Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, Aaron, ILHAM, serta semua anggota kelompok mereka akhirnya tiba di tempat guru mereka, Ustadz Abdullah. Begitu mereka mendekati rumah guru, mereka merasakan aura ketenangan yang selalu menyambut mereka setiap kali tiba di sana. Ustadz Abdullah sudah menunggu mereka dengan sabar, seolah dia sudah tahu bahwa mereka akan datang pada hari itu.
"Selamat datang, anak-anakku," ujar Ustadz Abdullah dengan senyum bijaksana. "Aku sudah mendengar tentang semua yang telah kalian alami."
Aaron dan ILHAM menghampiri gurunya dengan penuh hormat. Mereka mengungkapkan rasa syukur mereka atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. "Ya, guru," kata Aaron, "kami mengalami banyak hal dalam perjalanan ini. Kami juga telah bertemu dengan Lina, Naila, dan seekor macan besar yang terluka parah. Mereka semua telah memberikan banyak pelajaran bagi kami."
Ustadz Abdullah mengangguk penuh perhatian. "Aku sudah mendengar tentang kej
**BAB 11 — “Badai Tulang di Atas Dunia”****Part 1: “Memimpin Sekutu”****Ringkasan:**Aaron dan Ilham mempersiapkan pasukan untuk menghadapi Roh Jagat Ketiga. Tapi sekutu mereka bukan manusia biasa—mereka adalah **roh aneh, makhluk tertolak, dan entitas yang tidak dipercaya oleh kedua dunia.** Dan di tengah kekacauan ini… Aaron mulai bicara seperti ayah mereka.> *Pasukan yang menang bukan yang besar. Tapi yang rela mati tanpa diberi tempat di makam sejarah.*Matahari hanya muncul separuh di langit, seolah enggan ikut campur.Di lereng Gunung Liang-Liang, tenda-tenda roh berdiri dengan bahan yang bukan dari dunia:kulit roh air, tulang bambu mimpi, dan benang yang tak bisa disentuh manusia biasa.Di tengah perkemahan itu, Aaron berdiri di atas batu tinggi.Tubuhnya dibalut pelindung roh hasil gabungan antara cakar T-Rex dan kain mantra tua milik Lelana.Di bawah, berkumpul seku
📖 **BAB 10 — “Kematian Sang Kucing, Lahirnya Api”****Part 1: “Kedatangan di Desa Roh Terakhir”****Ringkasan:**Aaron dan Ilham melakukan perjalanan ke Desa Roh Terakhir—tempat yang pernah menjadi pemukiman roh tinggi, kini hanya berisi reruntuhan dan arwah bisu. Tempat ini menyimpan **kepingan terakhir dari masa kecil mereka yang hilang**, tapi juga menyembunyikan sesuatu yang lapar… dan sudah menunggu.> *Ada tempat yang bukan ditinggalkan karena kematian… tapi karena kehidupan berhenti bekerja di dalamnya.*Kabut hujan turun pelan.Tanah keras dan kasar, setiap langkah terasa seperti menginjak tulang.Di kejauhan berdiri **Desa Roh Terakhir**, bukan desa… tapi **fragmen**—Rumah-rumah runtuh, menara tak beratap, dan altar-altar batu yang masih berdetak pelan seperti jantung yang pura-pura sudah mati.Aaron menatapnya dari atas bukit.
📖 **BAB 9 — “Sumpah dalam Nyanyian Purnama”****Part 1: “Persiapan Ritual Seruan Leluhur”****Ringkasan:**Ilham mempersiapkan ritual untuk memanggil roh ibunya pada malam purnama di Bukit Tengkorak—tempat di mana arwah yang belum selesai urusannya berkumpul. Tapi ritual ini bukan hanya tentang pemanggilan… melainkan tentang **konsekuensi membuka luka yang seharusnya tetap terkubur.**> *Memanggil roh bukan soal kemampuan. Tapi soal keberanian menanggung jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.*Bukit Tengkorak berdiri di antara dua aliran sungai tua. Di sekelilingnya tumbuh **pohon-pohon keriput**, kulitnya seperti kulit manusia yang menolak mati.Dulu tempat ini adalah kuburan perang, kemudian dibiarkan tumbuh sendiri.Sekarang… **roh-roh yang tak sempat disemayamkan memilih diam di sana.**Dan Ilham… **memilih mengganggu mereka.**&nbs
📖 **BAB 8 — “Lelana, Ular Berbisik”****Part 1: “Misi Baru ke Jurang Berkabut”****Ringkasan:**Aaron dan Ilham diberi misi baru oleh roh netral: masuk ke Jurang Berkabut—tempat roh tidur bermukim dan **penyihir tua bernama Lelana** tinggal. Tapi tidak ada kepastian apakah Lelana masih hidup… atau sudah menjadi sesuatu yang lebih tua dari hidup.> *Ada tempat yang tidak diisi oleh roh mati, tapi oleh pikiran yang tidak pernah berhenti bermimpi.*Kabut menyelimuti jalur sempit menuju **Jurang Berkabut**, tempat yang tidak ditandai di peta roh mana pun.Burung tidak terbang ke sana.Roh tidak pulang dari sana.Dan manusia… **tidak pernah benar-benar diizinkan masuk.**Aaron berdiri di depan jurang.Ilham menggulung lengan baju.Kucing hitam berdiri di bahu Ilham, mengendus pelan.> “Baunya?” tanya Aaron.> &ldquo
📖 **BAB 7 — “T-Rex Makassar Menggigit Langit”****Part 1: “Serangan Kultivator Tinggi”****Ringkasan:**Aaron mulai menjadi ancaman serius. Beberapa kultivator tingkat tinggi dari faksi lama melihatnya sebagai anomali yang harus dihentikan. Mereka mengirim utusan untuk menantangnya secara langsung—bukan untuk menguji, tapi untuk mengeliminasi.> *Dunia kultivasi tidak takut pada kekuatan. Dunia kultivasi takut pada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan teori mereka.*Di puncak **Gunung Gowa**, tiga tetua kultivator dari Faksi Tian-Bara berdiri menghadap jurang.Di tangan mereka ada satu gulungan tipis, berisi nama.Di gulungan itu tertulis:> “Aaron — darah tidak sah, roh buatan, entitas berbahaya.”> “Dia tidak tunduk pada sistem kultivasi mana pun,” gumam Tetua Xun.> “Dia tidak punya garis roh. Tapi rohn
## 📖 **BAB 6 — “Ayam Jantan dari Timur Melawan Ratu Semut”**### 🔹 **Part 1: “Misi ke Sarang Semut”****Ringkasan:**Ilham dan Aaron menerima misi bersama pertama mereka—menyusup ke dalam sarang Ratu Semut, makhluk roh tanah yang menyebabkan gangguan di garis batas roh-manusia. Tapi tidak seperti misi biasa, kali ini... **salah satu dari mereka jadi target.**> *Roh tidak membenci manusia. Mereka hanya takut dilupakan. Tapi Ratu Semut… tidak butuh alasan seperti itu. Ia membenci semua yang punya nama.*Pagi hari, embun di kaki Leuweung Pati belum hilang saat **kucing hitam mengumumkan tujuan baru**.> “Ada roh tua yang sedang bertelur. Bukan simbolis. Beneran bertelur.”> “Kayak ayam?” tanya Ilham.> “Kayak kiamat,” jawab kucing.Aaron duduk di atas batu sambil mengasah kukunya—yang kini mulai menghita