Share

77. Masa Lalu Pak Tono.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 12:48:05

"Dok, bagaimana kondisi Pak Tono saat pertama kali dibawa ke rumah sakit ini? Saya tahu pasti, tanggal 11 Juni 2010-hari di mana ibu saya meninggal-beliau, Pak Tono, masih sehat walafiat. Saya melihatnya sendiri pagi itu. Lalu, enam hari kemudian, tanggal 17 Juni, ia tercatat sebagai pasien gangguan jiwa? Dalam waktu singkat itu, apa mungkin seseorang bisa berubah sedrastis itu?" tanya Marwa penasaran. Ia mencoba menyampaikan segala sesuatu, menyusun kepingan puzzle yang selama ini berserakan dalam ingatannya.

Dokter Wulan menarik napas pelan, mencoba menjaga nada bicaranya tetap netral. "Saya mengerti kebingungan Ibu. Tapi terus terang, saya tidak bisa memberikan jawaban pasti. Saya baru menjadi dokter di rumah sakit ini dua tahun lamanya, dan saya bukan dokter pertama yang menangani Pak Tono."

Marwa menghela napas, kecewa namun belum menyerah. “Lalu, siapa dokter pertama yang menanganinya?”

"Saya rasa itu Dokter Miswanto. Beliau adalah salah satu dokter senior kami yang paling lama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   82. Demi Kebenaran.

    Langit Jakarta mulai memutih oleh awan tipis saat Marwa turun dari mobil di depan Rumah Sakit Jiwa Soeroso. Di sisi kiri dan kanannya, Bu Endah dan Pak Sudin menyusul turun dengan langkah cepat. Keduanya tidak sabar ingin bertemu Pak Tono. Mereka bertiga pun bergegas menuju meja pendaftaran pasien. Setelah Bu Endah dan Pak Sudin menyampaikan keinginannya untuk menjenguk Pak Tono, mereka berdua pun diantar ke bangsalnya. Di meja kedokteran hanya tinggal Marwa seseorang.“Saya ingin bertemu dengan Dokter Wulan,” kata Marwa sopan namun tegas.Staf administrasi saling pandang dan mengangkat wajah dengan sedikit gugup. “Maaf, Bu. Dokter Wulan sedang tidak ada di tempat."Marwa mengangguk singkat, lalu mengeluarkan dokumen dari map plastik bening dan menyodorkannya. “Ini SPDP dari penyidik Polresta Jakarta. Saya diizinkan mendapatkan informasi yang diperlukan terkait pasien atas nama Sumitro atau Sartono.”Staf administrasi itu tidak menjawab. Ia hanya saling pandang dengan rekannya dengan

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   81. Saling Memaafkan.

    Sore itu, Gang Kenanga terasa lebih ramai dari biasanya. Para ibu tampak membentuk masing-masing kelompok untuk mengobrol di teras rumah. Marwa melambatkan laju mobil dan berhenti di depan rumahnya. Sontak pandangan para ibu tertuju padanya. Begitu ia turun dari mobil, beberapa ibu-ibu langsung mengerubungi. Mereka seperti sudah menunggu kedatangannya. Ada Bu Ani, Bu Desi, Bu Sinurat, Bu Siti, Bu Rita juga trio legend Gang Kenanga yaitu Bu Tutik, Bu Tika dan Bu Nurma."Benar ya, Wa? Kalau yang selingkuh dengan Pak Marno itu bukan almarhumah ibumu... tapi perempuan lain? Seorang perempuan bernama Na?" tanya Bu Nurma tanpa basa-basi."Ah pasti bohong. Orang kata Bu Ida itu cuma akal-akalan Marwa dan Haryo supaya hubungan mereka berdua direstui kok," cibir Bu Desi."Belum tentu juga, Des. Siapa tahu itu benar. Bu Ida itu kan sudah terlanjur benci sama Si Anna. Makanya apa pun yang menyangkut Anna pasti salah saja di matanya." Bu Rita tidak setuju dengan pernyataan Bu Desi."Iya benar. O

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   80. Selangkah Demi Selangkah.

