Share

Bastard

Hari kedua pemotretan masih berjalan lancar. Zee masih terus mendapatkan tawaran dari brand terkenal. Oh ayolah padahal ia bukan model sungguhan. Zee hanya terpaksa melakukannya karena tawaran Dave yang memohon pada Zee untuk menggantikan model yang kebetulan berhalangan hadir. Namun nampaknya kebetulan itu akan terjadi selama beberapa waktu. Belum genap ia menjadi model namun namanya sudah mulai dikenal. Wajahnya terpampang di majalah fashion terbaru. Bahkan dirinya menjadi ikon dari brand Prada. Bukankah itu fantastis?

Wanita itu sekarang tampak cantik dengan busana crop top yang memperlihatkan perutnya. Sementara untuk celana ia memakai sebuah celana pendek. Tema pemotretan kali ini adalah baju untuk olahraga. Rambut panjangnya diikat kuda. Sementara wajahnya natural tanpa polesan make up sedikitpun, meskipun begitu ia tetap cantik.

Yang mengejutkan dari pemotretan kali ini adalah datangnya Ken, jika biasanya laki-laki akan melihat hasil pemotretan lewat foto yang dikirim Dave, namun kali ini ia rela duduk berjam-jam memperhatikan sang model yang melakukan macam-macam pose. Bahkan ia sangat terlihat begitu tertarik. Sejak dua jam lamanya Ken sama sekali tidak mengeluh, ia juga tidak merasa bosan, ia malah menikmati bagaimana wanita itu melakukan aktifitasnya. Matanya menatap dengan pandangan berbinar. Senyum simpul terbit kala melihat wajah Zee yang bersinar karena keringat.

"Berhenti sebentar aku rasa posisinya ada yang salah."

Ken berdiri, ia berjalan menuju sang model. Ditatapan Zee yang berdiri dengan memegang sebuah tongkat golf. Laki-laki itu berjalan memutari tubuh Zee matanya seolah meneliti.

"Harusnya seperti ini." Ken berdiri tepat di belakang Zee, tangannya membenarkan tangan Zee yang memegang tongkat golf, jika di lihat dari depan posisi mereka seperti Ken yang memeluk Zee dari belakang.

"Rileks," seru Ken pelan sambil mengelus pinggang Zee seduktif, ia mencuri kesempatan dengan menyentuh kulit Zee. Sontak hal itu mendapat tatapan tajam dari Zee. Ia berseru hendak menghentikan aksi Ken.

Dari jarak sedekat ini Ken bisa mencium aroma memabukkan dari leher milik Zee. Ia merasa begitu bergairah ketika aroma itu semakin menusuk ke hidungnya. Bukan aroma parfum yang terlalu menyengat, bukan pula parfum buah-buahan yang segar. Tetapi jenis aroma ini berbeda dari aroma yang pernah ada. Begitu menenangkan dan manis. Ia menyukai aroma dari tubuh Zee.

Mati-matian laki-laki tersebut tidak menyerang leher Zee dengan langsung  mencumbu bagian tersebut. Ia menahan sekuat tenaga agar bisa bersikap normal. Tetapi tubuh di depannya seakan menggoda, memanggilnya untuk dicium dan disentuh.

"You're so beautiful, amazing, and sexy." Ken berbisik di telinga Zee.

Zee merasa sekujur tubuhnya merinding, ia bisa merasakan hembusan nafas hangat yang menerpa lehernya. Matanya was-was mengawasi aksi gila laki-laki di belakangnya yang masih mengelus perut Zee dengan gerakan pelan. Mata Zee lalu menatap ke arah Dave. Laki-laki itu tengah sibuk di sudut ruangan, ia hanya bisa melihat punggung Dave karena posisi Dave yang memunggunginya. Sementara yang lainnya nampak sedang berada di luar. Samuel yang biasanya mengatur make up dan stylish nampak tidak ada. Sial-sial Zee benci dengan situasi ini. Harusnya ia tidak terjebak dalam pekerjaan ini, apalagi bersama bos baru yang begitu kurang ajar. Ingin rasanya ia menampar wajah menyebalkan tersebut. Tetapi otaknya masih waras, ia tak mau membuat keributan.

Zee mendorong tubuh Ken dengan sikunya. Tubuh laki-laki itu terhuyung ke belakang. "Berhenti, atau ku laporkan kau!"

Ia merasa langsung tidak menyukai ketika melihat wajah Ken.

Ken tertawa kecil, Zee di matanya nampak lucu, wajah pucat itu nampak cantik berkali-kali lipat ketika sedang ketakutan. "Kau semakin cantik ketika sedang marah." Ken mengusap pelan bahu Zee sebelum akhirnya laki-laki itu kembali beranjak untuk duduk.

