Share

Bab 15

Yang menerima pesan tersebut adalah Zora.

Setelah mengirimkan pesan singkat, Raka membuang napas dan tatapan matanya menjadi menyeramkan.

Setelah tiga hari berlalu, tibalah hari di mana Randala Group dan Deston Group akan menandatangani kontrak.

Yura mendongak dan menatap gedung Deston Group yang tinggi menjulang. Total ada 120 lantai lebih. Pemilik dari gedung ini adalah keluarga Lamdani dari kota Malda.

Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga Lamdani tumbuh menjadi pebisnis yang sangat dominan dan tersebar di seluruh provinsi secara merata. Bahkan ada banyak cabang di kota besar yang terdapat di seluruh negara. Mereka merupakan perusahaan raksasa yang sangat terkenal di negara ini.

Di hadapan keluarga Lamdani, keluarga Randala tentu saja hanya merupakan orang kecil yang tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.

“Halo,” sapa Yura yang melangkah masuk ke resepsionis.

Dia tersenyum dan kembali berkata, “Tolong sampaikan kalau saya Yura dari Randala Group dan ingin bertemu dengan Pak Thomas. Kontrak kerja sama yang sempat dibahas sebelumnya sudah harus ditanda tangani.”

Ada sekitar 12 gadis muda berkulit putih dan berwajah cantik di hadapan Yura. Salah satunya tersenyum sopan dan berkata, “Ada undangan janji?”

Wajah Yura seketika berubah. Bukankah urusan proyek sudah selesai dibahas dan tinggal menandatangani kontrak saja? Kenapa Rommy tidak memberi tahu dirinya kalau untuk bertemu dengan Thomas harus buat undangan janji terlebih dulu?

“Sudah saya bilang kalau saya adalah wakil direktur Randala Group, Yura!” ujar perempuan itu dengan wajah dingin.

“Proyeknya sudah selesai dan tinggal tanda tangan kontrak saja. Perjanjian melalui ucapan saja nggak cukup? Kamu tahu ini kontrak apa? Proyek seratus triliun! Memangnya kalau terhambat kalian sanggup ganti rugi?! Cepat sampaikan!” kata Yura dengan suara dingin.

Resepsionis tersebut tetap tersenyum dan dengan sopan berkata, “Maaf, perusahaan menetapkan peraturan kalau nggak ada surat janji maka nggak boleh masuk. Ibu boleh-“

Ucapannya terhenti karena seorang lelaki yang mengenakan jas hitam dengan membawa delapan orang anak buah tengah melangkah ke hadapan mereka. Lelaki itu melirik Yura dan bertanya, “Siapa dia?”

Resepsionis tersebut memperkenalkan identitas Yura dan dengan pasrah menggeleng sambil berkata, “Saya sudah bilang dengan Bu Yura, tetapi dia nggak mau pergi dan mau minta saya sampaikan.”

“Nggak ada surat undangan tapi masih mau ketemu dengan Pak Thomas?” ujar lelaki itu sambil tersenyum sinis.

“Pasti nggak bermaksud baik! Kamu mau mendekati Pak Thomas dan jadi selingkuhan?! Orang seperti kamu sudah sering saya temui!”

Ekspresi Yura menggelap dan dia berkata, “Apa katamu?! Kalau berani coba katakan sekali lagi!”

Lelaki itu terbahak dan berkata, “Dengarkan baik-baik! kamu pikir kamu siapa?! Saya tahu jelas kalau Pak Rommy dan Bu Sherly sudah bicara dengan Pak Thomas mengenai proyek ini. Tapi kamu mengusir mereka dan mau merebut proyek ini? Jangan bermimpi!”

Lelaki itu mengambil sebuah kontrak dari dalam pelukannya dan melemparnya ke wajah Yura sambil berkata, “Buka matamu lebar-lebar dan baca ini baik-baik!”

Kontrak kerja sama yang berisi tentang proyek yang melibatkan pembangunan dari tiga gedung dan fasilitas pendukung di sekitarnya. Nilai investasi mencapai lebih dari 200 triliun! Angka tersebut dua kali lipat dari kesepakatan kerjasama yang telah diajukan oleh Rommy!

"Orang seperti kamu sudah sering saya temui!" kata lelaki itu sambil menatap Yura dengan sorot merendahkan dan dingin. Setelah itu dia mendengus dan berkata, "Proyek ini pasti membuat Irwan tersenyum lebar ketika dia tidur. Tetapi bos kami sudah bilang kalau proyek ini hanya mau dilakukan bersama dengan Pak Rommy dan Bu Sherly!”

