Share

Bab 16

Author: Kulihat Bintang
Nicholas bergegas menyalakan kembali ponselnya. Jantungnya berdebar akibat gugup.

Cindy menatap ponsel itu dengan bibir melengkung naik. "Apa maksudnya ini? Kamu sengaja membuat ponselmu berhenti bekerja untuk mengulur waktu? Jangan-jangan, kamu pakai ponsel butut ini karena tidak mampu membeli yang lebih baik?"

Nicholas mengabaikan perempuan itu. Setelah menyalakan kembali ponselnya, dia terus menunggu hingga laman utama muncul di layar.

"Semua orang tahu kondisi Nicholas. Kalau memang tidak punya uangnya, kita bisa memaklumi, kok!" Chandra menyengir sambil berseru kepada Cindy.

"Apa gunanya berpura-pura kalau memang tidak punya uangnya? Kamu dan Karen memang pasangan sejati. Sama-sama miskin. Yang satu mencuri uang kelas, yang lainnya pembual ulung!"

"Cukup! Jangan bicara lagi!" Sandy akhirnya angkat bicara, tidak tahan dengan makian mereka lagi.

Senyuman Cindy melebar. "Satu lagi orang miskin!"

"Kamu ...." Sandy sedikit kesal mendengar celaan itu.

Untung saja, Nicholas masih sempat menggapai dan menghentikannya. Sesudah itu, dia mencoba menyalakan ponselnya sekali lagi.

"Sudah, Nicholas, aku ...." Karen mendongak, memandang Nicholas dengan tatapan memelas. Matanya membengkak akibat lama menangis.

Nicholas menghela napas panjang, lalu balas menatap Karen. "Lalu apa rencanamu selanjutnya?"

"Eh, kalian masih sempat cinta-cintaan? Cepat, kembalikan uangnya!" Cindy mengulurkan tangannya sekali lagi sembari memandang dua orang itu dengan jijik. "Kalau tidak bisa, aku akan segera memberitahu Biro Administrasi Akademik supaya kalian ditendang keluar saja dari sini ...."

"Apa yang akan kamu lakukan kalau dia benar-benar memberikan uangnya?" seru Sandy yang amarahnya sudah di ujung tanduk.

"Dia? Mengembalikan uangnya? Kalau memang bisa, aku akan keluar dari tempat ini sambil berjalan mundur ...." Cindy menaikkan kedua bahunya. Bola matanya berputar tanda acuh.

Nicolas mendongak, melirik perempuan itu dengan pandangan mengejek. Saat ponselnya menyala, dia bergegas membuka aplikasi perbankan. Kali ini, aplikasi itu terbuka dan berjalan dengan lancar. Dia bisa mengembuskan napas lega.

"Masih percaya dia punya uangnya? Sebaiknya kontak Biro Administrasi Akademik saja sekarang! Laporkan mereka berdua atas pencurian uang kelas dan himpunan mahasiswa. Orang semacam mereka harus dideportasi dari universitas ...." Di samping, Chandra menyengir.

"Kalian semua kira duo miskin ini sekelas dengan kita? Mau mengirim uangnya? Silakan! Aku akan berjalan mundur sampai keluar gedung universitas kalau kamu bisa membayarnya ...." Melihat Nicholas berkeringat, Cindy semakin percaya laki-laki itu tidak memiliki uangnya.

Ting tong!

Suara aplikasi perbankan milik kelas berbunyi lantang.

Nicholas menaruh ponselnya sembari menatap Cindy puas.

"Eh, uangnya betulan dikirim, lihat pesan di grup!"

"40 juta! Ini tidak bohong!"

"Benar-benar 40 juta!"

Para mahasiswa di yang bergerombol mengelilingi tampak terkejut setengah mati. Mereka tidak mengira Nicholas mampu mengirim uang sejumlah 40 juta. Laki-laki itu dianggap mahasiswa miskin oleh semua orang. Dia bahkan terkadang kesulitan membeli makan untuk dirinya sendiri. Mana mungkin punya uang sebanyak itu!

"Tidak mungkin!" Untuk sesaat, Cindy terkejut. Dia bergegas mengecek grup obrolan kelas. Benar saja, ada foto bukti transfer di sana. "Mana mungkin. Mana mungkin dia punya uang sebanyak ini?"

"Aku sudah mengirim uangnya. Sekarang berarti giliranmu, 'kan?" Nicholas melirik Cindy dengan senyuman penuh ejekan. "Katanya ada yang mau berjalan mundur sampai keluar dari gedung universitas!"

"Nicholas, kamu berlebihan!" ucap Chandra dengan nada dingin, mencoba menghentikan Cindy. "Dia ini perempuan, masa kamu tega menyuruhnya melakukan itu? Kalaupun kamu benar sudah mengirim uangnya, tetap tidak boleh memperlakukan orang lain sejahat ini!"

"Oh? Kenapa tidak boleh?" Nicholas menatap Chandra berpura-pura polos.

Semua orang di dalam kelas terdiam. Mereka memandang Nicholas dengan tatapan tidak bersahabat. Kenapa tidak boleh? Pertanyaan bodoh apa itu? Jelas karena Cindy adalah dewi cantik pujaan kebanyakan mahasiswa di kelas. Dia tidak boleh diperlakukan secara semena-mena!

