#DBN
Di bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)Bab 1 Satu insan yang memikat dua hati
"Hanna!" teriak Mala dari kejauhan tepat setelah Hanna keluar dari kereta.
Hanna menoleh kearah sumber suara. Dengan senyum mengembang ia membalas panggilan sahabatnya dengan lambaikan tangan.
Ketika kedua netra dari dua insan itu saling bertemu, Hanna dan Mala pun dengan sedikit berlari kecil akhirnya bersatu dan berpelukan guna melepas rindu yang teramat besar. Sebab, bertahun-tahun sudah mereka tak berjumpa karena kala itu Mala terpaksa harus ikut dengan kedua orang tuanya yang sudah pensiun dari pekerjaannya dan ingin kembali ke kota kelahiran mereka yakni di kota Solo.
Sebuah kota kecil yang memiliki budaya jawa cukup kental. Selain itu kota ini pula lah yang nantinya akan menjadi tempat tinggal sekaligus tempat bekerja Hanna selama kontrak mengajarnya di sebuah sekolah menengah pertama berbasis islam berlangsung.
"Assalamualaikum sahabatku," ucap Hanna sembari melepas pelukannya dengan Mala.
"Wa'alaikumussalam warrohamtullahi wabaarokaatuh," balas Mala dengan senyum yang sumringah. Tampak jelas kebahagiaan melekat di hatinya.
"Makin cantik aja kamu, Han. Gemes aku!" ujar Mala sambil mencubit gemas pipi Hanna.
"Gimana kabarmu?" tanya Mala kemudian.
"Alhamdulillah aku baik, kok. Gimana kamu?" tanya Hanna balik dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Aku juga baik, alhamdulillah."
Sedikit obrolan ringan pun terjadi. Lalu Mala yang lebih mengetahui bagaimana situasi kota Solo akhirnya mengajak Hanna untuk mencari makan supaya lebih banyak punya waktu untuk saling melepas rindu.
"Gimana? Di jalan ketemu apa gitu gak?" tanya Mala yang betul-betul menunjukkan raut wajah bahagianya.
"Ketemu apa?" Hanna pura-pura berpikir sebab ia tahu kalau sahabatnya itu hanya sedang mencoba mengodanya saja.
"Jodoh kali. Ha ha ha!" Dan rupanya benar tebakan Hanna. Dengan recehnya Mala menjawab pertanyaannya sendiri.
Ya begitulah kedua sahabat itu. Saling melengkapi satu sama lain meski terlihat jelas perbedaan sifat dari keduanya. Dimana Hanna yang lebih terlihat kalem dan tak banyak bertingkah berbanding terbalik dengan Mala yang lebih sering menampakkan keekspresiannya.
"Aku dijodohkan, Han," kata Mala di tengah-tengah obrolan mereka.
Mendengar perkataan Mala barusan seketika membuat Hanna terbatuk. Ia tampat terkejut dengan berita yang disampaikan sahabatnya itu. Bagaimana bisa diusia Mala yang masih muda tapi sudah akan dinikahkan?
Karena penasaran Hanna pun menanyakan perihal perjodohan yang dijalankan Mala saat ini. Dimana calon suami Mala adalah seorang laki-laki lulusan sebuah pondok pesantren yang ada di Boyolali. Tak banyak yang Mala tahu tentang calon suaminya itu termasuk wajahnya. Namun, ada yang jelas Mala ketahui adalah laki-laki itu bernama Hafiz dan pekerjaannya adalah seorang guru di sekolah menengah atas yang juga berbasis islam.
"Kok, kamu mau sih nerima perjodohan itu? Padahal kamu sendiri aja belum tau orangnya," tanya Hanna heran.
"Orang tuaku. Mereka cukup menjadi alasanku buat terima perjodohan ini," balas Mala.
Hanna menghela napasnya. Ia tahu betul betapa sayangnya Mala terhadap kedua orang tuanya itu. Apalagi Mala adalah anak satu-satunya sehingga Hanna yakin keputusan yang diberikan kedua orang tuanya untuk menikahan Mala adalah yang terbaik untuk semuanya.
Ditambah pula calon suami Mala terbilang baik dari segi bebet, bobot, dan bibitnya. Dalam hati Hamna hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.
***
Disuatu hari sepulang mengajar Hanna berniat untuk mampir ke masjid dekat kontrakannya. Masjid Arrahman. Masjid dimana yang membawa kesan sendiri bagi Hanna ketika pertama kalinya ia beribadah di tempat ini.
