Zhao Xueyan berdiri di tengah ladang tanaman langka di dalam ruang dimensi, memandangi keindahan tempat itu. Namun, rasa tidak nyaman di tubuhnya membuatnya duduk di bawah pohon besar dengan napas yang sedikit berat.
"Apa ini?" gumamnya sambil memegangi perutnya. Zhao Xueyan mulai menyadari sesuatu yang tidak biasa pada tubuh permaisuri yang kini dia tempati. Dia memejamkan mata, mencoba merasakan energi di dalam tubuhnya. Racun ini membuat energi di dalam tubuhnya tertutup, menghalangi aliran spiritual yang sangat penting bagi seorang kultivator di dunia kuno ini. “Tubuh ini … memiliki racun yang bekerja perlahan, tapi sangat mematikan. Tidak heran permaisuri ini di cap bodoh dan tidak berguna,” gumam Zhao Xueyan. “Tapi bagaimana racun ini bisa sampai di sini?” Zhao Xueyan mencoba bangkit, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dalam pikirannya, dia ingin segera kembali ke dunia luar karena khawatir Niuniu akan mencarinya. Namun, saat dia memikirkan itu, suara lembut dari roh pelindung dimensi kembali terdengar. “Zhao Xueyan, jangan khawatir tentang waktu. Satu hari di dalam dimensi ini hanya setara dengan beberapa menit di dunia luar.” Zhao Xueyan mengernyit, sedikit terkejut. Dia tak menyangka akan ada hal seperti itu. “Benarkah? Jadi aku bisa tinggal di sini lebih lama tanpa harus khawatir?” “Benar. Dimensi ini dirancang untuk memberikan waktu yang cukup bagimu untuk memulihkan diri dan memanfaatkan sumber dayanya,” jawab roh itu. Zhao Xueyan mengangguk pelan, merasa sedikit lega. Dia kembali fokus pada tubuhnya, mencoba memahami kondisinya lebih baik. “Kalau begitu, aku harus menghilangkan racun ini dulu. Tubuh ini tidak hanya lemah, tapi juga memiliki potensi yang luar biasa,” kata Zhao Xueyan dengan tegas. Setelah melakukan analisis mendalam, Zhao Xueyan menyadari sesuatu yang menarik. Tubuh permaisuri yang kini dia tempati ternyata memiliki kultivasi dasar yang unik, berbeda dari kultivator lainnya. Energi spiritual di dalam tubuh ini seperti terpendam, menunggu untuk dibebaskan. Namun, racun yang menyumbat meridian menjadi penghalang utama. Zhao Xueyan berjalan menuju ladang tanaman langka yang ada di ruang dimensi itu. Di sana, dia menemukan akar Tian Lu, bunga Qi Bai, dan tanaman Lingxue semuanya memiliki khasiat luar biasa untuk detoksifikasi dan pemulihan energi spiritual. “Tanaman-tanaman ini seperti hadiah dari surga,” kata Zhao Xueyan sambil memetik beberapa daun Lingxue dengan hati-hati. Zhao Xueyan juga membawa sebotol kecil air spiritual tingkat tinggi dari sungai di dalam dimensi itu. Sambil mencampur tanaman-tanaman itu menjadi ramuan sederhana, Zhao Xueyan berbicara pada dirinya sendiri. “Racun ini akan menjadi pelajaran pertama bagiku di dunia ini. Dengan pengetahuanku dari dunia modern dan sumber daya dari dimensi ini, aku tidak hanya akan sembuh, tetapi juga menjadi lebih kuat.” Zhao Xueyan meneguk ramuan itu perlahan. “Ugh! Rasanya sangat pahit, tapi ini sepadan dengan hasilnya.” Zhao Xueyan duduk bersila di atas batu besar, memejamkan mata, dan mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Efek ramuan itu bekerja dengan cepat. Racun yang selama ini menyumbat meridiannya perlahan-lahan menghilang. Meridian yang tertutup mulai terbuka, dan energi spiritual di tubuhnya mulai mengalir dengan lancar. Wajahnya yang awalnya pucat mulai mendapatkan rona sehat. Kulitnya yang kasar perlahan berubah menjadi halus dan bercahaya. Zhao Xueyan membuka matanya setelah beberapa jam meditasi. Dia menyentuh wajahnya, merasa ada perubahan yang signifikan. Dengan rasa ingin tahu, dia berjalan