    Udara di ruang pengaduan terasa pengap, meski sebuah kipas angin berdecit pelan di sudut ruangan. Di balik meja, seorang polisi berseragam lengkap sibuk mencatat sesuatu di buku besar. Di papan belakangnya, terpampang foto-foto orang hilang dan poster imbauan masyarakat untuk melaporkan tindak kriminal.Pak Sudin duduk tegak, tangannya mengepal di atas pangkuan. Di sampingnya, Bu Endah menggenggam erat tas tangan lusuhnya. Wajahnya tegang, tapi sorot matanya menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan.Duduk di hadapan mereka, Brigadir Anjas—seorang aipda muda dengan wajah datar namun suara tegas—memandang keduanya dengan saksama."Jadi, Bapak dan Ibu hendak melaporkan orang hilang?" tanyanya membuka percakapan.Pak Sudin menelan ludah. “Betul, Pak. Orang hilang itu kakak saya. Tapi… orangnya baru saja ditemukan. Setelah lima belas tahun.” Suaranya bergetar di akhir kalimat, antara marah dan lega.Anjas mengerutkan dahi. “Hilang selama lima belas tahun dan kini sudah ditemukan. Lantas Bapa

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   79. Gelora Cinta.

    Marwa terbangun karena cahaya lembut pagi menyelinap melalui celah gorden. Ia mengerjap pelan, butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa dirinya masih berada di ranjang pasien—di samping Haryo.Ia sontak menoleh dan mendapati Haryo menatapnya dengan ekspresi geli, penuh kemenangan.“Kamu... sudah bangun dari tadi?” bisik Marwa kaget sambil buru-buru menarik selimut dan duduk tegak.“Sudah. Dari jam lima.” Haryo meringis. “Aku menikmati wajahmu waktu tidur. Tenang... damai... dan sedikit mendengkur.” Haryo terkekeh melihat Marwa tampak rikuh.Marwa memukul bahunya pelan. “Aku tidak mendengkur. Kamu sudah bangun dari jam lima dan sekarang hampir pukul tujuh, kamu baru membangunkanku,” gerutu Marwa kesal.“Kamu tidur pulas sekali. Aku tidak tega membangunkanmu. Kamu semalam bilang kalau kamu kelelahan karena banyaknya jadwal operasi, bukan? Sudah, tidur saja sebentar lagi.” Haryo menguap santai, lalu merentangkan lengannya.“Tapi ini tidak enak dilihat, Yo. Aku ini doktermu. Pasti suste

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   78. Tiada Lagi Dusta.

    Langit malam memeluk sunyi, dan rumah sakit mulai sepi dari lalu lalang keluarga pasien. Suara langkah perawat sesekali terdengar, disertai aroma antiseptik yang samar menguar di udara. Marwa berdiri di lorong, menunggu waktu yang tepat. Ia tahu Haryo sudah meminta Bu Ida dan Hani untuk pulang.Dan benar saja, sekitar pukul delapan lewat lima belas, ia melihat keduanya meninggalkan rumah sakit. Wajah Bu Ida merah padam seperti menahan amarah, sementara Hani berjalan di belakangnya dengan wajah sama gusarnya. Marwa yakin, pasti telah terjadi pertengkaran di sana.Marwa menghela napas panjang, lalu melangkah masuk ke ruang rawat Haryo. Ia membuka pintu perlahan. Haryo sedang duduk bersandar di ranjang, menatap televisi, namun pandangannya kosong.“Ibumu dan Hani pulang lebih cepat,” kata Marwa, membuka percakapan.Haryo menoleh, menyunggingkan senyum pahit. “Iya. Gara-gara aku.”Marwa mendekat. “Apa yang terjadi?”“Biasalah. Kami bertengkar akan masalah yang sama.” Haryo menarik napas p

  • Di Antara Aku, Ibuku, dan Mantan Suami Musuhku   77. Masa Lalu Pak Tono.

    "Dok, bagaimana kondisi Pak Tono saat pertama kali dibawa ke rumah sakit ini? Saya tahu pasti, tanggal 11 Juni 2010-hari di mana ibu saya meninggal-beliau, Pak Tono, masih sehat walafiat. Saya melihatnya sendiri pagi itu. Lalu, enam hari kemudian, tanggal 17 Juni, ia tercatat sebagai pasien gangguan jiwa? Dalam waktu singkat itu, apa mungkin seseorang bisa berubah sedrastis itu?" tanya Marwa penasaran. Ia mencoba menyampaikan segala sesuatu, menyusun kepingan puzzle yang selama ini berserakan dalam ingatannya.Dokter Wulan menarik napas pelan, mencoba menjaga nada bicaranya tetap netral. "Saya mengerti kebingungan Ibu. Tapi terus terang, saya tidak bisa memberikan jawaban pasti. Saya baru menjadi dokter di rumah sakit ini dua tahun lamanya, dan saya bukan dokter pertama yang menangani Pak Tono."Marwa menghela napas, kecewa namun belum menyerah. “Lalu, siapa dokter pertama yang menanganinya?”"Saya rasa itu Dokter Miswanto. Beliau adalah salah satu dokter senior kami yang paling lama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status