wanita itu tanpa sehelai benangpun dan berposisi kian menggoda di depan mata Sam.Sam mengendong tubuh Perry ala bridal style disana, Perry mencoba sedikit memberontak ketika Sam berhasil mendekap tubuh mungilnya di dada bidang Sam. "Diamlah Kyle! Diamlah atau aku akan memerkosa mu," bentak Sam mampu membuat Perry terdiam detik itu juga.Sam menidurkan wanita itu di atas sofa yang empuk, lalu pria itu pergi membawa hand
Beberapa jam kemudian.Perry merasakan tidur di suatu tempat yang empuk, namun ia tak ingin membuka matanya, namun perasaan Perry merasa ada keganjalan disana, bukankah ia seharusnya berada di kamar mandi?Seketika wanita itu membuka kedua matanya. "Kauuuuu?" Teriak Perry tak percaya melihat 2 pria di depan mata, pria itu adalah Sam dan Charles.Charles duduk di kursi sofa kecil, sedangkan Sam bersender di dekat meja rias memainkan korek. "Kau harusnya berterimakasih kepadaku! Bukan meneriaki ku seperti itu, dasar jalang," ucap Sam berjalan mendekati Perry dengan tatapan serius."Tolong! Tolong akuuu! Tolong," teriak Perry tak karuan melihat Sam mulai semakin dekat.Sam menarik rambut Perry ke atas, menjepit dagu Perry dengan jemarinya lalu menciumnya tanpa ampun. "Mmpphh-emm-uum," Perry berusaha memundurkan wajahnya namun Sam berhasil menahan perlawanan Perry.
"tidak, lepaskan aku! Untuk apa kau membawaku kemari orang asing?" Suara Perry terdengar takut saat Sam mencoba menarik tangannya."Panggil aku Sam, kenapa kau seolah-olah tak mengenalku sama sekali," jawab Sam mengarahkan tubuh Perry tepat di depannya."Sam, panggil aku Sam," kata Sam penuh tekanan."Sam," ucap Perry dengan terpaksa."Charles bawa dia masuk! Aku akan menyusul mu," Sam mengambil ponsel di dalam sakunya dan pergi."Kemari kau Kyle, aku akan memberimu banyak pelajaran agar kau tak menjadi wanita angkuh," ucap Charles menarik tangan Perry memasuki sebuah ruangan pemandian."Charles kau harus dengarkan aku, aku memiliki kakak disini, maafkan kakakku Charles, tapi sungguh itu bukan aku," Perry berusaha keras meyakinkan Charles, namun Charles tak memperdulikan itu semua.Perry melihat seluruh tamu disana lebih dominan dengan pr
"ibu sudah berapa kali aku bilang, aku tidak ingin berkencan dengan wanita yang tidak aku suka ibu," ucap Sam duduk di sofa bersama Livy sang ibu. "Kali ini kau harus menuruti perintah ibu Sam, ibu tidak ingin terulang kembali kejadian memalukan itu," tegas Livy menutup kasar majalah yang berada di pangkuannya. "Ibu aku tidak bisa, mengertilah ibu," ucap Sam penuh permohonan. "Kau harus bertemu dengan Paula, jam 9 malam Sam, ibu harap kau mengingat itu," ucap Livy dan berlalu pergi. "Andai saja kau tidak menolak ku seperti ini Kyle, mungkin semua kejadian ini takkan terjadi," kata Sam pelan sembari memegang kepala. Sam mengambil ponsel dan menelpon Charles. "Charles dimana wanita itu?" Tanya Sam. "Dia masih bersamaku di apartemen, dia tidak bisa berhenti menangis Sam, tapi aku memberinya makanan dan obat tidur, setidaknya bi
"ibu sudah berapa kali aku bilang, aku tidak ingin berkencan dengan wanita yang tidak aku suka ibu," ucap Sam duduk di sofa bersama Livy sang ibu."Kali ini kau harus menuruti perintah ibu Sam, ibu tidak ingin terulang kembali kejadian memalukan itu," tegas Livy menutup kasar majalah yang berada di pangkuannya."Ibu aku tidak bisa, mengertilah ibu," ucap Sam penuh permohonan."Kau harus bertemu dengan Paula, jam 9 malam Sam, ibu harap kau mengingat itu," ucap Livy dan berlalu pergi."Andai saja kau tidak menolak ku seperti ini Kyle, mungkin semua kejadian ini takkan terjadi," kata Sam pelan sembari memegang kepala.Sam mengambil ponsel dan menelpon Charles."Charles dimana wanita itu?" Tanya Sam."Dia masih bersamaku di apartemen, dia tidak bisa berhenti menangis Sam, tapi aku memberinya makanan dan obat tidur, setidaknya biarkan ia tidur