"Dave lanjutan kembali," ucap Ken dengan senyum tipisnya.

"Oh iya di mana Samuel?"

"Sedang keluar."

"Panggil dia kurasa model kita wajahnya pucat, beri polesan make up sedikit."

                                 ***

"Ingin pulang bersama? Biar ku antar." Tawaran itu begitu menggiurkan, mungkin orang lain akan suka rela menerima tawaran dari Ken. Tetapi tidak bagi Zee.

"Sudah terlalu larut, tidak ada taksi yang lewat." Ken masih berusaha untuk tenang, ia melihat Zee lewat kaca pintu mobil yang terbuka. Wanita itu tidak menoleh sedikitpun matanya melirik ke arah jalanan yang lumayan sepi karena hari sudah terlalu larut. Dalam hatinya ia berharap ada taksi kosong yang lewat hingga Zee tak perlu menerima tumpangan Ken.

Bayangan Ken yang tadi menggodanya membuat Zee takut untuk menerima tawaran bosnya tersebut. Tidak ada yang tau jika nanti saat di mobil Ken melakukan hal yang macam-macam.

"Di sini bahaya jika seorang wanita sendirian malam-malam, kau tau? Ini daerah rawan."

Zee berdecak, tangannya membuka pintu mobil lalu duduk di kursi. Matanya melirik Ken yang sepertinya sangat senang.

Ken bersorak gembira, tentunya ia tak mau menunjukkan tanda bahwa ia begitu senang melihat Zee duduk di sampingnya. Ia bisa dengan leluasa memandang wajah tersebut. Jika biasanya Ken menatap Zee  lewat layar. Namun hari ini Ken berhasil memandang wajah wanita yang membuatnya penasaran.

Zee Alessia sejak kedatangannya kemarin Ken merasa Zee tampak begitu berpengaruh pada dirinya. Ia pernah mendengar jika seseorang bisa membuat kita bergairah, entah itu hormon, aroma, sepertinya Zee berhasil membuatnya penasaran. Setiap berdekatan dengan perempuan tersebut Ken bisa merasakan ada rangsangan hebat. Bahkan dirinya bisa memanas hanya karena sebuah sentuhan! Ia belum pernah merasakan perasaan ini sama sekali. Semua mantan pacarnya belum berhasil memberikan perasaan tersebut. Ia bisa merasakan ada sengatan listrik ketika kulit mereka tidak sengaja bersentuhan. Rasa itu semakin menambah meletup-letup dalam dirinya hingga mendadak kepalanya terasa pening.

Ia merasa dirinya begitu penasaran, mungkin setelah rasa penasaran itu menghilang Ken yakin jika ia akan bisa kembali seperti semula. Ini hanya bentuk rasa penasaran.

"Di mana rumahmu?" tanya Ken.

"Aku kost di kota Villeurbanne."

Kost? Ken pikir Zee adalah tipe seorang wanita yang ingin hidup mewah. Namun sepertinya wanita tersebut termasuk dalam katagori rakyat biasa. Bisa dilihat dari pakaian yang sederhana.

"Lalu kau masih bersekolah?"

Zee menatap Ken sebal, mengapa laki-laki tersebut mengajukan banyak pertanyaan? Ia tidak menyukai hal tersebut.

"Aku hanya ingin tau model baru i perusahaan seperti apa, apa itu salah?" Ken tau maksud dari tatapan Zee.

Sangat salah karena kau terlalu berisik batin Zee sambil menatap jalanan di depannya.

"Ya aku bersekolah, memangnya kenapa?"

"Nothing hanya bertanya."

Selanjutnya suasana kembali hening, Zee tampak tenang duduk di mobil sementara Ken begitu fokus menyetir. Mereka melewati jalanan kota Paris yang sepi. Hanya dihiasi lampu-lampu jalanan juga lampu dari gedung-gedung tinggi.

"Turunkan aku di depan."

Ken mengernyit, tempat tinggal Zee masih cukup jauh dari sini. Namun mengapa wanita itu memilih untuk turun di pinggir jalan seperti ini?

"Mobil tidak akan bisa masuk, jalannya kecil, lebih baik aku berjalan karena jaraknya tak begitu jauh."

Ken mengangguk ia menghentikan mobilnya. Laki-laki itu bersiap membuka seatbelt ketika melihat Zee akan membuka pintu mobil.

"Biar ku antar." Ken bergegas ingin ikut turun namun wanita itu menghentikannya.

"Tak perlu, terimakasih dan selamat malam."

