Share

Devil Beside Me
Devil Beside Me
Penulis: Sekardy

Met The Devil

Paris 2021

Kota Paris adalah salah satu dari puluhan kota yang indah di Prancis, tempat yang dikatakan sebagai salah satu tempat paling romantis. Kota yang menyajikan pemandangan indah dan akan sangat menyesal bila terlewatkan, bagi sebagian orang Paris adalah tempat pilihan untuk mereka berlibur, menata mimpi, atau tempat romantis yang sebagian pasangan pilih, menghabiskan momen manis dan malam panas bersama pasangan.

Permukiman penting bagi lebih dari dua milenium, Paris menjadi salah satu pusat bisnis dan budaya terdepan di dunia, campuran politik, pendidikan, hiburan, media, fashion, sains dan seni, semuanya membantu statusnya sebagai salah satu kota global terbesar di dunia.

Sama sekali tidak terlintas di benak Zee untuk bisa sampai ke Paris, niat awalnya ingin memulai hidup baru dan melanjutkan hidupnya ke masa yang lebih baik, berakhir ia yang terdampar di sini.

Zee duduk di depan wanita setengah baya yang sibuk memoles wajahnya dengan banyak make up. Ia menunggu membiarkan wanita tersebut melakukan pekerjaannya sebelum akhirnya suara bas dari laki-laki yang berjalan memasuki ruangan memecahkan keheningan.

"C'mon Zee kita take foto satu sesi lagi."

Zee tersenyum lalu berjalan mengikuti laki-laki tadi. Ia memposisikan dirinya di sebuah ruangan yang telah di atur sedemikian rupa—tempat untuk mengambil foto terakhir kalinya. Dengan balutan gaun pesta berwarna hitam ia berdiri di depan kamera. Wanita itu tampak cantik dengan polesan tipis juga gaun yang ia kenakan. Gaun terusan yang mengekspos bahu hingga kebagian belahan dada.

Ia berdiri tegak satu tangannya berada di pinggang, satu tangannya memegang satu tangkai bunga lily putih. 

"Ya seperti itu, senyum sedikit jangan terlalu lebar, bagus, tahan posisi tegakkan bahu."

"Mata ke arah kamera, angkat dagu jangan terlalu tinggi, baik, ganti gaya."

Sesuai perintah ia bergeser dan memilih duduk di sebuah karpet beludru. Duduk menyamping dengan kakinya yang menekuk. Lampu flash kembali menyala, suara kamera juga instruksi dari sang fotografer menggema di seluruh ruangan. Ia kembali berganti posisi, setelah dua belas kali mengambil foto yang sesuai barulah sesi fotonya berhenti.

"Untuk ke depannya kita ganti lokasi outdoor." 

Zee mengangguk ia berjalan perlahan menuju sang fotografer, ikut melihat hasil foto yang berhasil mereka ambil hari ini. "Foto ini tampak bagus, kau memang begitu pandai mengambilnya."

Tuan Dave—sang fotografer hanya tertawa kecil, ia menggeser slide foto berikutnya. "Semua foto yang ku ambil memang bagus, itu juga berkat model seperti mu."

Zee tersenyum lebar, ia hanya mengangguk sebagai jawaban. 

"Bagaimana sesi foto kali ini? Ku dengar ada kendala karena model sebenarnya berhalangan hadir. " Suara itu menjadi satu-satunya alasan penghuni ruangan serempak menoleh ke arah pintu. Di sana nampak laki-laki dengan setelan jas berjalan memasuki ruangan. Melihat atasan mereka hadir tak lupa memberikan salam, mereka menunduk sopan.

"Ah bukan masalah besar Tuan Ken, kami berhasil mengatasinya." Dave berdiri tepat di samping laki-laki bernama Ken. 

"Kerja bagus," ucapnya pelan, matanya melirik ke penjuru arah sebelum bola mata abu itu menatap sesuatu di sudut ruangan seorang wanita bergaun Hitam yang menatapnya dengan senyum tipis.

"Siapa itu?" tanya Ken dengan suara berbisik.

Dave melihat ke arah mata Ken memandang, laki-laki itu tersenyum memperkenalkan wanita yang Ken maksud. "Zee Alessia model hari ini."

