Share

Bab 9 Kidnapping Final

Cologne dengan langkah terburu-buru mencoba menghindari Eden dan pergi meninggalkan begitu saja. Dan sementara itu Eden yang masih berdiri di tempatnya merasa heran dengan sikap aneh yang ditunjukkan oleh juniornya tersebut.

“Apa ini memang pertanda bahwa aku harus melakukan pembersihan (penyucian) di kantor?” gumam Eden pada dirinya sendiri. Laki-laki itu berpikir bisa saja kantornya akhir-akhir ini menjadi tempat perkumpulan dari berbagai arwah gentayangan sehingga membuat orang-orang yang bekerja di sana menjadi ‘ketempelan’.

***

Halte Bis

Setelah menyadari uangnya tidak cukup untuk membayar taksi. Mau tidak mau Cologne terpaksa menggunakan bis untuk pulang ke rumahnya.

“Kalau kau menolak tawaran Eden. Kenapa kau juga masih menolak tawaranku? Kau hanya merepotkan dirimu sendiri bodoh. Aku bisa langsung memindahkanmu ke rumah,” omel Berlin yang kini berdiri tepat di samping tubuh Cologne.

“Diamlah. Sudah kubilang aku tidak sudi menerima bantuan dari makhluk kotor sepertimu!” ketus Cologne.

“Dasar bodoh!” Berlin dengan sengaja mendorong tubuh Cologne dan membuat pemuda tersebut terjatuh ke samping mengenai bahu seorang pria bertubuh kekar dengan banyak tato di lengannya.

Cologne melotot tajam ke arah Berlin namun iblis itu menghilang begitu saja dan sama sekali tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut.

***

Dua Hari Kemudian

Setelah menyelesaikan kasus penculikan, Cologne kembali ke kehidupannya yang seperti semula. Bekerja sampai sore lalu pulang ke rumah jika tidak lembur.

“Langsung ingin pulang?” tanya Berlin yang seharian ini masih saja terus mengikuti dirinya. Tampak iblis itu semakin dekat berusaha untuk menempeli Cologne yang malang.

“Iya. Tolong antarkan aku ke akhirat sekarang,” racau Cologne yang sudah kelelahan bekerja seharian.

Berlin dalam wujud bayangan langsung memukul kepala Cologne dengan keras. “Tidak usah sok berbicara seperti itu, nanti kau pasti berderai air mata kalau kejadian itu sampai benar-benar terjadi menimpamu.”

Cologne mendecak kesal lalu membuang nafasnya kasar.

“Aku hanya berharap kau itu dapat menutup mulutmu sedikit saja.”

Berlin menggoyangkan jarinya yang tampak terlihat seperti bayangan hitam polos.

“Tidak. Kau itu sangat menyenangkan untuk digoda. Lagi pula tugas iblis itu memang mengganggu manusia. Jadi aku harus melaksanakan pekerjaanku dengan baik,” katanya ceria.

Cologne memutar bola matanya malas. “Terserahmu sajalah,” balasnya acuh.

***

Di Depan Pintu Rumah

Cologne terdiam saat mendapati seorang wanita paruh baya berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Dia tidak mengenali wanita tersebut sampai akhirnya wanita itu berbalik dan menampakkan wajahnya.

“Ah rupanya itu Anda, ya?” tanya Cologne memastikan wanita tersebut merupakan Nyonya Wish yang merupakan ibu dari korban penculikan anak yang kasusnya baru-baru saja ia tangani.

Nyonya Wish tersenyum. Menyapa secara singkat pada pemuda tersebut. Lalu berjalan menghampirinya.

"Terima kasih atas bantuanmu anak muda. Aku berhutang budi padamu karena kau sudah berhasil menyelamatkan anakku," ucap Nyonya Wish tulus.

Cologne tersenyum tipis. "Tidak perlu berterima kasih karena itu sudah menjadi tugasku untuk menyelamatkan putra Anda," katanya sedikit berbasa-basi. Cologne melirik sekilas ke arah wanita tersebut dan menemukan wanita itu tengah membawa sebuah keranjang di tangan kirinya.

"Maaf sebelumnya, apa yang membuat Anda datang kemari?" tanya Cologne dengan sopan.

Nyonya Wish menyodorkan keranjang yang ia bawa sejak tadi. Lalu tersenyum tulus pada pemuda tersebut.

"Tolong ambilah kue Black Forest ini, sebagai ucapan terima kasihku padamu yang tidak seberapa," ujar Nyonya Wish sembari memberikan keranjang berisikan kue asal Jerman tersebut pada Cologne.

Dengan sedikit ragu, Cologne menerima kue tersebut lalu mengucapkan terima kasih pada Nyonya Wish, "Anda seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini, saya benar-benar berterima kasih pada atas kebaikan hati Anda," ucapnya sedikit malu-malu ketika menerima kue tersebut.