                                 ***

Lampu-lampu menyala, suara musik terdengar begitu kencang. Asap rokok serta aroma alkohol menjadi sambutan ketika langkah kakinya bergerak memasuki bar yang ramai. Orang-orang menari di lantai. Pemandangan-pemandangan yang selalu terlihat ketika memasuki tempat tersebut. Banyak pasangan yang saling menari, berciuman, bahkan melakukan hal lainnya.

Banyak orang yang menghabiskan waktu di sini dengan beberapa gelas alkohol.

Begitu juga dengan Ken, laki-laki itu melangkah santai masih dengan setelan kantornya ia berjalan dengan langkah ringan untuk sampai ke meja yang kosong. Ken tersenyum tipis ketika kedatangannya disambut oleh dua laki-laki yang terlebih dahulu datang. Di meja mereka terdapat banyak botol alkohol kosong. Ada juga rokok dan macam-macam makanan ringan.

"Hei bro!" seru laki-laki yang tak kalah tampan darinya. Ia duduk dengan seorang wanita yang duduk di pangkuannya.

"Pesan beberapa minuman yang kau suka, biar aku yang bayar." Laki-laki itu tersenyum sangat lebar. Wajahnya merah hingga ke leher, bisa dilihat dari bicaranya yang semakin melantur laki-laki tersebut telah mabuk berat.

"Berapa botol yang telah dia habiskan?" tanya Ken pada laki-laki lainnya.

"Sepuluh mungkin."

Dasar gila! Sepertinya sepupu Ken memang benar-benar tidak waras.

"Bodoh!" seru Ken dengan mata melirik ke arah laki-laki yang sekarang pergi dengan menggandeng wanita. Langkah laki-laki tersebut sempoyongan, beberapa kali menabrak kursi atau orang di sekitarnya. Bibirnya terus meracau tidak jelas.

"Plan patah hati, pacarnya berselingkuh dengan laki-laki muda."

Ken tertawa, mengapa sepupunya bisa begitu bodoh. Hanya karena seorang wanita bisa terlihat mengenaskan seperti ini. Plan itu tampan, kaya, anak dari keluarga terpandang, setia, bisa-bisanya dia diselingkuhi.

"Biarlah maka dari itu aku mengajaknya ke sini. Mungkin ia butuh hiburan. Sekalian aku juga butuh melepas stress setelah seharian bekerja."

Jika Plan laki-laki setia dengan sifat lembut yang dimilikinya berbeda dengan Arthur, Ken dan Arthur memiliki sifat yang sama, playboy, mereka akan berkencan dengan wanita yang berbeda. Kalangan artis, model yang memiliki tubuh seperti gitar spanyol, atau kalangan atas yang sama seperti mereka.

"Baiklah, kau di sini sendiri, aku ingin menemui pacar baruku."

"Lagi? Berapa kali kau berpacaran Minggu ini?"

"Setidaknya ada empat wanita yang berhasil aku kencani, dan kau tau wanita yang keempat sangat seksi, kalo kau mau aku bisa berbagi, sepupu yang baik bukan?"

Ken memutar bola matanya, ia menggeleng. "Shit, aku tidak akan pernah mau bekas dirimu."

Arthur tak menjawab, ia meninggalkan Ken sendirian di tengah bar, sementara ia pergi ke lantai dua menemui pacar katanya.

Di sini Ken duduk sambil memandangi sekeliling, ia masih belum ingin memasang apapun, beberapa menit ia berdiam sendiri, seorang wanita cantik dengan gaun pendek berwarna hitam melekat di tubuhnya, wanita itu berjalan dengan senyum tipis. Ia menatap Ken berbinar seperti seekor serigala yang menemukan mangsanya.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Sure."

Ia duduk di samping Ken setelah mendapat persetujuan. Wanita itu tersenyum lebar menatap wajah laki-laki di sampingnya.

"Kau sendiri di sini?"

"Ya begitulah."

"Boleh aku menemani?"

Ken terdiam sebentar, ia memandang wanita itu sebelum tersenyum lebar. "Menemani di sini? Atau menemani di ranjang?"

Wajah wanita itu memerah seperti tomat, kepala menunduk, ia tertawa kecil dengan tangan yang menutupi mulutnya.

"Jika tak keberatan."

"Sama sekali tidak."

Selanjutnya Ken menarik pinggang wanita di sampingnya untuk duduk di pangkuannya. Tangannya langsung menyusuri punggung wanita tersebut. Ia memberi rangsangan menggoda. Wajahnya mendekat mencium lembut bibir merah di depannya sebelum lidahnya bergerak masuk menyusuri mulut wanita di depannya.

                                  ***

To be continued, jangan lupa tekan bintangnya terimakasih ❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status