Niuniu tertegun, lalu menggelengkan kepala.
“Tidak mungkin! Nona Zhao … Nona Zhao tidak secantik ini. Anda pasti orang lain!” Siapa yang akan percaya, baru beberapa menit yang lalu Zhao Xueyan menghilang. Tiba-tiba muncul seorang gadis cantik, hal itu tentu membuat Niuniu terkejut. Zhao Xueyan mendekat, memegang tangan Niuniu dengan lembut namun tegas. “Niuniu, ini aku. Percayalah. Aku hanya … berubah.” Niuniu memeriksa wajah majikannya dengan teliti, matanya melebar. Dia juga sangat mengenali suara Zhao Xueyan. “Wajah Anda … Anda benar-benar cantik! Tapi bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Niuniu penasaran. Zhao Xueyan tersenyum tipis. “Aku sudah menemukan cara untuk membersihkan racun itu. Selama ini tubuhku tidak bisa berkultivasi karena racun yang ada di tubuhku.” Niuniu masih tampak terkejut, tetapi dia akhirnya tersenyum lega. “Nona Zhao, ini seperti keajaiban. Anda sekarang benar-benar seperti seorang dewi!” Niuniu seperti mimpi, dia berkali-kali mencubit pipinya mengira jika ini hanyalah mimpi. “Aku ternyata tidak bermimpi,” gumam Niuniu lirih. Zhao Xueyan tersenyum samar, dia merasa lucu dengan tingkah pelayan setianya. “Apa makanannya telah siap?” tanya Zhao Xueyan. Mata Niuniu berkedip-kedip, lalu menunduk karena telah lancang menatap sang junjungan. “Maaf, Nona Zhao. Makanannya belum siap, saya terlalu panik jadi tidak menyelesaikan masakan itu,” jelas Niuniu jujur. Zhao Xueyan mengangguk. “Kalau begitu mari kita selesaikan sekarang, aku sudah lapar.” Dengan cekatan Zhao Xueyan mengolah bahan makanan yang ditemukan di dalam hutan tadi. Niuniu mengamati dengan seksama, tak berapa lama makanan pun siap. Zhao Xueyan menyodorkan sepiring makanan ke arah Niuniu.“Cobalah. Kau mungkin tidak akan percaya betapa lezatnya makanan yang dianggap tidak berguna ini.” Niuniu menatap makanan itu dengan ragu, lalu mengambil satu suap kecil. “Kalau saya mati, setidaknya hamba mati terhormat karena melindungi, Permaisuri.” Niuniu mulai memasukkan makanan ke mulutnya. Zhao Xueyan tersenyum tipis mendengar ucapan Niuniu, dia hanya mengamati Niuniu sambil mencicipi teh. Mata Niuniu melebar. “Ini … makanan ini sangat enak, Yang— Nona Zhao,” ujarnya antusias, hampir saja dia kelepasan memanggil Yang Mulia. “Alam menyediakan segalanya untuk kita. Kita hanya perlu tahu cara memanfaatkannya,” ucap Zhao Xueyan tenang. Niuniu mencoba umbi kecil. “Bahkan ini juga enak! Rasanya lembut dan manis. Bagaimana Anda tahu cara membuat semua ini, Nona Zhao?” Zhao Xueyan menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil tersenyum samar. “Aku sudah belajar banyak hal dalam hidupku. Pengalaman mengajarkanku untuk tidak menyia-nyiakan apa pun.” Hari itu, Zhao Xueyan dan Niuniu menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh syukur. Niuniu, yang awalnya skeptis, kini mulai percaya sepenuhnya perkataan Zhao Xueyan. Matahari baru saja terbit di atas desa terpencil itu. Di dalam gubuk kecil yang mereka tinggali, Zhao Xueyan duduk dengan tenang, memikirkan rencana untuk memperkuat dirinya. Niuniu membawa segelas air panas sambil tersenyum. “Nona Zhao, ini air hangat untuk Anda. Apa yang akan Anda lakukan hari ini?” Zhao Xueyan menerima gelas itu dengan anggukan, dia menatap Niuniu dengan senyuman tipis sambil duduk di dekat meja kayu kecil. “Niuniu, aku butuh istirahat penuh hari ini. Jangan ganggu aku untuk apa pun kecuali itu sangat mendesak.” Niuniu mengerutkan kening, terlihat khawatir. “Tapi, Nona Zhao, Anda