Share

Bab 37

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-02-14 15:30:33

Clara menatap Kieran dengan tatapan kosong. Ketika pria itu membaca pesan dari investor, seakan dunia berhenti berputar.

Ada ketegangan di udara, begitu nyata hingga bisa dirasakan oleh keduanya.

Ponsel di tangan Kieran bergetar lagi. Clara hanya bisa melihat bagaimana Kieran menatap layar dengan ekspresi yang sulit terbaca.

Seluruh suasana kafe yang sibuk terasa sangat jauh. Hanya ada mereka berdua dan keputusan yang menggantung di udara.

“Apa... apa yang mereka katakan?” tanya Clara dengan suara yang hampir tidak terdengar. Tangannya yang dingin, tiba-tiba terasa semakin gemetar.

Kieran memandangnya dalam diam, seolah memilih kata-kata yang tepat.

Sesaat ia terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja ia baca. Kemudian, ia menunduk dan menarik napas panjang.

“Mereka menerima proposal kita,” kata Kieran, dengan nada yang lebih rendah dari yang Clara harapkan.

Clara tertegun, meresapi kata-kata itu. “Jadi…
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 38

    Hari-hari setelah keputusan investor datang terasa bagaikan berlari tanpa henti. Setiap detik yang berlalu seolah penuh dengan tekanan yang semakin terasa. Clara dan Kieran, meskipun tahu bahwa mereka sudah berhasil melewati ujian besar itu, kini terjebak dalam pergulatan baru: bagaimana mereka bisa bertahan dalam tekanan yang semakin besar.Mereka kembali ke kantor dengan semangat yang baru, meski ada rasa cemas yang sulit dihilangkan. Para investor memang setuju dengan proposal mereka, namun ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan lebih matang. Perubahan besar pada struktur perusahaan harus segera dilakukan, dan itu akan mempengaruhi hampir seluruh tim.Clara duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer dengan tumpukan laporan yang belum selesai. Namun, pikirannya tidak bisa sepenuhnya terfokus pada pekerjaan. Semenjak keputusan besar itu, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang hilang. Kekecewaan d

    Last Updated : 2025-02-14
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 39

    Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan cemas yang masih menyelimuti hatinya. Meskipun keputusan besar telah diambil dan langkah mereka ke depan semakin jelas, ia merasa seperti berada di persimpangan yang sulit. Ada begitu banyak yang perlu diselesaikan, dan dalam waktu yang sangat singkat. Setiap langkah yang mereka ambil akan menentukan masa depan perusahaan, dan juga hubungan mereka.Clara duduk di tempat tidurnya, menatap ke luar jendela. Cuaca pagi itu cerah, tetapi di dalam hatinya, ada kekhawatiran yang terus berputar. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja. Namun, ada sesuatu yang belum bisa ia lepaskan. Ketakutan bahwa segala usaha yang telah mereka lakukan bisa hancur dalam sekejap. Setelah beberapa menit merenung, Clara bangkit dan menuju kamar mandi untuk bersiap. Meskipun hatinya masih gelisah, ia tahu ia tidak bisa menunda pekerja

    Last Updated : 2025-02-14
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 40

    Pagi itu, Clara merasa ada yang berbeda. Sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Seperti ada awan gelap yang mengintai, meskipun matahari pagi tetap bersinar cerah di luar jendela. Dia merasa ada sebuah perubahan yang semakin mendekat, sebuah ujian yang jauh lebih besar daripada yang pernah mereka hadapi sebelumnya. Mungkin ini adalah titik puncak dari semua tekanan yang telah mereka jalani.Setelah beberapa minggu yang penuh dengan rapat intens, keputusan bisnis besar, dan tantangan yang datang silih berganti.Clara duduk di meja kerjanya di kantor, memandangi layar komputer yang seolah-olah berbicara padanya. Di luar, Kieran sedang berbicara dengan beberapa investor dan klien penting, tapi Clara merasa terasing dari semua itu. Semua yang terjadi semakin mendalam dan berat. Tak terasa, rasa cemasnya semakin menjadi-jadi. Ponselnya berdering, memecah keheningan ruangannya. Clara meraih ponsel, d

    Last Updated : 2025-02-15
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 41

    Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan kosong. Matanya masih berat, tak ingin terbuka sepenuhnya. Setiap napas terasa begitu berat, seolah beban yang ia rasakan semakin bertambah. Kieran sudah lebih dulu pergi ke kantor, seperti biasanya, tetapi Clara merasa ada yang berbeda. Ia merasa semakin jauh dari orang-orang di sekitarnya, bahkan dari Kieran, meskipun mereka berdua sama-sama berjuang untuk proyek yang sudah mereka susun bersama-sama. Setelah beberapa menit merenung, Clara memutuskan untuk bangun dan mulai menjalani hari. Pekerjaan menunggunya. Mereka harus segera mendapatkan solusi, dan Clara tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Namun, ketakutan itu tetap ada, menghantui setiap langkahnya. Apa yang akan terjadi jika semuanya gagal? Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka jika mereka tak mampu menghadapinya? Clara memu