Chandra sedikit terkejut mendengar pertanyaan Nicholas. Dia pun menatap laki-laki itu tajam.

"Bapak Ketua Kelas, kamu juga seharusnya mendengarkan nuranimu saat memperlakukan orang lain, jangan berstandar ganda begini! Karen juga perempuan, tapi kalian berdua bersikap kasar dan terus mencelanya. Kenapa kamu tidak berhenti dan bersikap seperti sekarang? Kenapa malah sekarang membela Cindy?" Nicholas mendekati Chandra. "Jangan bilang, Cindy itu satu-satunya perempuan di matamu?"

Mata Cindy memerah. Dia merasa Nicholas telah menyalahinya. "Siapa kamu, menyuruhku berjalan mundur ke luar universitas?"

"Bukannya itu yang kamu ucapkan tadi? Sekarang mau mengelak?" balas Nicholas geram.

"Nicholas, tidak perlu sampai seperti itu ...." Karen berhati-hati menarik lengan baju Nicholas.

Nicholas balas memandang perempuan itu dan menggeleng beberapa kali. Apa sebenarnya yang ada di dalam benak perempuan ini. Mengabaikan orang-orang yang baru saja memakinya habis-habisan?

"Sudah, biarkan saja ...."

"Betul, biarkan saja!" Seisi kelas kompak berseru.

"Tidak bisa!" seru Nicholas, jemarinya menunjuk pintu kelas. "Keluar sambil berjalan mundur ...."

"Kamu ...," ucap Cindy kesal. Air mata perlahan menetes mengalir di atas pipinya. "Nicholas, kamu memeras perempuan dengan uang yang asalnya dari mana saja tidak ada yang tahu."

Nicholas menyengir. "Memang kamu perlu tahu asal-usul uang yang kuambil ini?"

Semua yang mendengar pertanyaan ini memandang Nicholas dengan rasa tidak percaya.

Kuambil?

Dari mana Nicholas mengambil uang 40 juta?

"Diam!" Saat itulah, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu.

Nicholas menoleh ke belakang. Dia melihat beberapa orang bergegas mendekati pintu ruang kelas mereka. Orang yang berada paling depan terlihat tidak asing, tapi dia tidak ingat persis siapa orang itu.

"Orang dari Biro Pengajaran!"

Sekitar enam orang melangkah memasuki ruang kelas. Mata mereka serempak tertuju pada Nicholas. Ekspresi masing-masing dari mereka tegang.

Melihat kedatangan staf Biro Pengajaran, Cindy segera berseru lantang. Tak lupa berlutut di lantai dan memeluk tubuhnya sendiri agar terlihat seolah-olah dirinya telah disalahi.

"Ada apa ini?" tanya Willy Gunawan yang berdiri paling depan.

"Pak Willy, Nicholas ini mengambil uang 40 juta, tidak tahu dari mana asalnya. Dia bersikeras menyombongkan diri dan menyuruh mahasiswi di kelas kami berjalan mundur ke luar dari gedung kampus!" Chandra bergegas menjelaskan. Telunjuknya tegak menunjuk Nicholas.

"Menyombongkan diri? Siapa yang mengizinkannya? Memangnya dia pikir dia ini siapa?" Willy menatap tajam Nicholas.

"Itu dia ... aku rasa dia yang menyusup ke rumahku dan mencuri dompetku!" Sebuah suara terdengar dari balik Willy.

Nicholas segera menoleh. Ekspresinya seketika berubah kelam.

Monica Limawan!

Mengapa perempuan itu ada di sini?

"Kamu yang namanya Nicholas? Kamu juga yang mencuri dompet orang lain?" tanya Willy dengan raut wajah sedingin es di kutub selatan.

Akhirnya Nicholas sadar, rupanya Monica yang melaporkan dirinya telah mencuri dompet orang lain kepada Biro Pengajaran. Apa yang sebenarnya perempuan itu pikirkan? Padahal baru kemarin dia menolong keluarga Monica keluar dari jeratan masalah besar. Hari ini perempuan tidak tahu terima kasih itu balas memfitnah dirinya?

"Aku tidak mencuri!" balas Nicholas dingin.

"Dia orangnya. Semua orang di asrama tahu dia. Kalau mereka ditanya, jawabannya pasti sama dengan jawabanku ...." Monica tegas menunjuk Nicholas.

Nicholas melihat sekeliling. Dia melihat Chandra berdiri tak jauh darinya dengan kepala tertunduk. Detik itu juga, dia mengerti sesuatu. Rupanya laki-laki itu yang bersekongkol dengan Monica untuk menuduhnya?

"Dia orangnya ...." Monica terus menunjuk Nicholas.

Nicholas menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya sambil menggertakkan gigi. "Monica, kamu yakin mau membalas kebaikanku dengan cara ini? Kamu yakin mau memfitnahku?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 606

    "Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 605

    "Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 604

    "Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 603

    Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 602

    Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma

  • Di Balik Topeng si Pria Miskin    Bab 601

    "Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status