baru saja mulai pulih. Jika Anda merasa tidak enak badan, saya bisa membantu—” Zhao Xueyan mengangkat tangannya untuk menghentikan ucapan Niuniu. “Aku tidak sakit, hanya lelah. Tubuhku perlu waktu untuk memulihkan kekuatan sepenuhnya. Kau tidak perlu khawatir, Niuniu. Aku hanya ingin berkultivasi dan istirahat.” Niuniu masih tampak ragu. “Berkultivasi? Apakah itu benar-benar aman? Jika sesuatu terjadi, saya tidak akan tahu ….” Zhao Xueyan tersenyum tenang, nada suaranya meyakinkan. “Percayalah, aku tahu apa yang kulakukan. Kau bisa menggunakan waktu ini untuk beristirahat atau mengurus kebutuhan lain. Aku akan baik-baik saja.” Niuniu menghela napas dan akhirnya mengangguk. “Baiklah, Nona Zhao. Jika Anda membutuhkan sesuatu, cukup panggil saya. Saya akan berada di luar.” Zhao Xueyan tersenyum tipis. “Terima kasih, Niuniu. Kau sangat pengertian.” Setelah Niuniu pergi, Zhao Xueyan mulai memejamkan matanya. Tak lama tubuhnya menghilang dan masuk ke ruang dimensi.Cahaya fajar baru saja muncul di ufuk timur, langit masih menyisakan warna kelam ketika dua pasukan besar berdiri saling berhadapan di medan perang terbuka, seperti barisan semut hitam yang tak berujung. Aura tekanan Qi dari para prajurit dan jenderal memenuhi udara, menggema seperti dentingan pedang yang belum terhunus.Di sisi barat, pasukan Kekaisaran Tianyang berdiri gagah. Di barisan paling depan, Kaisar Tian Ming duduk tegak di atas kudanya yang gagah berwarna hitam legam. Zirah emas di tubuhnya memantulkan cahaya matahari pagi, menambah aura agung dan tak tergoyahkan.Di sisi timur, pasukan Kekaisaran Zhengtang berbaris rapi. Kaisar Zheng Yu berdiri di atas kuda coklatnya, mengenakan jubah perangnya berwarna merah gelap dengan lambang naga api di dada. Wajahnya angkuh dan dingin.Kaisar Zheng Yu mengangkat tangan, memberi isyarat pada seluruh pasukannya untuk tetap diam, lalu melangkah maju beberapa tapak dengan suara lantang.“Tian Ming! Menyerahlah. Serahkan Permaisuri Zhao X
Fajar belum sepenuhnya menyingsing, langit masih menggantungkan semburat biru gelap dan oranye pucat. Angin pagi berhembus lembut namun membawa hawa tegang dari persiapan perang. Derap kaki pasukan elit kekaisaran Tianyang terdengar mantap di pelataran luar gerbang utama. Armor-armor berkilau, panji-panji berkibar, dan beast tunggangan menggeram lirih, seakan ikut merasakan aroma pertempuran yang sudah di ambang waktu.Di tengah pasukan itu, Kaisar Tian Ming berdiri gagah dengan zirah emasnya. Namun matanya hanya tertuju pada satu sosok yaitu Zhao Xueyan, istrinya, yang berdiri di dekat gerbang dengan wajah menahan."Xueyan .…" ucapnya pelan sambil menggenggam tangan istrinya yang dingin."Aku baik-baik saja," jawab Zhao Xueyan singkat, namun jelas nada suaranya bergetar. "Aku hanya, tak menyangka hari perpisahan kita datang secepat ini."Kaisar Tian Ming tersenyum lembut. "Bukan perpisahan. Hanya jeda, aku akan kembali. Kau akan melihatku berdiri di sini lagi, dengan kemenangan."Zh
Langit senja di Benua Yunzhu berwarna kemerahan, seakan menyambut datangnya badai. Suara gemuruh dari kaki-kaki monster buas mengguncang tanah. Pasukan elit Kekaisaran Zhengtang muncul di balik awan debu, menunggangi beast monster masing-masing seperti macan bermata tiga, burung baja bersisik, hingga kuda api yang menghembuskan napas panas dari lubang hidungnya.Di barisan terdepan, berdiri tegak seorang pria berjubah ungu gelap, dengan helm perang di kepalanya, Kaisar Zheng Yu. Sorot matanya tajam menatap ke depan. Di hadapan mereka terbentang gerbang kokoh timur Benua Yunzhu, dijaga dua gunung tinggi yang menjulang seperti sepasang penjaga raksasa.Seorang jenderal muda mendekat, menunduk hormat. "Yang Mulia, kita telah mencapai titik perkemahan yang strategis. Lembah di antara dua gunung ini cukup tersembunyi, dan dekat dengan perbatasan Kekaisaran Tianyang."Kaisar Zheng Yu menoleh sekilas, lalu memandang ke lembah yang dimaksud. Angin berembus kencang, membawa aroma tanah basah d