"Apakah dia pengganti model yang tidak datang pagi tadi?" tanya Ken lagi sambil terus menatap ke arah Zee. Di mata laki-laki tersebut Zee nampak berbeda, ada rasa penasaran dalam dirinya ketika menatapnya. 

"Iya dia pengganti model apakah Tuan keberatan?" Dave menunduk takut. Ia tahu jika Ken termasuk ke dalam laki-laki selektif, ia bisa membayangkan dirinya akan terkena amukan sang Tuan muda jika pilihannya tidak sesuai. 

Pernah beberapa kali Ken menolak model yang di rekomendasikan oleh koleganya karena hanya sebuah alasan sepele Ken langsung mendepak para model tersebut.

Setiap produk baru yang dikeluarkan perusahaan Ken harus mencari model untuk mempromosikan produk yang ia jual, dengan iklan atau promosi lainnya. Memilih model pun harus selektif. Perusahaan yang ia miliki termasuk perusahaan besar, tidak bisa sembarang memilih model. Bahkan Ken sama sekali tidak keberatan dengan model-model baru. Menurutnya wajah-wajah baru akan lebih menguntungkan selain karena belum terlalu familiar dengan adanya model baru akan lebih mudah menarik pembeli.

Ken menggeleng, "Sama sekali tidak, berikan semua data informasi milik Zee dan taruh di meja kerjaku sore ini juga," ucapnya dengan senyum lebar menyeringai, ia masih mengamati wanita yang kini sibuk pada dunianya. 

Zee Alessia wanita yang menarik!

                                   ***

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan laki-laki yang duduk sambil mengamati kertas di tangannya. Mata itu melirik ke arah pintu yang tertutup. "Masuk." Perintahnya. Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki berkacamata di tangannya terdapat tumpukan kertas-kertas. Laki-laki tersebut menunduk memberi hormat, ia melangkah maju hingga posisinya berada tepat di hadapan Ken. Mereka berdiri dengan meja sebagai penghalang di tengah. Ken terlebih dahulu mengambil kertas-kertas yang sudah berada di atas meja.

"Jadi sudah dapet informasi tentang Zee?" tanya Ken.

Andrew mengangguk, "Sudah, aku mendapatkan beberapa informasi tentang wanita itu, berasal dari kota Villeurbanne dan bersekolah di Claude Bernard Lyon 1. Dia memiliki seorang kekasih, tidak ada yang tau pasti di mana keluarganya tinggal. Dia pernah berkerja paruh waktu di sebuah cafe dan menjadi kasir. " Andrew memberikan penjelas segala informasi yang ditemukannya.

"Hanya itu yang berhasil kau dapatkan?" Ken nampak sama sekali tidak puas dengan informasi yang diberikan Andrew. Ia begitu menginginkan informasi lebih bahkan detail-detail kecil dari Zee.

"Maaf Tuan tapi hanya itu, kehidupan Zee begitu tertutup, bahkan aku tidak bisa tau dimana keluarganya dan berasal dari mana. aku akan mencoba mencari tahu lebih banyak lagi."

Ken mengangguk, ia berjalan memutari meja kerjanya. "Jika perlu awasi dia setiap hari, lakukan dengan cepat!" Setelah mengucapkan itu Ken mengusir Andrew untuk segera pergi dari ruangannya. Ken berdiri di depan jendela kaca. Tersenyum menatap ke arah depan.

"Zee Alessia." Mengapa hanya pertemuan pertama berhasil membuatnya begitu penasaran, wajah cantik yang kini malah terbayang-bayang, tak lupa senyum tipis yang berhasil membuatnya terpukau. Ah sial membayangkan saja membuat ia memikirkan fantasi- fantasi lainnya. Tubuh itu seakan memberikan Ken dampak yang luar biasa, seakan tubuhnya begitu penasaran dan menginginkan Zee. Berapakali bertemu dengan banyak perempuan namun kali ini berbeda.

Ken tak begitu peduli jika ternyata Zee telah memiliki kekasih, ah tak penting. Yang penting kan tubuhnya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Ken penasaran.

Ken duduk sambil memandang ke luar jendela. Pikirannya sudah melalang buana entah kemana. Ia masih sibuk pada kegiatannya hingga tak menyadari ada orang yang masuk ke dalam ruangannya.

"Maaf Tuan mengganggu."

Suara dari belakang membuat Ken menoleh cepat. Wanita muda berdiri dengan dikelilingi laki-laki mengenakan setelan jas mahal. "Mobil sudah siap, bisa kita berangkat sekarang?"

