Share

Di Atas Ranjang Presdir Kaya Raya
Di Atas Ranjang Presdir Kaya Raya
Author: NineTailed

*Pertemuan Pertama*

Laras berjalan dengan langkah cepat di lantai berlapis marmer gedung megah itu. Suara tumit sepatunya bergema memecah kesunyian lorong. Ia memegang map biru berisi portofolio karyanya dengan erat. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu: presentasi desain mode kepada salah satu konglomerat paling berpengaruh di negara ini.

"Tenang, Laras. Kamu pasti bisa!" gumam Laras pada dirinya sendiri.

Sementara itu, di ruangan yang besar dengan jendela kaca dari lantai hingga plafon, Alden duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu mahoni. Di usianya yang ke-45 tahun, Alden adalah sosok yang gagah dengan garis wajah tegas dan mata yang tajam. Ia sedang memeriksa beberapa dokumen ketika asistennya, Reza, berbisik, "Nyonya Laras telah tiba, Tuan."

Alden mengangguk, "Baiklah, biarkan dia masuk."

Pintu ruangan terbuka, dan Laras dengan percaya diri memasuki ruangan, memberi hormat dan mulai presentasi. "Selamat siang, Bapak Alden. Terima kasih telah memberi kesempatan pada saya untuk mempresentasikan karya-karya saya."

Alden memandang Laras, mengamati setiap detail wajahnya yang cantik dan anggun, namun tetap berwibawa. "Silakan lanjutkan, Nyonya Laras," ujarnya dengan suara baritonnya yang dalam.

Laras memulai presentasi dengan penuh semangat. Setiap slide menunjukkan karya-karya yang ia buat dengan penuh dedikasi. Sesekali Alden menunjukkan rasa tertariknya dengan mengangguk atau bertanya.

Setelah presentasi selesai, Alden bertanya, "Nyonya Laras, apa yang membuat Anda tertarik untuk berkarir di dunia mode?"

Laras tersenyum, "Sejak kecil, saya selalu terpesona dengan cara pakaian bisa mengubah persepsi orang tentang diri kita. Bagi saya, mode bukan hanya tentang penampilan, tapi juga tentang ekspresi diri."

Ada senyum tipis di bibir Alden. "Itu jawaban yang menarik," katanya.

Sejenak ruangan itu terasa hening. Hanya suara jam dinding yang terdengar.

Tiba-tiba, Alden berdiri dan berjalan mendekati jendela. "Nyonya Laras," katanya tanpa menoleh, "Saya terkesan dengan karya Anda. Saya pikir kita bisa bekerja sama."

Laras merasa lega mendengar itu. "Terima kasih, Bapak Alden. Saya berharap kita bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa bersama."

Sebagai penutup, Alden memberikan tawaran yang tidak terduga. "Oh, satu lagi, saya sedang mencari seorang sekretaris pribadi. Tertarik?"

Laras terkejut. "Se-sekretaris pribadi, Tuan?"

Alden menoleh, menatap Laras dengan tatapan tajam namun penuh misteri. "Ya. Saya pikir Anda memiliki kualifikasi yang saya butuhkan."

Dengan perasaan bercampur aduk antara kegembiraan dan kebingungan, Laras bertanya, "Boleh saya pikirkan dulu, Tuan?"

"Silakan," balas Alden dengan senyum misteriusnya.

Selesai pertemuan tersebut, Laras berjalan keluar ruangan dengan hati berdebar-debar. Ia merasa ada yang berbeda dengan tawaran Alden. Bukan sekadar tawaran pekerjaan biasa. Di luar ruangan, ia menemui Reza yang sedang menunggu dengan senyum ramah.

"Bagaimana, Nyonya Laras?" tanya Reza.

Laras tersenyum tipis. "Menarik, dan sedikit... tidak terduga."

Reza tertawa pelan. "Bapak Alden memang seperti itu. Selalu penuh kejutan."

Laras menatap jauh, berpikir tentang tawaran Alden. "Mengapa dia menawariku posisi sekretaris pribadi? Bukankah dia bisa mendapatkan siapa saja untuk posisi itu?"

Reza mengangkat bahu. "Mungkin Bapak Alden melihat sesuatu pada Anda yang tidak dia lihat pada orang lain."

Laras mengangguk, berterima kasih, dan berjalan menuju lift. Saat pintu lift tertutup, ia mendapati dirinya berpikir tentang Alden. Tatapan misteriusnya, senyum tipis di bibirnya, dan suaranya yang dalam. Semua itu membuatnya merasa ada daya tarik khusus.

Sementara itu, di ruangan Alden, sang Presdir duduk kembali di kursinya, menatap keluar jendela, memikirkan Laras. Ada sesuatu tentang wanita itu yang membuatnya terpikat. Bukan hanya kecantikannya, tapi juga semangat dan dedikasinya.

Ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat: "Saya harap Anda mempertimbangkan tawaran saya, Nyonya Laras. Saya yakin kita akan bekerja dengan baik bersama."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status