    Last Updated : 2025-02-15
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 42

    Hari itu, Clara merasa seolah-olah dunia mengamuk di sekitarnya. Keputusan-keputusan besar harus segera diambil, sementara waktu semakin menipis. Pagi-pagi sekali, Kieran telah menghubunginya dengan kabar buruk: Investor terakhir yang mereka harapkan untuk datang, juga mulai mundur dari kesepakatan. Situasi mereka semakin memprihatinkan. Clara duduk di meja kerjanya, menghadap layar komputer yang berisi laporan keuangan perusahaan yang semakin memburuk. Rasanya sulit untuk berpikir jernih. Setiap angka yang tertera di layar, setiap angka yang melambangkan kekurangan dana, seperti mengingatkan Clara bahwa waktu mereka untuk selamat semakin sempit. Pikirannya berkelana, mencoba mencari cara untuk keluar dari jalan buntu ini. Namun, meskipun otaknya dipenuhi dengan ide-ide yang berbeda, semua terasa seperti usaha sia-sia. Setiap kali ia menemukan

    Last Updated : 2025-02-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 43

    Setelah pertemuan yang penuh harapan dengan Arman, Clara dan Kieran merasa sedikit lega. Mereka berhasil mendapatkan investor yang dapat menghidupkan kembali proyek mereka. Namun, meskipun ada sinar harapan yang menerangi jalan mereka, Clara tidak bisa mengabaikan perasaan cemas yang masih menghantui dirinya.Proyek ini sekarang semakin besar, dan beban yang harus mereka tanggung semakin berat. Keputusan yang mereka buat akan berpengaruh besar, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi kehidupan pribadi mereka. Clara tahu bahwa ini adalah saat-saat yang menentukan, dan ia harus berhati-hati agar tidak mengambil langkah yang salah.Sore itu, setelah seharian penuh rapat dan diskusi dengan tim, Clara duduk di meja kerjanya, memeriksa dokumen-dokumen yang masih tertunda. Matanya terasa berat, dan kepala terasa pening. Namun, ia tidak bisa berhenti. Ia tahu bahwa setiap detik sangat berarti.

    Last Updated : 2025-02-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 44

    Hari itu terasa berbeda. Udara di luar tampak lebih mendung dari biasanya, seolah menyarankan bahwa hari ini bukanlah hari yang mudah bagi Clara. Sejak pagi, pikirannya terus dipenuhi dengan keraguan. Meskipun mereka telah mendapatkan dukungan investor dari Arman, Clara merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.Dia menatap cermin di depan mejanya, menyisir rambutnya yang mulai kusut. Matanya yang lelah tercermin dalam cermin, dan meskipun dia mencoba menenangkan diri, hati Clara merasa semakin gelisah. Setiap detik yang berlalu seolah memberi beban tambahan. Selama berbulan-bulan, dia telah memberikan segalanya—energi, waktu, dan pikirannya. Namun kini, seiring dengan kesuksesan proyek yang semakin dekat, Clara merasa ada sesuatu yang hilang. Suatu kekosongan yang tak bisa dijelaskan. Clara menghela napas panjang dan mencoba mengusir ke

    Last Updated : 2025-02-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 45

    Hari itu, cuaca cerah dengan angin sejuk yang berhembus lembut, namun Clara merasa seperti ada badai kecil yang sedang mengamuk dalam dirinya. Satu per satu keputusan besar yang diambil dalam proyek ini mulai datang dengan konsekuensi yang tak terduga. Semua yang mereka perjuangkan seakan berubah menjadi tumpukan kerjaan yang tak pernah ada habisnya. Semua orang yang terlibat dalam proyek ini semakin sibuk, sementara hubungan pribadi Clara dan Kieran semakin terabaikan. Kieran tiba di kantor lebih pagi dari biasanya. Matanya terlihat lelah, namun wajahnya masih menunjukkan ketegasan seperti biasanya. Clara baru saja menyelesaikan rapat dengan tim pemasaran dan kini sedang memeriksa laporan yang baru saja diterima. Ada ketegangan di wajahnya—sesuatu yang sudah mulai sering terlihat belakangan ini. "Kieran," suara Clara memecah keheningan. "Kita perlu bicara."

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status