Home / Romansa / Di Antara Dua (Istri) / 4. apa mereka bulan madu?

Share

4. apa mereka bulan madu?

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2023-07-11 09:23:13

Aku tersengal selagi masih mencengkeram kerah baju suamiku dan menatapnya dengan tatapan, Aku ingin berteriak tapi tenggorokanku tercekat dan nafasku seolah-olah diikat dengan batu yang sangat besar. Nafasku sesak begitu membayangkan kalau dia sudah seminggu menikah, mereka tentu saja bulan madu. Di malam Minggu kemarin mereka pasti sudah sangat berbahagia dan menumpahkan madu asmara. Pecah telur, pecah perawan.

Ya Tuhan aku meracau, aku gila, pikiranku runyam membayangkan bagaimana mereka saling berpelukan, itu membuatku gila.

"Katakan Apakah kau sudah tidur dengan wanita itu!"

Suamiku hanya menelan ludah yang berarti kalau dia membenarkan pertanyaan itu. Aku langsung gelap mata, aku memukulnya, menamparnya dan mencakar wajahnya, menjampak rambutnya, memukuli dada dan perutnya tapi dia diam saja, membisu dan hanya berdiri seolah-olah pukulanku sama sekali tidak sakit.

Aku memukulnya sampai aku tersengal dan jatuh sendiri karena kelelahan. Sebenarnya, aku sudah tahu memukuli dan menegur Orang yang jatuh cinta tidak akan mempan. Pukulannya itu hanya seperti sebuah sentilan yang tidak akan ada rasanya sama sekali. Percuma semuanya.

"Teganya kau menyakitiku membohongiku! Bisa-bisanya kau bercinta tanpa membayangkan bagaimana sakitnya hatiku Jika aku tahu!"

"Iklima itu hanya kewajiban sebagai laki-laki."

"Kewajiban!?"aku kembali menggeram mendengar dia menggumamkan kata kewajiban.

"Kemarin kau menuruti keputusan nenekmu sebagai bentuk kewajiban anak dan cucu yang baik kepada keluarganya. Lalu kau sampai membohongiku dan tidak menceritakan apapun padaku, biasanya kau bercerita, tapi untuk yang satu ini kau tidak menceritakannya. Lalu kau menjilat wanita itu dan menidurinya dengan dalil bahwa itu hanya kewajiban tanpa kau menikmatinya sedikitpun, jangan munafik!"

"Sumpah!"

Plak!

Untuk sekali aku aku menamparnya dan dia langsung kehilangan kata-kata sambil memegang pipinya.

"Sumpah? Beraninya kau bersumpah, bagaimana seseorang akan mencapai kenikmatan kalau dia tidak menikmati sesi percintaan. Safia adalah wanita yang cantik dan mempesona, tubuhnya semampai dan langsing, kalau dia ada di antara keluarga maka semua orang akan menatapnya dan aku yakin sejak saat itu kau menyukainya!"

"Tidak."

"Fakta bahwa kau menidurinya membuktikan bahwa kau sama saja dengan laki-laki hidung belang di dunia ini! Jika kau belum menikmati tubuhnya maka aku masih memintamu bercerai, tapi, ketika kau sudah .... aku bisa apa."

"Kau berharap aku bercerai?"

"Setidaknya berpura-puralah untuk menunjukkan bahwa kau tidak menyukai wanita itu sehingga aku tidak terlalu kecewa, tapi kau terlampau jujur! Gestur dan pandangan matamu menunjukkan bahwa kau sangat mencintainya." Aku langsung menangis dengan tubuh yang meluncur ke lantai dengan lemas. Aku tergugu pilu sementara suamiku masih saja berdiri di tempatnya dan tidak berusaha untuk mengambil hatiku.

"Haruskah besok aku pergi ke kantor polisi dan menggugat Kalau suamiku sudah berani menikah tanpa izin!"

"Jangan..."

"Berarti kamu memalsukan dokumen ketika menikahi dia tanpa sepengetahuanku! Apakah kau memalsukan tanda tanganku!"

"Tidak."

"Jadi kau hanya menikah siri!"

"Iya."

"Karena aku tidak menyetujui pernikahan kalian, maka jatuhkan talakmu kalau begitu!"

"Apa? Baru menikah langsung bercerai?"

"Apa salahnya menjadikan wanita itu janda untuk kedua kalinya dibandingkan harus menjandakan diriku dan membuat anakku kehilangan ayahnya, kau lebih memilih siapa!"

"Kamu memintaku untuk memilih disaat Aku begitu mencintaimu!?"