Setelah itu, delapan anak buah lelaki itu langsung mengusir Yura dari gedung tanpa rasa belas kasihan. Bahkan sepatu hak milik perempuan itu juga patah sebelah. Pakaiannya berantakan dan rambutnya juga tidak beraturan. Penampilan itu membuat Yura terlihat seperti perempuan gila.

“Sial!” seru Yura pada gedung di hadapannya.

Bagi keluarga Lamdani, keluarga Randala tidak ada apa-apanya. Jangankan Yura, bahkan jika Irwan yang datang juga pasti harus tunduk dengan peraturan di gedung ini.

“Rommy, Sherly,” gumam perempuan itu dengan wajah menggeram. Dia berdiri di depan pintu gedung cukup lama dan setelah itu melajukan mobilnya menuju Randala Group. Irwan tidak boleh tahu hal ini, jika tidak maka akibatnya akan sangat sulit dibayangkan.

“Dia sudah pergi.”

Di dalam ruang direksi, tampak kepala keluarga Lamdani, Sanjaya beserta dengan putranya, Thomas sedang menatap seorang perempuan muda dari jendela besar. Di waktu yang bersamaan mereka menunduk 90 derajat dengan wajah penuh hormat.

Sosok itu mengenakan pakaian merah dan merupakan satu dari empat jenderal perang yang merupakan orang kepercayaan Dewa Perang, Zora.

“Bagus!” ujar Zora sambil memutar tubuhnya dengan perlahan.

“Semua usaha Deston Group di negara ini pasti akan berjalan lancar, ini merupakan janji dari Dewa Perang.”

Sanjaya dan Thomas saling berpandangan dengan ekspresi antusias. Dewa perang Negara Nagota, Raka Gading!

Dari nama saja sudah cukup menunjukkan jika keluarga Lamdani hanya sebuah debu bagi sosok tersebut. Hanya satu kalimat Raka saja sudah bisa membuat keluarga Lamdani menjadi perusahaan raksasa di Nagota. Begitu pun sebaliknya, dia juga bisa membuat keluarga Lamdani hancur.

“Setelah Yura kembali, dia pasti akan menutupi masalah ini. Pak Sanjaya, seharusnya Bapak tahu maksud dari Dewa Perang, kan? Kalau mau turun tangan, harus main bersih, jika tidak maka tidak perlu turun tangan sekalian,” ujar Zora.

“Semua penderitaan yang dirasakan oleh Pak Rommy dan Bu Sherly harus dia bayarkan beserta dengan semua kompensasinya! Seharusnya saya nggak perlu menjelaskan apa yang harus Bapak lakukan, bukan?”

Tanpa ragu Sanjaya langsung mengangguk. Yura merupakan perempuan licik dan picik. Sikapnya yang memfitnah mertua dari Dewa Perang? Benar-benar tidak bisa dibiarkan!

“Thomas! Sebarkan beritanya dan bilang kalau anggaran kerja sama kita dengan Randala Group naik menjadi tiga kali lipat! Keuntungan yang bisa didapatkan oleh Randala Group minimal ratusan triliun! Papa mau lihat bagaimana cara Yura menutupinya dari Irwan.”

Kediaman keluarga Randala.

“Pak,” panggil seorang kepala pelayan rumah dengan suara riang dan bahagia. Lelaki tersebut berusia 40 tahun lebih dan bernama, Dito. Dia berlari ke arah ruang tamu dan mengulurkan ponselnya pada Irwan dengan tangan bergetar.

“Pak, coba dilihat! Proyek Deston Group masuk berita lagi! Anggaran investasinya naik hingga 600 triliun! Akhirnya keluarga Randala ada harapan untuk jadi keluarga teratas di Malda!”

Apa?!

Irwan berdiri dari sofa dan menatap ponsel Dito dengan lekat. Napasnya memburu dan wajahnya memerah. Kabar baik! Kabar yang luar biasa baik!

Tiga hari yang lalu emosinya meledak karena Raka memberikan peti mati di hari ulang tahunnya. Sekarang Deston Group justru memberikan kabar yang luar biasa baik hingga membuat jantungnya memacu dengan cepat. Irwan seperti bisa mendengar suara degupan jantungnya sendiri.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status