“Aku kan bilang! Kita sudah tidak bertunangan Alex!!”
“Kita tidak bertunangan, tapi aku masih punya kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku bukan...?”
Bugh!! Lemparan bantal mengenai wajah Alex tapi laki laki itu terkekeh geli melihat kelakuan Cassandra,”Ini nyatanya yang membuat aku sangat menyukaimu Cassie, kamu sangat sulit di tebak. Saat aku mengira kamu akan menggigit seperti landak dengan durinya. Kamu malah melemparku dengan mata yang berurai air mata...”
Cassandra menyadari kebenaran kata kata Alex, dan ia menghapus air matanya. Berani benar laki laki ini membuatnya menangis!! Setelah mengucapkan kata kata seperti ini dan menyentuh hati Cassandra.
“Pergi sana! Dengan wanitamu saat itu
“Pertama tama Alex, aku tidak ingat. Kapan kita melakukannya, jadi aku akan menganggap kalau ini adalah hoax.” Cassandra akhirnya memutuskan. Ia sekarang kembali fokus ke mangkuk di depannya. Tapi laki laki di depan Cassandra nampak tak terima. “Hoax kamu bilang?”tanya Alex dengan geram. Cassandra justru memperburuk suasana, dengan menjawab hanya dengan anggukan. “Kita memang pernah.” Tegas Alex. Tapi Cassandra malah meledek Alex dengan memeletkan lidahnya dan membuat Alex menjadi gemas dan bercampur kesal. “Oke, kita akan reka adegan. Sekarang...!” Cassandra tak bisa mencerna kata kata Alex, karena tangan laki laki itu bergerak lebih cepat dari tangannya. Bergerak menarik kepala Cassandra da
“Dan ini juga hakku, untuk mencintaimu sampai kapanpun.” Lanjut Alex. Dan baru kali ini, Cassandra merasakan ketulusan Alex berkali kali lipat. Yang maknanya, laki laki itu menerima segala kondisinya. Dalam segala hal. Tanpa sadar, Cassandra tersenyum tipis. “Bodoh.” Umpat Cassandra sambil memukul Alex dengan sangat kencang, tapi kemudian Cassandra meraih lengan kekar itu dan melingkarkan tangannya pada lengan Alex. Kelakuan Cassandra membuat Alex mengernyit kebingungan. “Aku tidak melakukan apapun, dengan laki laki manapun.” Jelas Cassandra. Dan sepertinya, ada senyum kemenangan serta kebanggaan pada wajah Alex.*** Cassandra sedang berada di ruangan Alex, mendud
Alexa menutup panggilannya dengan sebal. Karena yang benar saja! Dua orang itu selalu mengganggunya, baik Alex maupun Cassandra. Bahkan Alexa sempat mengasihani dirinya sendiri. Karena ia jadi tak punya waktu untuk berkencan.... mengenaskan. Panggilan Alexa di tutup, tapi Cassandra malah berkaca kaca. Akhirnya...!! Alex pulang!! Cassandra sempat berpikir kenapa Alex tidak memberitahunya tentang jadwal kepulangannya. Terbesit kemungkinan kalau Alex akan memberikannya kejutan. Cassandra meraih tasnya dan tersenyum penuh kemenangan,”Kalau begitu, biar aku dulu yang mengejutkannya....”*** Cassandra langsung mengemudikan mobilnya ke arah bandara. Ia akan menunggu Alex di sana. Entah siang, atau malam. Ia sudah memutuskan untuk menjadi orang pertama yang Alex lihat saat menapakan kakiny
Cassandra masih memalingkan wajahnya ke jendela, ia ingi mengalihkan pikirannya ke jalanan yang ada di sampingnya. Nyatanya, berdiam diri tetap saja membuat ia terpikirkan seseorang. Alex. Dan saat Cassandra sedang memikirkan laki laki itu. tubuhnya seperti di sengat aliran listrik dengan jutaan volt yang bisa membunuh, dan sekarang. Hati Cassandra yang di bunuh. Alex sedang merangkul bahu seorang wanita, memasuki sebuah lobi apartemen. Cassandra tak bisa. Melihat ini lebih jauh lagi. Ia melemparkan wajahnya dan menahan air mata. “Kamu kenapa...?”tanya Damian dengan nada khawatir. Cassandra hanya menekuk wajahnya dan tak berani menjawab pertanyaan Ayahnya. “Tid
“Huekkk.... “ Alexa menundukan kepalanya, hanya tersisa lendir pahit yang bisa ia keluarkan. Uluran tangan di depan wajahnya, mengulurkan secangkir air hangat. Tangan Alex. “Minum ini, lemon dengan madu. Ini bisa membantu.” Alex mengulurkan cangkir itu lagi, namun Alexa tak kunjung mengambil cangkir itu. “Heukkkk-“ Alexa kembali muntah. “Cepat Alexa.” Geram Alex dengan tak sabaran. Dan Alexa langsung mengambil cangkir yang di sodorkan padanya. Meneguk isinya dengan cepat dan menghabiskannya.
Tangn Airlangga terangkat di udara, memotong ucapan Alexa yang bahkan belum selesai memanggil namanya. “Keputusan sudah di buat.” Airlangga bangkit sembari menahan geraman gigi gerahangnya. Alexa menatap ayahnya, laki laki itu mengabaikan kontak mata denganya. “Bersamaan dengan Alex dan Cassandra yang akan menikah, kamu juga harus menikah.” Alex menatap ayahnya, ia bahkan terkejut dengan keputusan ayahnya yang di luar dugaan. “Ayah!” sela Alexa, “Aku-“ Namun ayah Alexa tidak bisa di bantah lagi, ia sudah bersiap pergi, “Temukan laki laki itu. Seret dia kesini kalau
“Dia sangat berbahaya.” Desis Cassandra dan Alex mengangguk menyetujui. “Latar belakangnya memang menjadi peringatan untuk kita. Tapi yang membuat aku semakin tidak mengerti, kenapa ia begitu tertarik dengan perusahaan ini?” Cassandra merasakan ketakutan dan juga tanda tanya besar sama seperti yang Alex rasakan. Menaruh curiga pada sosok seperti Marcus Anderson adalah hal yang sangat wajar dalam bertahan. “Apa tujuannya yang sebenarnya, aku sedang mencari tau.” Mata Cassandra dan Alex saling bertatapan. Dan di saat yang bersamaan, hujan di luar sana. Tak terduga dan menjadi makin deras seiring angin yang membawa tetesan air langit itu untuk turun ke bumi.
“Ayah, aku tidak akan bisa tenang.” Keluh Cassandra sembari mengganti chanel televisi yang menyiarkan berita kecelakaan pesawat terbang. Mata Cassandra menjadi semakin jeli, mencari celah dan berharap kalau sosok Alex akan tertangkat kamera. Setidaknya, itu bisa membantu Cassandra untuk lebih tenang. “Dengan duduk gelisah seperti ini, tidak akan membantu apa apa.” Damian berusaha memberikan petuah. Niat Damian untuk membuat puterinya tenang, namun Cassandra malah menarik kesimpulan yang salah. Dengan cepat, Cassandra bangkit dari sofa. Membuat mata Damian memicing curiga karena perubahan mood puterinya yang begitu cepat. “Ayah benar, duduk di sini s