Disaat Hanna baru saja keluar dari masjid tiba-tiba perhatiannya tercuri dengan sosok laki-laki berpeci yang memakai baju koko model pakistan. Laki-laki yang berparas tampan serta begitu adem ketika melihatnya.
Cukup lama Hanna menatap laki-laki yang tak ia kenal sebelumnya itu. Hingga akhirnya ia tersadar jika apa yang ia lakukan barusan seharusnya tak dibenarkan dalam agama.
"Astaghfirullah!" tegur Hanna pada dirinya sendiri.
Hanna pun memutuskan untuk segera pulang. Membuyarkan semua angan-angannya bersama lelaki yang bukan mahromnya itu. Tetapi langkahnya terhenti ketika ia menyadari jika sepatu miliknya tidak ada di tempat dimana ia meletakkannya tadi.
Sekuat tenaga mengingat juga berusaha mencari dengan cara memutari sekeliling masjid berharap mungkin saja ia yang lupa menaruhnya. Namun sayang hasilnya tetap nihil. Sepatunya tak ditemukan.
"Pakai ini aja, Mbak." Tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan sepasang sandal jepit di hadapan Hanna.
Hanna tertegun mengetahui siapa yang memberikannya sandal jepit tersebut.
Benar, laki-laki yang memberikan sandal jepit itu adalah laki-laki yang sempat mencuri perhatiannha tadi. Seorang pemuda yang kata Hanna cukup tampan itu ternyata belum lama ini menjadi salah satu imam di masjid Arrahman.
"Pakai saja. Tadinya mau saya pakai, tapi barusan dapat laporan dari takmir masjid sini kalau Mbak sepertinya sedang kebingungan nyari sepatu yang ternyata diambil orang pas sholat tadi," kata laki-laki itu pada Hanna.
Sayangnya, saking tak percayanya jika laki-laki yang sempat mencuri perhatiannya tadi kini berada di hadapannya alhasil membuat Hanna terdiam mematung.
"Mbak?" Hanna tersentak ketika laki-laki itu memanggilnya lagi.
"Oo, iya, Ma–s. Terima kasih," jawab Hanna gugup.
Hanna akui ia terpukau melihat laki-laki yang tadinya ia pikir hanya bisa sebatas melihatnya dari jauh. Tapi takdir berkata lain. Hanna kini tak hanya melihatnya namun malah bisa berinteraksi dengan cara yang tak ia sangka sama sekali. Meskipun harus kehilangan sepatunya.
Laki-laki itu pun menjelaskan kalau usai sholat kebetulan Pak Amir —takmir masjid— tak sengaja melihat Hanna yang hanya mondar-mandir di sekitar area masjid. Karena merasa Hanna kehilangan sesuatu Pak Amir lantas mengecek CCTV dan melihat seseorang yang kemungkinan telah mengambil sepatu milik Hanna ketika dirinya tengah sholat.
"Yasudah, mungkin sudah bukan rejeki saya," kata Hanna lalu ia pun mengucap salam sebagai tanda untuk pamit pulang.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullahi wabarakatuh."
Laki-laki itu dengan penuh kesadaran menatap kepergian Hanna dengan senyum tipis. Lantas berkata dalam hati, "andai dia jodohku."
Benar, laki-laki yang memberikan sandal jepit pada Hanna itu bernama Hafiz. Yang mana sebetulnya ia adalah calon suami dari Mala.
Hafiz sendiri sebenarnya tak jauh beda dengan Mala. Dengan tujuan ingin berbakti pada ibunya, ia terpaksa menerima perjodohan yang diberikan untuknya. Dan karena hal itu lah yang membuat hatinya belum bisa menerima Mala sepenuhnya. Alhasil ia tak bisa mengendalikan perasaannya ketika bertemu dengan Hanna yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama.
