Myla memijat keningnya, masalah Demian benar-benar membuatnya pusing, entah sampai kapan dia akan terjebak bersama bawahan Satria itu. Kini kakinya melangkah dengan berat menuju kantor Om Rudy, dia ingin mengobrol sejenak dengan papanya itu. Namun, langkahnya terhenti ketika dia mendengar papa dan mamanya sedang berbicara serius di dalam sana. rasanya dia tidak ingin percaya pada telinganya yang telah mendengar ayahnya menjalin hubungan dengan Liany, perempuan yang ditolongnya itu.“Papa? Gak mungkin…,”desis Myla dengan tubuhnya yang gemetar.“Papa tidak mungkin selingkuh, Papa tidak mungkin berkhianat pada Mama,” bisik Myla lagi. Dia baru saja hendak mendorong pintu itu dengan keras ketika satu pertanyaan papanya yang membuat mamanya terdiam lama.“Mengapa kau diam, Kat? Kamu gak bisa jawab bukan pertanyaanku ini?” Om Rudy menatap Tante Katrin yang sudah mematung di depannya.“Kamu salah paham tentang laki-laki muda itu, Rud, aku tidak selingkuh!” sergah Tante Katrin cepat. Tangannya
Myla membuka matanya perlahan, aroma obat dan alkohol samar tercium seiring dengan dilihatnya dinding putih dan gorden berwarna biru tua. Kepalanya pusing seperti habis naik komedi putar dengan kecepatan tinggi. Jarum infus terpasang di punggung lengan kanannya, ulu hatinya terasa nyeri yang terasa meninju hingga punggung belakangnya. Myla pasti akan jatuh pingsan seperti itu jika mengalami shock berat yang membuat asam lambungnya mendadak kambuh.“Kamu sudah bangun, Nak?” tanya Tante Katrin cemas, mamanya sudah berganti pakaian, itu artinya dia benar-benar tak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Myla terdiam dan mengedarkan pandangannya mencari sosok Om Rudy.“Mana Papa, Ma?” balas Myla dengan suaranya yang agak serak.“Papa pulang sebentar untuk mandi, tadi Mama sama Papa gantian jagain kamu.” Tante Katrin hendak mengambil tangan Myla tetapi gadis itu menolak halus dengan pura-pura memindahkan tangannya.“Apa yang telah terjadi antara Mama dan Papa? Jangan bohongi Myla karena Myla
Sejenak Satria memandangi wajah Liany yang memucat, “Iya, benar, Tante Katrin-mu itu adalah ibu kandungku. Aku anak dari pernikahan pertamanya yang gagal, perempuan yang telah meninggalkanku dengan trauma dan luka hati yang dalam.”Liany tak berkata-kata lagi, dia menyongsong Satria dan memeluknya erat. Sungguh tak diduganya jika cerita kelam masa kecil Satria karena Tante Katrin.“Mengapa Myla sampai tidak tahu kalau kamu abangnya?” tanya Liany setelah melepaskan pelukannya, rasa penasaran dan simpati berbaur jadi satu.“Dia merahasiakan semua masa lalunya termasuk aku, beberapa kali aku menantangnya untuk mengungkap siapa diriku sebenarnya tetapi dia tidak mau. Sampai detik ini aku masih membencinya, Liany.” Ekspresi Satria lebih cenderung terlihat sedih dibandingkan marah atau dendam seperti yang kata benci yang diucapkannya.“Tante Katrin pasti punya alasan tersendiri, cobalah untuk memahaminya,”“Tidak, Lia, kau tidak tahu apa-apa tentang dia, mungkin dia memang kerabat ibumu tet
Tante Katrin memilin jemarinya, sungguh ini kejutan luar biasa yang didengarnya barusan. Dia membayangkan jika Satria Abimana putranya akan menikah dengan seorang gadis dari kalangan terhormat dan menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.“Kamu yakin kalau kamu akan menikahi Liany?” tanya Tante Katrin yang ingin meyakinkan pilihan Satria.“Tentu saja, bukankah itu bagus? Aku bisa menyelamatkan pernikahanmu karena suamimu tengah mengincar janda muda ini. Paling tidak aku bisa menjauhkan Liany dari laki-laki yang mencari kepuasan selain dari istrinya,” jawab Satria telak. Tante Katrin menghela napas paling tidak ucapan Satria ada benarnya. Suaminya akan menjauhi Liany jika perempuan muda itu menikah dengan Satria.“Aku sedang tidak meminta izin darimu, aku hanya ingin memberitahumu, Liany memintaku untuk memberitahukan kabar baik ini kepada ibu kandungku.” Satria menekankan suaranya pada kata ibu kandung. Mata Tante Katrin mengerjap menghalau air yang mulai berkumpul di matanya.“Dan sa