menuju sungai kecil di dalam dimensi itu, memandangi bayangan dirinya di air. “Ini … aku?” gumamnya tak percaya. Wajahnya yang selama ini buruk rupa akibat racun kini tampak bersih dan bercahaya. Matanya yang gelap bersinar cerah, dan bibirnya yang pucat berubah merah alami. Dia terlihat begitu cantik, seperti seorang dewi yang baru turun dari langit. Roh pelindung dimensi muncul lagi, suaranya terdengar penuh kebanggaan. “Ini adalah penampilan aslimu, Zhao Xueyan. Racun itu tidak hanya membuatmu lemah, tetapi juga menutupi kecantikan sejati tubuh ini.” Zhao Xueyan tersenyum tipis. “Sekarang aku mengerti. Aku sudah tidak sabar untuk memberikan pelajaran pada orang-orang itu. Aku harus kembali dulu, Niuniu pasti panik.” Dalam sekejap, Zhao Xueyan kembali ke dapur kecil di gubuk pengasingannya. Dia menemukan Niuniu yang sedang mencarinya di luar gubuk. Tanpa menyadari kehadirannya. “Niuniu,” panggil Zhao Xueyan dengan suara datar namun lembut. Niuniu menoleh, tetapi wajahnya langsung berubah menjadi penuh kebingungan dan ketakutan. “Anda … Siapa Anda? Bagaimana Anda bisa masuk ke sini?” tanya Niuniu. Zhao Xueyan mengernyit, lalu tersenyum samar. “Ini aku, Zhao Xueyan.”Cahaya fajar baru saja muncul di ufuk timur, langit masih menyisakan warna kelam ketika dua pasukan besar berdiri saling berhadapan di medan perang terbuka, seperti barisan semut hitam yang tak berujung. Aura tekanan Qi dari para prajurit dan jenderal memenuhi udara, menggema seperti dentingan pedang yang belum terhunus.Di sisi barat, pasukan Kekaisaran Tianyang berdiri gagah. Di barisan paling depan, Kaisar Tian Ming duduk tegak di atas kudanya yang gagah berwarna hitam legam. Zirah emas di tubuhnya memantulkan cahaya matahari pagi, menambah aura agung dan tak tergoyahkan.Di sisi timur, pasukan Kekaisaran Zhengtang berbaris rapi. Kaisar Zheng Yu berdiri di atas kuda coklatnya, mengenakan jubah perangnya berwarna merah gelap dengan lambang naga api di dada. Wajahnya angkuh dan dingin.Kaisar Zheng Yu mengangkat tangan, memberi isyarat pada seluruh pasukannya untuk tetap diam, lalu melangkah maju beberapa tapak dengan suara lantang.“Tian Ming! Menyerahlah. Serahkan Permaisuri Zhao X
Fajar belum sepenuhnya menyingsing, langit masih menggantungkan semburat biru gelap dan oranye pucat. Angin pagi berhembus lembut namun membawa hawa tegang dari persiapan perang. Derap kaki pasukan elit kekaisaran Tianyang terdengar mantap di pelataran luar gerbang utama. Armor-armor berkilau, panji-panji berkibar, dan beast tunggangan menggeram lirih, seakan ikut merasakan aroma pertempuran yang sudah di ambang waktu.Di tengah pasukan itu, Kaisar Tian Ming berdiri gagah dengan zirah emasnya. Namun matanya hanya tertuju pada satu sosok yaitu Zhao Xueyan, istrinya, yang berdiri di dekat gerbang dengan wajah menahan."Xueyan .…" ucapnya pelan sambil menggenggam tangan istrinya yang dingin."Aku baik-baik saja," jawab Zhao Xueyan singkat, namun jelas nada suaranya bergetar. "Aku hanya, tak menyangka hari perpisahan kita datang secepat ini."Kaisar Tian Ming tersenyum lembut. "Bukan perpisahan. Hanya jeda, aku akan kembali. Kau akan melihatku berdiri di sini lagi, dengan kemenangan."Zh