"Jam berapa rapat dimulai?"In

"Setengah jam dari sekarang, CEO dari perusahaan Midder telah sampai di Paris malam tadi, beliau ingin segera bertemu untuk bisnis pembangunan di kota Lyon."

"Hubungi Patrick untuk segera menyusul ke tempat rapat, pastikan jemputan untuk CEO dari perusahaan Midder telah disiapkan." Ken berucap tegas. "Dan kau Nate pastikan menyiapkan semua berkas-berkas kemarin, buat perusahan Midder mau menandatangani kontrak kerja apapun itu lakukan dengan baik."

"Baik Tuan."

"Tunggulah di bawah."

                                  ***

"Selamat untuk Zee atas majalah baru dari brand produk lokal yang populer, oh jangan lupakan ia menjadi model pakaian dari perusahaan."

"Benarkah? Beruntung sekali ah sayang sekali padahal aku sangat ingin, bagaimana hari pertama kerjamu apa menyenangkan?"

Zee—wanita yang menjadi pusat perhatian itu hanya tertawa kecil. "Kalian berlebihan, aku hanya sedang beruntung, hari pertama sangat menyenangkan, semuanya berjalan baik."

Beruntung? Beruntung sekali Zee karena mendapat tawaran untuk menjadi model dari sebuah perusahaan besar di Paris. Perusahaan yang banyak diidam-idamkan oleh orang-orang. Perusahaan sukses yang mengeluarkan puluhan juta produk per tahunnya.  Bahkan ia sempat tidak percaya jika bisa bekerja di sana.

De Angelo

Sebuah perusahaan terkemuka, dan terkenal. Perusahaan yang bergerak di bidang permodelan. Setiap tahunnya De Angelo akan mengeluarkan produk-produk baru, berupa parfum, aksesoris, makeup, dan tentu saja tetap menjadi pesaing di segmen siap pakai-haute couture dengan estimasi nilai termahal.

Meja bundar diisi dengan kelima wanita yang sibuk berbincang ditemani paket lengkap makanan, ada beberapa botol wine juga minuman bersoda lainnya.

"Bagaimana tentang Ken? Apa kau bertemu dengannya? Yang ku tahu dia sangat tampan," ucap wanita berambut pirang, semua bersorak menyetujui menunggu Zee untuk bercerita tentang laki-laki yang disebutkan.

Yang dimaksudkan Ken bos barunya bukan? "Ken? Aku bertemu dengannya dan ku rasa dia memang tampan." Zee berucap dengan senyum tipis serta kedua pipi yang merah. Ucapan Zee mendapatkan sorakan dari teman-temannya mereka memuji tentang keberuntungan wanita tersebut karena berhasil bertemu dengan Ken—sang billioner Paris.

"Wow seperti yang media bicarakan, Ken memang super tampan."

"Sangat tampan sampai banyak wanita yang ingin menjadi pacarnya."

Zee mengangguk kecil, tak begitu tertarik dengan pembicaraan teman-temannya, Zee setuju dengan pernyataan jika Ken itu tampan, tetapi sepertinya teman-temannya terlalu melebihkan bos barunya. Siapa Ken sebenarnya sehingga mendapat pujian begitu luar biasa.

"Tampaknya ada yang memujiku terlalu berlebihan."

Penghuni meja langsung berhenti dari perbincangan mereka, serempak melirik ke asal suara. Lagi mereka juga menunjukkan raut wajah yang sama, begitu terkejut ketika mendapati sosok laki-laki dengan kemeja putih yang berdiri dengan senyum tipis.

"Ken?" salah satu wanita bergaun navy begitu terkejut melihat Ken yang tiba-tiba datang.

"Boleh aku bergabung?" Ken menawarkan diri dengan sopan. Semua setuju membiarkan Ken duduk di kursi kosong.

"Senang bertemu dengan kalian, terlebih aku lebih senang bertemu kembali denganmu Zee." Laki-laki itu tersenyum matanya yang tajam menatap wanita yang sejak tadi diam, tidak ada guratan rasa suka ketika melihat Ken yang datang raut wajahnya tak terbaca.

                                 ***

Ini cerita pertama yang aku buat, so i'm hope you enjoy, semoga suka, jangan lupa tekan bintangnya terimakasih ❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status