“Bagaimana Om tahu aku pulang ke rumah jam segini? Om mau apa?” tanya Liany terheran-heran, rasa kagetnya belum juga pergi. Lelaki itu mendekat dengan tatapan sayu, serindu itu Om Rudy kepadanya.Sesaat Om Rudy memandangi Liany, “Aku melihatmu meninggalkan kantor dan mengikutimu.” Om Rudy menutup pintu rumah hingga rapat.“Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi semakin aku mencoba aku tidak mengenyahkan bayanganmu Liany. Maafkan aku, tetapi aku benar-benar telah jatuh cinta padamu,” Om Rudy mendekat, tangannya terjulur hendak menyentuh LIany.“Ta-tapi Om, Lia tidak bisa bersama Om, Lia jatuh cinta pada pria lain dan kami akan menikah dalam bulan ini,” ujar Liany ketakutan. Samar tercium bau alkohol dari napas Om Rudy, Liany semakin menjaga jarak dari laki-laki itu yang sepertinya sedikit mabuk.“Tolong tinggalkan rumah ini, Om. Lia tidak mau Myla semakin salah paham kepada Lia. Beberapa hari yang lalu Lia juga sudah menjelaskan kepada Tante Katrin kalau Lia tidak ingin merebut Om dari
Myla sudah beraktifitas seperti biasa, tanpa sepengetahuannya Tante Katrin membawa Om Rudy ke psikiater tempat belasan tahun yang lalu Om Rudy menerima perawatan. Tante Katrin memutuskan untuk menutupi kejadian itu dari putrinya. Dia tidak mau putranya merasa semakin buruk dengan apa yang telah dilakukan papanya pada Liany.Ponsel gadis itu mengeluarkan bunyi denting, sebuah pesan ajakan makan siang bersama Demian baru saja diterimanya. Paling tidak dengan adanya Demian kawan seru Myla bertambah lagi. Demian yang sering memberinya lelucon receh tetapi mampu membuatnya tertawa riang. Sosok yang membuatnya sejenak lupa pada cinta pertamanya, Satria Abimana.[Aku sudah di lobby, aku jemput ke atas ya?] Demian mengirimkan pesan untuk Myla. Gadis itu berpikir sejenak, lalu meminta Demian untuk menunggu di bawah saja. Myla berdalih agar Demian tidak perlu repot-repot naik ke kantornya, dia hanya tetap menjaga jarak. Hatinya masih terpaut pada Satria meskipun pria itu sudah dengan tegas meno
Tante Katrin basah kuyup tak sadarkan diri di lantai kamar mandi, Om Rudy segera membopongnya ke tempat tidur dan mengeringkannya.“Kat… Katrin, ada apa denganmu, Kat? Bangunlah,” ucap Om Rudy cemas sambil mengeringkan tubuh Tante Katrin dan menggantinya dengan baju kering. Wajah Katrin sangat pucat nyaris seperti mayat.“Katrin, bangunlah, jangan membuatku takut seperti ini,” ujar Om Rudy lagi dengan mendekatkan botol minyak angin ke arah hidung istrinya. Sesaat jemari Tante Katrin bergerak. Om Rudy segera meraih jemari istrinya dan menempelkannya kepada dadanya.“Kat, kamu kenapa?” tanya Om Rudy cemas. Sebelah tangannya membelai kepala Katrin dengan lembut.“Aku … aku hanya kelelahan saja, aku baik-baik saja, tekanan darahku sepertinya menurun,” jawab Tante Katrin dengan pelan. Om Rudy belum bisa menekan kecemasannya, baru kali ini dia melihat istrinya jatuh pingsan, rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul dan menguasainya.“Kita ke dokter yaa, Katrin, kita pastikan apa yang terjadi
Tante Katrin masih tak sadarkan diri di dalam ruangan perawatan intensif, infus, masker oksigen membuatnya terlihat seperti orang yang sedang sekarat. Myla tak berhenti menangis dari balik jendela perawatan. Om Rudy pun hanya bisa memeluk dan mengusap punggung Myla dengan lembut berulang kali.“Pa, Mama kenapa? Mama selama ini sedang sakit ya? Kenapa Myla gak bisa lihat itu, Pa?” Myla terisak dalam pelukan papanya.“Papa juga gak tau, Myla, Papa minta maaf karena sudah egois dan hanya mementingkan diri Papa sendiri, Papa benar-benar tidak menyadari jika Mama sedang sakit.” Om Rudy menyesali perbuatannya akhir-akhir ini, membiarkan dirinya tenggelam dalam obsesinya pada Liany, putri dari mendiang mantan kekasihnya dulu.Dokter Wilma yang ketika tahu Tante Katrin jatuh pingsan lagi segera datang dan untuk melihat pasiennya itu. Saat di dalam ruangan bersama dokter Wilma Tante Katrin siuman.“Kat, apa keluargamu sudah tahu?” bisik dokter Wilma pada Tante Katrin. Tante Katrin menggeleng l