#DBnBab 2 Sebuah Kenyataan yang Menyakitkan Benar, laki-laki yang memberikan sandal jepit pada Hanna itu bernama Hafiz. Yang mana sebetulnya ia adalah calon suami dari Mala. Hafiz sendiri sebenarnya tak jauh beda dengan Mala. Dengan tujuan selain beribadah ia juga ingin berbakti pada ibunya, ia terpaksa menerima perjodohan yang diberikan untuknya. Dan karena hal itu lah yang membuat hatinya belum bisa menerima Mala sepenuhnya. Alhasil ia tak bisa mengendalikan perasaannya ketika bertemu dengan Hanna yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. ***Tak terasa hari pernikahan Mala sudah di depan mata. Hanna sebagai sahabat sungguh ikut berbahagia. Meskipun ia tahu jika calon suami dari Mala adalah orang yang pertama kali dalam hidupnya berhasil mencuri perhatiannya. Ya, ternyata takdir baik sedang tak berpihak pada Hanna. Laki-laki yang berhasil mencuri perhatiannya di masjid Arrahman kala itu adalah seseorang yang sebentar lagi akan menjadi suami dari sahabatnya sendir
#DBnBab 3 Pertemuan Pertama"Maaf," ucap Hanna tanpa melihat siapa yang ia tabrak. Dalam keadaan masih terisak Hanna pun berlari meninggalkan orang itu tanpa menunggu respon darinya. Kim Yoongi. Nama lelaki yang barusan Hanna tabrak tanpa sengaja itu memperhatikan langkah Hanna yang pergi begitu saja. Tanpa banyak berpikir Yoongi –nama panggilan Kim Yoongi– mengejar Hanna yang lebih dulu pergi. Hanna menghentikan langkahnya. Gadis cantik itu mendudukkan dirinya di atas bangku taman yang berada tak jauh dari masjid Arrahman. Masjid dimana Mala dan Hafiz baru saja melangsungkan akad pernikahan mereka. "Kuatkan aku ya Allah. Kuatkan hambaMu yang sangatlah rapuh ini." Hanna membiarkan air matanya terus membasahi kedua pipinya. Ia ingin melegakan hatinya. Ia tak memedulikan lagi orang-orang disekitarnya. Sementara itu dari kejauhan terlihat Yoongi yang sedang memperhatikan Hanna yang tengah menangis di bangku taman. Cukup lama pemuda berdarah campuran Indonesia-Korea Selatan itu mempe
Bab 4 Hanna dan Hafiz yang Bertemu kembali "Lupakan dia! Sheila lebih baik dari siapapun!" tegas Yunita pada anak lelakinya itu. Lalu pergi begitu saja tanpa menunggu respon darinya. Yoongi hanya bisa menghela napasnya. Begitu sulit mengubah pikiran Ibunya yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Meski begitu kali ini Yoongi tidak akan menyerah begitu saja. Ia yang akan menikah dan ia sendiri lah yang seharusnya menentukan siapa pendamping hidupnya. Walaupun saat ini ia tak begitu yakin dengan gadis yang telah memikat hatinya akan membalas cintanya. Sebab, ia sadar betul dinding pembatas antara dirinya dengan gadis ayu itu sangatlah tinggi.antara dirinya dengan gadis ayu itu sangatlah tinggi.***"Demi kesehatanmu maafkan Mas ya belum bisa memberikan nafkah batin," kata Hafiz pada Mala usai mereka sampai di rumah.Benar, tepat hari ini Mala sudah kembali ke rumahnya. Sebab hanya butuh sehari semalam ia di rumah sakit dikarenakan sakit yang ia alami bukanlah hal yang cukup serius.D
Bab 5 Hanya Sebuah ...."Astaghfirullah." Hanna tersentak ketika kedua matanya bertautan dengan kedua mata Hafiz.Hafiz tersenyum kecil ketika melihat Hanna tersadar akan tatapannya dan bergegas lari meninggalkan tempat ia berdiri.Dalam hati Hafiz merasa senang karena melihat wanita pujaannya itu. Namun di sisi lain ia juga merasa bersedih karena akan mustahil jika ingin mendapatkannya. Lantas, bagaimana bisa Hafiz melupakan gadis sandal jepit itu jika mereka akan bekerja di satu tempat yang sama?***"Hanna!"Langkah kaki Hanna mendadak berhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Dan ketika gadis berjilbab putih itu menoleh ia hanya menemukan beberapa murid yang memang sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang. Sama hal nya dengan dirinya. Namun, tak hanya beberapa murid yang ia lihat, Hanna juga menemukan Hafiz yang berada tak jauh darinya sedang berdiri menghadap ke arahnya. Hanna sedikit ragu jika yang memanggilnya tadi adalah Hafiz. Sebab, selama ini mereka