Langit senja di Benua Yunzhu berwarna kemerahan, seakan menyambut datangnya badai. Suara gemuruh dari kaki-kaki monster buas mengguncang tanah. Pasukan elit Kekaisaran Zhengtang muncul di balik awan debu, menunggangi beast monster masing-masing seperti macan bermata tiga, burung baja bersisik, hingga kuda api yang menghembuskan napas panas dari lubang hidungnya.Di barisan terdepan, berdiri tegak seorang pria berjubah ungu gelap, dengan helm perang di kepalanya, Kaisar Zheng Yu. Sorot matanya tajam menatap ke depan. Di hadapan mereka terbentang gerbang kokoh timur Benua Yunzhu, dijaga dua gunung tinggi yang menjulang seperti sepasang penjaga raksasa.Seorang jenderal muda mendekat, menunduk hormat. "Yang Mulia, kita telah mencapai titik perkemahan yang strategis. Lembah di antara dua gunung ini cukup tersembunyi, dan dekat dengan perbatasan Kekaisaran Tianyang."Kaisar Zheng Yu menoleh sekilas, lalu memandang ke lembah yang dimaksud. Angin berembus kencang, membawa aroma tanah basah d
Di Paviliun Barat yang sejuk dan megah, Ibu Suri Gao duduk anggun di bawah naungan tirai sutra tipis. Di hadapannya, cawan teh melati menguarkan aroma halus. Matanya tajam menatap ke luar, seolah menunggu sesuatu. Tak lama kemudian, langkah kaki cepat terdengar mendekat. Seorang prajurit berseragam gelap membungkuk dalam di depan pintu. "Masuk," ucap Ibu Suri tanpa menoleh. Prajurit itu melangkah masuk dan kembali membungkuk dengan hormat. "Hamba menghadap, Yang Mulia." Ibu Suri meletakkan cangkir tehnya dan menoleh dengan dingin. “Bagaimana hasil penyelidikanmu?” Dengan suara rendah dan hati-hati, prajurit itu menjawab, “Yang Mulia Kaisar Tian Ming sedang mempersiapkan pasukan dalam diam. Karena Yang Mulia Kaisar akan berperang.” Alis Ibu Suri langsung berkerut. “Persiapan perang?” tanyanya tajam. “Benar, Yang Mulia,” sahut sang prajurit. “Kami mendapat laporan bahwa Kekaisaran Zhengtang akan menyerang Kekaisaran Tianyang.” Ibu Suri Gao berdiri dari duduknya dengan cepat. Tata
Mentari pagi menyinari halaman istana dengan lembut, menyusup lewat jendela-jendela besar yang menghadap ke taman bunga. Suasana di ruang makan keluarga kekaisaran tampak hangat. Aroma teh melati dan hidangan sarapan khas kekaisaran memenuhi udara. Di meja utama, Kaisar Tian Ming duduk berdampingan dengan Permaisuri Zhao Xueyan, sementara Jenderal Zhao Yun dan istrinya, Nyonya Bing Qing, duduk di sisi lainnya. Ibu Suri Gao berada di ujung meja, menyendok bubur tanpa bersuara.Kaisar Tian Ming menatap ke arah ayah mertuanya. “Ayah mertua,” panggilnya pelan namun tegas.Jenderal Zhao Yun mengangkat kepalanya, menatap sang kaisar penuh wibawa. “Ada yang ingin dibicarakan, Yang Mulia?”Kaisar Tian Ming mengangguk. “Ayo kita bicara di ruang kerja,” ujar Tian Ming seraya bangkit.Jenderal Zhao Yun mengangguk tenang, lalu menyeka mulut dengan sapu tangan sebelum ikut berdiri. “Baiklah.”Keduanya berjalan meninggalkan ruang makan dengan langkah mantap. Ibu Suri Gao yang melihat itu mengernyit
Langkah ringan terdengar mendekat, disusul oleh suara pintu yang terbuka perlahan.Kaisar Tian Ming yang baru saja memerintahkan dua tangan kanannya untuk mempersiapkan pasukan, segera menoleh tajam. Namun, begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, sorot matanya langsung berubah dari bengis menjadi hangat.“Sayang?” Suaranya melunak. “Ada apa kau datang ke sini malam-malam begini?”Zhao Xueyan berdiri dengan gaun tidur merah marun yang lembut, rambut panjangnya digelung ringan, beberapa helai terurai di bahu. Wajahnya serius, matanya menatap langsung ke arah sang suami.“Apa yang terjadi, Tian Ming?” tanyanya pelan, tapi tegas.Tian Ming berdiri dan melangkah mendekat. “Tak ada apa-apa. Hanya urusan kekaisaran. Tak perlu kau khawatirkan, sayang.”Zhao Xueyan mendengus kecil, lalu bersedekap. “Aku tidak suka dibohongi. Jika kau berani menyembunyikan sesuatu dariku.” Ia berhenti sejenak, matanya menyipit. “Silakan tidur di luar mulai malam ini.”Wajah Tian Ming seketika membeku