"Kalau kau mencintaiku kau tidak akan menyakitiku!"

"Jangan meniru dialog film!"

"Dialog film katamu!"

Beraninya ia meremehkan hatiku, meremehkan perasaanku, kalaupun memang dialog film Apakah itu tidak mewakili perasaan si penutur? Ya Allah, sejak kapan suamiku menjadi lelaki yang tidak berperasaan.

"Jadi pesona Wanita itu sudah membutakan dirimu sehingga membuatmu lupa denganku, dengan anak anak kita?"

"Tidak begitu, dia hanya istri kedua, aku berjanji, hanya istri kedua!"

"Apa kau mau membuat kesepakatan denganku?"

"Apa syaratmu hingga kau tak marah marah lagi."

"Kau tidak boleh bertemu dengannya tanpa izinku jika aku tidak mengizinkanmu bertemu sebulan, 2 bulan, bahkan sampai bertahun-tahun maka kau tidak boleh menemuinya."

"Tapi ...."

"Itu jika kau masih mau denganku, hidupku, rumah tanggaku, aturanku!"

"Jangan mengambil alih tugas sebagai kepala rumah tangga!"

"Harus begitu!"

"Jangan pula memberinya uang tanpa izin!"

"Lagi?" Lelaki itu terbelalak.

"Juga, pernikahan kalian hanya sementara, begitu dia mendapatkan calon suami yang layak, maka kau harus meninggalkannya!"

"Apa?"

"Kalau kau tak mau, itu artinya, kita harus bercerai!" jawabku dengan tatapan dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Antara Dua (Istri)   75. Sofia : taubat

    Aku sadar bahwa jika kamu ini terus berkepanjangan maka sebentar lagi aku akan berada di ambang perceraian dengan mas Nabil. Jika aku bercerai dengannya maka sekali lagi semua usahaku untuk punya suami akan sia-sia aku terpaksa harus menjanda untuk kedua kalinya.Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan keluarga ini adalah berdamai dengan iklim serta mendukung pernikahannya dengan Hendra. Meski aku sakit hati dan ingin sekali balas dendam tapi aku tidak punya cara untuk melakukannya wanita itu terlampau cerdik ditambah Hendra ada di latar belakang untuk melindunginya. Sekali saja aku menginjakkan kaki ke butik iklima, maka kami semua akan berada di penjara.Ya, setegas itu Hendra memperlakukan orang. Juga ia yang kehilangan cinta pada Cici dan kini tergila-gila pada iklima pasti akan melakukan apapun untuk melindungi kekasih hatinya itu.Aku benar-benar berada di jalan buntu, aku terkena karma dan menjadi sangat pusing dengan begitu banyaknya masalah yang mendera. F

  • Di Antara Dua (Istri)   74. Sofia: Nabil menegurku

    Selama berhari-hari aku berusaha mengambil hatinya dan membuat dia percaya serta yakin kalau aku memang beritikad baik untuk mengurus keluarganya dan berbaikan dengan ibu anak-anaknya.Tapi seminggu kemudian aku sudah tidak tahan lagi, kuputuskan untuk meminta bantuan keluargaku agar mereka mencarikan seorang asisten dan pengasuh untuk ibu mertua yang lumpuh serta membantunya membersihkan rumah. Aku mempekerjakan mereka dan membayar mereka dengan mahal, aku berjanji juga akan memberi bonus kalau mereka bisa bertahan.Kupikir semuanya akan beres, tapi dugaanku salah, ternyata nabil tidak menerima itu sebagai niat yang tulus, dia malah menganggapku menghindari tugas serta jijik dengan keluarganya."Apa kau mendatangkan pembantu rumah ibuku?" Dia bertanya padaku saat ia baru kembali ke rumah di malam hari, untuk apa yang dia lakukan dari pagi di luar sana sampai pulang kantor pun harus malam hari. Aku kesulitan menanyainya karena setiap kali bertanya dia pasti akan mengamuk. Ia bukanlah

