“Huekkk.... “ Alexa menundukan kepalanya, hanya tersisa lendir pahit yang bisa ia keluarkan.
Uluran tangan di depan wajahnya, mengulurkan secangkir air hangat. Tangan Alex.
“Minum ini, lemon dengan madu. Ini bisa membantu.”
Alex mengulurkan cangkir itu lagi, namun Alexa tak kunjung mengambil cangkir itu.
“Heukkkk-“
Alexa kembali muntah.
“Cepat Alexa.” Geram Alex dengan tak sabaran. Dan Alexa langsung mengambil cangkir yang di sodorkan padanya. Meneguk isinya dengan cepat dan menghabiskannya.
Tangn Airlangga terangkat di udara, memotong ucapan Alexa yang bahkan belum selesai memanggil namanya. “Keputusan sudah di buat.” Airlangga bangkit sembari menahan geraman gigi gerahangnya. Alexa menatap ayahnya, laki laki itu mengabaikan kontak mata denganya. “Bersamaan dengan Alex dan Cassandra yang akan menikah, kamu juga harus menikah.” Alex menatap ayahnya, ia bahkan terkejut dengan keputusan ayahnya yang di luar dugaan. “Ayah!” sela Alexa, “Aku-“ Namun ayah Alexa tidak bisa di bantah lagi, ia sudah bersiap pergi, “Temukan laki laki itu. Seret dia kesini kalau
“Dia sangat berbahaya.” Desis Cassandra dan Alex mengangguk menyetujui. “Latar belakangnya memang menjadi peringatan untuk kita. Tapi yang membuat aku semakin tidak mengerti, kenapa ia begitu tertarik dengan perusahaan ini?” Cassandra merasakan ketakutan dan juga tanda tanya besar sama seperti yang Alex rasakan. Menaruh curiga pada sosok seperti Marcus Anderson adalah hal yang sangat wajar dalam bertahan. “Apa tujuannya yang sebenarnya, aku sedang mencari tau.” Mata Cassandra dan Alex saling bertatapan. Dan di saat yang bersamaan, hujan di luar sana. Tak terduga dan menjadi makin deras seiring angin yang membawa tetesan air langit itu untuk turun ke bumi.
“Ayah, aku tidak akan bisa tenang.” Keluh Cassandra sembari mengganti chanel televisi yang menyiarkan berita kecelakaan pesawat terbang. Mata Cassandra menjadi semakin jeli, mencari celah dan berharap kalau sosok Alex akan tertangkat kamera. Setidaknya, itu bisa membantu Cassandra untuk lebih tenang. “Dengan duduk gelisah seperti ini, tidak akan membantu apa apa.” Damian berusaha memberikan petuah. Niat Damian untuk membuat puterinya tenang, namun Cassandra malah menarik kesimpulan yang salah. Dengan cepat, Cassandra bangkit dari sofa. Membuat mata Damian memicing curiga karena perubahan mood puterinya yang begitu cepat. “Ayah benar, duduk di sini s
Cassandra terkekeh, ia lupa kalau laki – laki ini berasal dari mana. “Anda menginap di hotel alih – alih rumah anda sendiri?” selidik Cassandra. Namun sikap Marcus yang sangat tenang dalam menanggapi pertanyaan Cassandra, bahkan Marcus masih menyempatkan diri untuk tertawa. “Ini adalah rumahku,” Marcus mengangkat tanganya ke udara, “Aku pemilik tempat ini.” Tambah Marcus. Alexa dan Cassandra kembali terkejut secara bersamaan. “Jadi, biar aku antarkan kalian ke tujuan kalian. Kalau tidak keberatan.” Marcus mengedikan sebelah matanya. Alexa yang tadinya hendak
Mahesa mencengkeram erat tangan Aruna. Melihat wajah Aruna yang memerah, bahkan bukan hanya wajahnya, sekujur tubuh Aruna seperti mengeluarkan rona merahnya. Membuat Mahesa tidak menyadari, ada daya magis yang membuatnya terpesona. Mahesa tidak pernah membayangkan ini sebelumnya, lebih lebih dengan posisi mereka saat ini. Dengan tubuh Aruna yang pasrah dibawah himpitan tubuh Mahesa yang melingkupinya. Rintihan demi rintihan kecil Aruna yang kian membuat Mahesa mencengkeram, menahan erangannya sendiri. Gadis yang setengah memejamkan matanya itu, berusaha untuk meraih pungguh Mahesa. Tapi terlambat, tangan Mahesa sudah kembali mencengkeram pergelangan tangan Aruna, meletakannya diatas kepala dan memperc
Encounter 1 Just Married adalah kantor kecil dengan bangunan dua lantai. Bangunan yang lantai satu di gunakan untuk semua karyawan dan untuk segala hal yang bersifat administratif. Sedangkan lantai dua adalah bangunan dengan hampir seluruhnya bermaterialkan kaca, lantai dua lebih digunakan sebagai tempat untuk technical meeting dan pematangan ide. Jangan berharap kalau kantor Aruna memiliki kantin. Karena jawabannya, tidak ada. Kantin disini adalah trotoar sebrang jalan yang diisi banyak sekali warung tenda, yang sama sama digunakan oleh banyak sekali karyawan di kompleks ini untuk mengisi perut di jam makan siang, Just Married bisa di bilang sukses walau skalanya masih kecil, berkat p
Encounter 2 Namanya Aruna Renjana. Pagi ini, sama seperti pagi sebelumnya. Aruna berjalan ke arah kelasnya, dengan rambut yang dikuncir dan tangan yang penuh dengan buku paket, Aruna berjalan. Sendirian. Langkahnya yang cepat membuat Aruna hanya membutuhkan waktu sekitar beberapa menit untuk sampai dikelasnya. Diujung sana, setelah melewati lapangan rumput. Tapi itu tidak seperti dugaannya. Aruna terhenti, tepat di gazebo. Aruna yang harus melewati paving tepian lapangan, karena ada larangan untuk menginjak injak lapangan rumput itu terhenti oleh gerombolan siswa laki laki.
Encounter 3 Sebuah Kafe di daerah Bilangan, Jakarta Barat. Benar kata Kayara, kliennya kali ini benar benar membuatnya syok dan tidak percayara. Kafe yang Aruna masuki yang sepengetahuannya hanya bisa dimasuki oleh orang yang sudah reservasi terlebih dahulu. Tanpa perlu memerlukan tanda pengenal, Aruna bisa mengetahui siapa kliennya sekarang ini. “Selamat siang....” sapa Aruna dengan nada seramah mungkin. Menyapa dua orang yang hanya terlihat punggungnya saja. “Siang...” balas si pemilik suara bariton, si perempuan nampaknya masih kesal dan mengira kalau Aruna adalah Kayara.