"Tidak apa-apa, kau tidak perlu merasa ragu seperti itu. Ngomong-ngomong di dalam keranjang itu aku juga memasukkan jeruk. Aku harap kau menyukai buah jeruk," kata Nyonya Wish mencoba memberitahukan Cologne.

Mendengar kata buah jeruk seketika Cologne teringat akan Jo yang sangat semasa hidupnya dulu sangat menyukai buah jeruk selain kacang almond. Cologne teringat sahabatnya itu pernah mengalami diare karena terlalu banyak memakan buah yang memiliki rasa asam tapi manis tersebut.

"Terima kasih," ucap Cologne sekali lagi.

"Kau tahu Nak, dulu aku juga pernah memberikan pemberian yang sama sepertimu pada seorang pemuda asing yang tidak kukenali. Pemuda itu pernah menolongku saat aku hampir dirampok di jalanan saat pulang berbelanja. Dan karena menolongku pemuda itu bahkan harus kehilangan benda berharganya. Saat itu aku berniat untuk mengganti benda berharganya tersebut namun dia menolak. Namun karena aku selalu merasa tak enak padanya, akhirnya aku hanya bisa memberikan sekotak kue Black Forest serta sekantung buah jeruk dari hasil belanjaanku. Pemuda itu bahkan sempat menolak pemberianku namun aku terus memaksanya untuk menerima pemberianku," cerita Nyonya Wish panjang lebar. Wanita itu tidak menyadari bahwa dia sudah berbicara panjang lebar.

"Dia orang yang baik ya," komentar Cologne begitu mendengar cerita Nyonya Wish.

Nyonya Wish tersenyum lebar lalu berkata seperti ini pada Cologne, "Benar dia pemuda yang sangat baik. Bahkan aku sendiri tidak mengetahui namanya sampai sekarang. Aku selalu berharap bahwa pemuda tersebut akan selalu baik-baik saja."

***

Berlin yang diam-diam mendengar cerita Nyonya Wish hanya bisa mendecak sebal lalu mengomel seorang diri, " Memangnya apa yang hebat? Benar-benar cari muka dan sok pahlawan." Iblis itu terlihat tidak suka.

Dan di tengah kekesalannya itu, tiba-tiba saja arwah Jo muncul. Dan berhasil membuat Berlin merasa terkejut.

"Tampaknya kau sangat kesal, apa kau membenci perbuatanku di masa lalu saat itu, hm?" Jo menatap heran ke arah Berlin yang terlihat kesal seorang diri.

"Arwah sialan. Berani sekali kau membuatku terkejut, arwah rendahan sepertimu itu harusnya bertingkah sopan di depanku. Kau jangan banyak berlagak!" omel Berlin tiada habis-habisnya. Tampaknya iblis itu memiliki seribu dendam kesumat di dalam hatinya kepada Jo.

Jo yang mendengar iblis itu kembali mengomel sama sekali tidak ingin ambil pusing. Ia memilih untuk diam dan mengacuhkannya. Pendengarannya terlalu berharga hanya untuk mendengar sumpah serapah dari makhluk asal neraka itu.

"KAU TIDAK MENDENGARKANKU?!" jerit Berlin yang mendapati Jo tampak acuh.

Jo mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya sendiri.

"Hm aku mendengarkanmu, tenang saja aku terima semua kata-kata pedasmu itu dengan senang hati."

Berlin yang mendengar balasan Jo langsung memasang wajah datar.

Dan kembali lagi Jo tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut.

"Ngomong-ngomong Cologne telah berhasil menyelesaikan kembali tugasnya. Ah aku merasa lega dia bisa bekerja dengan baik tanpaku. Aku benar-benar merasa bangga dengannya," ucap Jo dengan tulus. Arwah pemuda tersebut benar-benar merasa bangga setelah melihat keberhasilan sahabatnya tersebut dalam menyelesaikan tugasnya.

"Persetan dengan hal itu! Kau harus ingat dengan hutangmu padaku!" seru Berlin mengabaikan ucapan Jo yang tulus.

Jo melirik malas ke arah Berlin. Dia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana iblis itu hanya terus menerus memikirkan soal hutang pada dirinya. Dengan malas Jo membalas Berlin seperti ini, "Baiklah aku akan membayar hutangku nanti. Dan sampai saat itu tiba, pastikan kau harus tetap menjaga sahabatku dengan benar. Aku akan selalu memantau dirimu." Setelah membalas seperti itu Jo pun langsung menghilang.

Melihat Jo kembali menghilang Berlin pun langsung menyumpahi arwah malang tersebut dengan makian pedas, "Sialan aku akan membuat dirimu dan sahabat bodohmu itu menderita karena sudah bekerjasama denganku. Dan aku juga tidak bodoh bahwa kau benar-benar tidak pernah mempercayaiku untuk menjaga sahabatmu itu karena kau hanya berusaha memanfaatkanku sialan!" jerit Berlin menggila.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status