Home / Young Adult / Di Balik Tirai / Bab 38 Pilihan yang Menghancurkan

Share

Bab 38 Pilihan yang Menghancurkan

Author: A. Rani
last update Last Updated: 2025-09-11 10:00:38

Ketika malam semakin larut, Maria meraih ponselnya dan menelepon Laras. Temannya itu menjawab dengan nada lelah tetapi tetap waspada. “Maria, kau baik-baik saja?” tanya Laras.

Maria mengangguk meskipun Laras tidak bisa melihatnya. “Mereka memberiku lokasi baru,” katanya pelan. “Mereka ingin aku datang.”

Laras terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, “Kau tahu ini berbahaya, kan? Mereka tidak akan memanggilmu kecuali mereka yakin mereka punya kendali penuh.”

“Aku tahu,” jawab Maria. “Tapi aku tidak bisa terus bersembunyi. Kalau aku tidak melawan sekarang, mereka tidak akan pernah berhenti.”

Laras menghela napas panjang. “Kalau begitu, kau harus berhati-hati. Mereka tidak hanya bermain dengan ancaman, Maria. Merek

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Balik Tirai    Bab 47 Bayangan yang Bicara

    Maria membaca pesan dari Laras berulang kali, alamat yang tertera di sana terus membayang di pikirannya. Tempat itu berada di sebuah distrik industri yang sudah lama ditinggalkan, jauh dari keramaian, di sudut kota yang jarang dikunjungi orang. Setiap elemen dari situasi ini mengirimkan peringatan di pikirannya. Bahaya sudah jelas, tetapi dorongan untuk menemukan jawaban lebih kuat daripada rasa takutnya.Duduk di meja dapur, Maria menatap ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Laras sudah memperingatkannya untuk tidak pergi sendirian, tetapi Maria tahu bahwa membawa orang lain hanya akan membuat mereka ikut terjebak dalam ancaman ini. Ia harus menghadapi ini sendiri.Dewi masuk dari ruang tamu, membawa secangkir kopi untuk Maria. “Apa itu?” tanyanya, memandangi layar ponsel Maria.Maria mengunci layar ponselnya, menyembunyik

  • Di Balik Tirai    Bab 46 Kunci Menuju Pilihan Terakhir

    Malam itu, Maria kembali duduk di depan layar laptopnya, memeriksa rekaman dari kamera tersembunyi yang ia pasang di sekitar rumah. Ia tahu bahwa mereka mungkin akan kembali, tetapi kali ini, ia bertekad untuk berada satu langkah lebih depan.Tepat pukul dua pagi, sensor gerak di kamera halaman belakang berbunyi lagi. Maria langsung membuka layar, dan hatinya berdegup kencang saat ia melihat sosok yang sama dari malam sebelumnya. Pria itu berdiri di tempat yang sama, kali ini tanpa kamera, hanya memandangi rumahnya dalam diam. Ia tidak bergerak selama beberapa menit, seolah-olah tahu bahwa Maria sedang melihatnya.Maria meraih ponselnya, tetapi sebelum ia bisa melakukan apa-apa, pria itu mengangkat tangan kanannya, menunjukkan sesuatu yang ia genggam—amplop lain. Ia menjatuhkannya ke tanah, lalu berbalik dan berjalan pergi tanpa tergesa-gesa, seperti seseorang yang tahu bahwa tid

  • Di Balik Tirai    Bab 45 Bayangan di Balik Lencana

    Malam itu, Maria duduk di ruang tamu bersama Dewi. Kedua anaknya sudah tertidur di kamar mereka, tetapi Maria merasa sulit untuk menemukan ketenangan. Rekaman dari malam sebelumnya terus terputar di pikirannya, seperti ingatan yang tidak mau pergi.“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Dewi, memecah keheningan. Suaranya lembut, tetapi ada kekhawatiran yang jelas di dalamnya.Maria menatap Dewi dengan mata yang lelah tetapi penuh tekad. “Aku akan terus melawan,” katanya. “Mereka ingin aku menyerah, Dewi. Mereka ingin aku merasa tidak berdaya. Tapi aku tidak akan memberi mereka kepuasan itu.”Dewi menggenggam tangan Maria di atas meja. “Aku ada di sini untukmu,” katanya dengan nada penuh ketulusan. “Apa pun yang kau butuhkan, aku akan membantu.”

  • Di Balik Tirai    Bab 44 Tatapan dari Bayang-Bayang

    Pagi berikutnya, Maria memutuskan untuk kembali ke kantor polisi. Ia tahu bahwa Inspektur Farhan tidak yakin dengan ancaman yang ia hadapi, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain terus mencoba. Ancaman ini telah melampaui batas wajar. Mereka telah menyusup ke setiap sudut hidupnya, dan Maria merasa ia harus memaksa otoritas untuk melihat bahwa ini bukan sekadar paranoia.Saat ia memasuki kantor polisi, Farhan sedang berdiri di dekat meja dengan tangan terlipat di dada, berbicara dengan salah satu anak buahnya. Ketika ia melihat Maria, ekspresinya berubah menjadi campuran rasa tanggung jawab dan kelelahan.“Bu Maria,” katanya, melangkah mendekat. “Ada perkembangan baru?”Maria mengangguk pelan, menatap mata Farhan dengan tatapan yang tajam. “Mereka masih mengawasi rumah saya,” katanya langsung. “S

  • Di Balik Tirai    Bab 43 Tak Ada Tempat yang Aman

    Maria merasakan hidupnya semakin terkunci dalam lingkaran ancaman yang tak berujung. Pesan-pesan anonim datang hampir setiap hari. Beberapa berupa surat tanpa nama yang dilemparkan ke halaman rumahnya, beberapa muncul di media sosial dengan akun-akun tak dikenal yang mengirimkan pesan menakutkan seperti, “Kami selalu melihatmu,” atau, “Tidak ada tempat yang aman, Maria.”Awalnya, Maria mencoba mengabaikan semua itu, meyakinkan dirinya bahwa ketakutannya tidak akan menjadi bahan bakar untuk permainan mereka. Namun, malam itu, sesuatu yang lebih nyata terjadi.Maria terbangun di tengah malam karena suara angin yang tidak biasa. Ia melangkah keluar dari kamarnya, memeriksa anak-anaknya yang sedang tertidur nyenyak, dan beranjak ke ruang tamu. Ketika ia tiba di dapur, ia berhenti mendadak

  • Di Balik Tirai    Bab 42 Ledakan Balasan

    Rekaman itu menunjukkan Putri dan Arif di rumah mereka, tertawa bersama Dewi di ruang tamu. Kamera itu menangkap momen yang seharusnya hanya milik mereka—momen yang penuh kebahagiaan sederhana, tetapi kini dirusak oleh ancaman yang menggantung di udara.“Kami selalu mengawasi, Maria,” kata Rizal sambil menunjuk ke arah layar. “Anak-anakmu, temanmu, setiap orang yang kau cintai. Kau bisa melawan kami, tapi mereka yang akan membayar harganya.”Maria menatap layar itu dengan napas yang semakin cepat, tubuhnya gemetar antara kemarahan dan ketakutan. Tetapi di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih besar—tekad yang tak bisa dihancurkan.“Jika kalian menyentuh mereka…” kata Maria, suaranya serak tetapi penuh dengan ancaman yang dingin, “aku akan memastikan ini menjadi akhir bagi kalian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status