  • Di Antara Dua (Istri)   73. setelah jadi babu

    POV Sofia Setelah seharian berjuang jadi babu, menangis frustadi karena harus pegang sapu dan alat lap, aku membersihkan semua kotoran dan debu-debu, membersihkan kotoran dan najis serta memandikan ibu mertua yang bertubuhnya nyaris membuat punggungku patah.Tanganku lecet karena terkena cairan pencuci piring, kulitnya melepuh dan perih, kuku yang kurawat dengan mahal juga patah. Ya ampun, aku menangis memperhatikan diriku yang menyedihkan. Setelah semua pekerjaan selesai dan aku berhasil memberi makan kedua tua renta itu dengan makanan pesanan, aku memilih untuk pulang. Sebelum meninggalkan tempat itu aku menelepon ayah mertua dan memintanya pulang untuk menemani ibu mertua. Aku bilang aku ada acara jadi tidak bisa menjaganya sampai pagi. Untungnya ayah mertua mau."Ah lagi pula kenapa sih sudah tua bangka begitu masih menikah? Kenapa tidak fokus aja mengurus rumah dan cucu! Dasar centil." Aku menggerutu sendiri sampai hampir melempar sepatu yang aku kenakan."Sofia...." Aku hen

  • Di Antara Dua (Istri)   72. Nabil marah

    "Maksudku baik Mas ... Aku ingin punya waktu untuk diri sendiri , kamu dan merawat tubuhku, Aku ingin tetap terlihat cantik di hadapanmu dan santai dengan waktuku. Bisakah kau bayar orang lain saja?""Astaghfirullah teganya kau Sofia. Itu ibuku sofia, dia merendahkan iklima demi membelamu, dia melakukan apapun yang kau inginkan serta selalu berada di pihakmu. Teganya kau. Setelah dia dalam keadaan sakit dan tak berdaya, kau memintaku untuk membayar perawat, sementara kau akan menghabiskan waktu untuk merawat kukumu?""Aku tidak ahli mengurus orang tua, Sayang""Tapi tetap saja, setidaknya kau menghargai mereka sebagai orang tuaku."Ah, gawat, Kalau kami berdebat dia pasti akan membandingkanku dengan istrinya pertamanya."Maaf, sayang, aku benar-benar bingung, lagi pula ini semua bukan salahku. Ini salahnya Iklima, dia yang sudah membuat bencana dan menimbulkan banyak masalah. Dia yang sudah menjodohkan Ayah dengan teman sekolahnya, hingga ibu syok dan sakit, harusnya dialah yang harus

  • Di Antara Dua (Istri)   71. POV Sofia

    Biar kuceritakan kenapa aku sampai akhirnya pergi minta maaf dan bersikap baik kepada iklima. Biar ku beritahu yang sebenarnya.*Aku telah resah sejak awal, kupikir pernikahan kami akan berlangsung lancar dan bisa diterima oleh semua orang tapi ternyata itu tidak semudah yang kupikirkan. Iklima, dia membalas dendam dengan seburuk-buruknya pembalasan. Dia membuat adikku bercerai, menimbulkan keraguan dalam diri suamiku serta kerenggangan hubungan kami, lalu memisahkan ayah dan ibu mertua. Bola panas ini harus segera dihentikan sebelum menghancurkan segalanya.Aku tahu dan dari lubuk hatiku terdalam aku menyadari kesalahanku, aku tahu aku sangat keliru telah menyetujui perjodogan dari ibu mertua yang meminta aku untuk menikahi Nabil.Saat itu pikiranku sedang tidak jernih, aku terlalu sedih dengan kematian Mas Faisal. Kupikir aku tidak bisa menjalani semua ini sendirian, hidup menjanda dan menjadi stigma buruk di antara masyarakat. Aku tidak suka direndahkan, hanya karena tidak puny

  • Di Antara Dua (Istri)   70. Sofia minta maaf

    Seminggu kemudian.Setelah peristiwa yang terjadi di rumah mantan mertua kujalani hari-hariku seperti biasa, berusaha bersikap dan berpikir normal sambil berusaha menutupi luka-luka dan lubang di hatiku. Ruang hampa dan rasa kehilangan, tetap ada mengingat aku pernah begitu mencintai Mas Nabil. Tapi, aku sudah berdamai dengan kenyataan, sudah ikhlas bahwa inilah kehendak tuhan.Memang tidak mudah melupakan orang yang pernah mengukir namanya di hati, terlebih Aku punya dua orang putri, yang setiap kali menatap mereka, aku pasti akan teringat pada ayahnya. Aku teringat setiap detail peristiwa pahit dan manis dalam hidupku begitu memandang Arumi dan Novia. Tapi, mereka juga motivasi agar aku tetap bertahan dan menjadi kuat, aku punya motivasi untuk sukses dan tetap bekerja keras demi mereka. Aku bertekad untuk memperbaiki hidupku dan menemukan orang yang tepat di suatu hari nanti, insya Allah, aaamiin.*Suasana rumah kami jauh lebih tenang sekarang, karena orang-orang yang sering mente

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status