Di Paviliun Barat yang sejuk dan megah, Ibu Suri Gao duduk anggun di bawah naungan tirai sutra tipis. Di hadapannya, cawan teh melati menguarkan aroma halus. Matanya tajam menatap ke luar, seolah menunggu sesuatu. Tak lama kemudian, langkah kaki cepat terdengar mendekat. Seorang prajurit berseragam gelap membungkuk dalam di depan pintu. "Masuk," ucap Ibu Suri tanpa menoleh. Prajurit itu melangkah masuk dan kembali membungkuk dengan hormat. "Hamba menghadap, Yang Mulia." Ibu Suri meletakkan cangkir tehnya dan menoleh dengan dingin. “Bagaimana hasil penyelidikanmu?” Dengan suara rendah dan hati-hati, prajurit itu menjawab, “Yang Mulia Kaisar Tian Ming sedang mempersiapkan pasukan dalam diam. Karena Yang Mulia Kaisar akan berperang.” Alis Ibu Suri langsung berkerut. “Persiapan perang?” tanyanya tajam. “Benar, Yang Mulia,” sahut sang prajurit. “Kami mendapat laporan bahwa Kekaisaran Zhengtang akan menyerang Kekaisaran Tianyang.” Ibu Suri Gao berdiri dari duduknya dengan cepat. Tata
Mentari pagi menyinari halaman istana dengan lembut, menyusup lewat jendela-jendela besar yang menghadap ke taman bunga. Suasana di ruang makan keluarga kekaisaran tampak hangat. Aroma teh melati dan hidangan sarapan khas kekaisaran memenuhi udara. Di meja utama, Kaisar Tian Ming duduk berdampingan dengan Permaisuri Zhao Xueyan, sementara Jenderal Zhao Yun dan istrinya, Nyonya Bing Qing, duduk di sisi lainnya. Ibu Suri Gao berada di ujung meja, menyendok bubur tanpa bersuara.Kaisar Tian Ming menatap ke arah ayah mertuanya. “Ayah mertua,” panggilnya pelan namun tegas.Jenderal Zhao Yun mengangkat kepalanya, menatap sang kaisar penuh wibawa. “Ada yang ingin dibicarakan, Yang Mulia?”Kaisar Tian Ming mengangguk. “Ayo kita bicara di ruang kerja,” ujar Tian Ming seraya bangkit.Jenderal Zhao Yun mengangguk tenang, lalu menyeka mulut dengan sapu tangan sebelum ikut berdiri. “Baiklah.”Keduanya berjalan meninggalkan ruang makan dengan langkah mantap. Ibu Suri Gao yang melihat itu mengernyit
Langkah ringan terdengar mendekat, disusul oleh suara pintu yang terbuka perlahan.Kaisar Tian Ming yang baru saja memerintahkan dua tangan kanannya untuk mempersiapkan pasukan, segera menoleh tajam. Namun, begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, sorot matanya langsung berubah dari bengis menjadi hangat.“Sayang?” Suaranya melunak. “Ada apa kau datang ke sini malam-malam begini?”Zhao Xueyan berdiri dengan gaun tidur merah marun yang lembut, rambut panjangnya digelung ringan, beberapa helai terurai di bahu. Wajahnya serius, matanya menatap langsung ke arah sang suami.“Apa yang terjadi, Tian Ming?” tanyanya pelan, tapi tegas.Tian Ming berdiri dan melangkah mendekat. “Tak ada apa-apa. Hanya urusan kekaisaran. Tak perlu kau khawatirkan, sayang.”Zhao Xueyan mendengus kecil, lalu bersedekap. “Aku tidak suka dibohongi. Jika kau berani menyembunyikan sesuatu dariku.” Ia berhenti sejenak, matanya menyipit. “Silakan tidur di luar mulai malam ini.”Wajah Tian Ming seketika membeku