Bab 6 Dia?"Ada lagi yang mau dibicarakan?" tanya Hanna yang membuat Hafiz tersentak lalu beristighfar.Hanna bingung melihat ekspresi Hafiz yang seakan sedang memikirkan sesuatu. Sebab itu lah Hanna semakin was-was, jangan-jangan Hafiz ingin menanyakan perihal perasaanya padanya? Sama halnya dengan apa yang tadi ada di lamunannya.Namun setelah beberapa saat terdiam Hafiz bukannya menjawab pertanyaan Hanna, dirinya malah pergi begitu saja sembari berkata maaf. Melihat sikap aneh dari lelaki yang pernah mencuri hatinya itu, Hanna pun menjadi bertanya-tanya. Mengapa suami sahabatnya itu bersikap demikian padanya?Tapi pada akhirnya karena tak ingin berlarut-larut dalam memikirkan sikap Hafiz, gadis berparas ayu yang mengenakan hijab itu pun memutuskan untuk pulang. Toh, bagi Hanna tidak ada untungnya ia memikirkan laki-laki yang sudah beristri. Alias dimana Hanna saat ini sedang ingin move on dari perasaannya terhadap Hafiz.***Pagi itu di waktu Hanna tengah libur dari kesibukannya, i
Bab 7 Mendapatkan JawabanTak lama setelah itu, tepatnya ketika lagu yang telah dinyanyikan oleh Yoongi selesai, tiba-tiba saja pemuda tampan itu mengatakan sesuatu hal yang membuat orang-orang menjadi heboh. Terutama para fans wanita yang memang sejak tadi mengerubunginya di sekitar panggung tempat ia bernyanyi.Tak hanya para fans yang menjadi heboh, apa yang disampaikan oleh Yoongi tersebut juga membuat dua sahabat itu terkejut. Dimana pemuda blasteran itu berkata jika lagu bertema cinta yang akan ia nyanyikan selanjutnya ia persembahkan untuk seorang wanita berjilbab hitam yang memang berada di mall tersebut.Mendengar hal itu seketika membuat Hanna sediki salah tingkah. Berbeda dengan sahabatnya yang malah heboh karena Mala yakin kalau apa yang dimaksud Yoongi dengan wanita berjilbab hitam itu adalah wanita yang sekarang ini tengah berdiri di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Hanna."Han, Han, Han!!! Denger gak? Itu pasti kamu yang dimaksud," cetus Mala yang usai mendengar apa y
Bab 8 Ancaman dari Seseorang yang Tak DikenalDimana semuanya berawal dari Mala yang tidak sengaja mendengar percakapan antara Hafiz dan Ibunya di suatu malam. Tepatnya ketika itu Mala terbangun dari tidurnya dan seperti biasanya ia sudah tidak lagi melihat keberadaan suaminya di sebelahnya. Dan entah mengapa di waktu itu seakan ada yang menuntunnya, Mala pun berjalan keluar kamar guna mencari keberadaan Hafiz. Nah, di momen itu pula lah Mala akhirnya mendapatkan jawaban dari apa yang membuat rumah tangganya terasa hambar selama ini. Sesuatu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. Jangankan terpikirkan, terbesit pun tidak pernah.Hanna. Itu lah nama wanita yang selama ini telah mengisi hati suaminya. Dan Mala yakin Hanna yang dimaksud dari percakapan antara suaminya dan ibu mertuanya kala itu bukan lah Hanna yang lain. Melainkan Hanna yang selama ini ia kenal sejak kecil. Bahkan sudah ia anggap sebagai saudara sendiri.Keyakinan Mala semakin kuat disaat ia tahu wanita ya
Bab 9 Di Titik LelahDan ketika Hanna menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya itu, betapa terkejutnya ia saat mengetahui siapa yang meneleponnya. Ya, suara itu adalah suara Kim Yoongi.Lantas, mengapa pemuda tampan itu menelepon Hanna? Dan, darimana ia mendapatkan nomor ponsel gadis yang memang membuatnya jatuh cinta itu?"Han? Boleh kita bertemu lagi?" tanya Yoongi dari seberang telepon.Hanna yang keheranan mendengar pertanyaan pemuda tampan yang belum lama ia kenal itu pun terdiam sejenak. Gadis cantik itu bertanya-tanya dalam hati untuk apa Yoongi mengajaknya bertemu? Mungkinkah ada hubungannya dengan apa yang barusan terjadi padanya? Dan ... Darimana ia mendapatkan nomor ponselnya?"Han? Hanna?!"Hanna tersentak kaget mendengar Yoongi kembali memanggil namanya.Dengan rasa yang masih kebingungan dan suara yang sedikit gagap Hanna lantas mengiyakan permintaan laki-laki blasteran itu. Kemudian tak lama setelah itu sebelum menutup panggilan teleponnya, Yoongi pun berkata k