Share

Bab 4

last update Last Updated: 2025-03-13 06:18:23

"Kenalkan, ini Pak Danish, owner perusahaan kita sekaligus CEO di kantor pusat," kata Bu Ratna pada Lavanya yang mematung.

Nama itu menggema di kepala Lavanya.

Danish.

Pria yang pernah dicintainya. Cukup lama Danish menjadi bagian dari hidupnya sampai akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan Lavanya demi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

Lalu kini Danish berada di hadapannya. Dan ini benar-benar nyata.

Tatapan Danish menelisik wajah Lavanya seolah ingin meyakinkan bahwa wanita yang berada di dekatnya saat ini adalah Lavanya yang dulu ia kenal.

Namun, bedanya sekarang wanita itu tampak begitu dewasa walau wajahnya terlihat lelah.

Lavanya berusaha mengendalikan diri dan menyapa Danish.

"Selamat pagi, Pak," ucapnya sembari sedikit menundukkan badannya sebagai tanda penghormatan.

"Pagi." Danish menjawab dengan suara yang tenang.

"Ada perlu apa, Lavanya?" sela Ratna menengahi.

Jantung Lavanya masih berdegup dengan kencang. Untuk sejenak ia lupa apa alasannya datang ke ruangan itu.

Namun, begitu ingat tujuannya, Lavanya merasa sangat malu. Ia akan meminjam uang di depan Danish—mantan kekasihnya dulu.

"Saya mau mengajukan kas bon, Bu," ucap Lavanya akhirnya. Ia merasakan tatapan Danish yang terus tertuju padanya.

Ratna membuang napas. Terlihat jelas kalau ia tidak setuju.

"Baru bulan ini utang kamu lunas, dan sekarang mau mengajukan lagi? Apa kamu lupa peraturan perusahaan? Kas bon hanya diperbolehkan sekali dalam tiga bulan. Masih banyak karyawan lain yang juga butuh uang. Bukan hanya kamu, Lavanya."

Lavanya menunduk. Penolakan Ratna membuatnya benar-benar malu. Apalagi ia ditolak di hadapan lelaki masa lalunya. Entah apa penilaian Danish padanya kini.

"Maaf, Bu Ratna, menurut saya peraturannya diubah saja. Apabila ada karyawan yang benar-benar membutuhkan uang, sebaiknya diberikan pinjaman," kata Danish menginterupsi.

Kepala Lavanya tertunduk semakin dalam.

Ratna menoleh ke arah Danish, jelas terkejut oleh pernyataan bos besarnya.

"Maaf, Pak Danish, tapi kebijakan ini sudah lama diterapkan di sini. Kalau tidak, dikit-dikit karyawan minta kas bon," jelasnya dengan nada hati-hati.

Danish menyandarkan punggungnya ke kursi. Tampak santai, tapi sikapnya tetap tegas.

"Saya nggak bilang kita harus menghapus kebijakan itu, tapi jika ada karyawan yang memiliki kebutuhan mendesak seperti saat ini, kita harus membantunya, Bu. Ada kondisi di mana perusahaan harus bisa bersikap fleksibel."

Ratna tampak berpikir sebentar sambil melirik Lavanya yang masih diam dan menunduk. "Tapi, Pak—"

"Saya yang akan menanggung kas bonnya," potong Danish cepat.

Lavanya spontan mengangkat kepalanya dan menatap Danish dengan wajah panik.

"Tidak usah, Pak. Saya ikuti peraturan perusahaan saja."

"Bukankah kamu butuh uang? Kamu butuh berapa?"

Danish merogoh saku dan mengeluarkan dompetnya, bersiap mengambil lembaran uang dari sana.

"Jangan, Pak, saya nggak jadi kas bon."

Namun, Danish sudah terlanjur mengeluarkan uang dan mengulurkannya pada Lavanya.

"Terimalah. Anggap ini sebagai pinjaman dari saya."

Lavanya terdiam. Tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Lavanya, ambil uangnya. Katanya kamu mau kas bon," ujar Ratna saat Lavanya melirik padanya.

Akhirnya, dengan ragu Lavanya menerima uang itu.

Ia tidak punya pilihan. Meski menolak, tetapi Danish akan tetap memaksanya. Ratna pasti akan curiga jika Lavanya terus menolak sedangkan ia sangat butuh uang itu.

"Terima kasih, Pak. Saya akan segera membayarnya," kata Lavanya pada Danish. Lalu, ia memandang pada Ratna. "Atau kalau boleh, masukkan dalam kas bon saya saja, Bu Ratna. Biar gaji saya dipotong per bulan seperti biasa."

"Jangan," larang Danish. "Itu pinjaman pribadi dari saya, jadi kamu harus membayarnya pada saya. Apa itu cukup?"

Lavanya tidak tahu berapa jumlah uang yang diberikan Danish padanya. Tapi demi menghindari perbincangan lebih lanjut, ia mengatakan, "Sudah cukup, Pak. Terima kasih banyak. Saya akan segera membayarnya."

Danish tidak mengatakan apa pun.

"Karena kamu sudah dapat uangnya, kamu bisa keluar sekarang." Ratna mengusirnya dengan halus.

Lavanya menganggukkan kepalanya. "Permisi, Pak, Bu."

Tatapan Danish masih lekat di punggung Lavanya sampai ia menghilang di balik pintu.

Lavanya tidak langsung ke ruangannya. Ia menunjukkan langkahnya ke arah toilet.

Lavanya menenangkan dirinya di sana. Ia memegang dadanya, jantungnya masih berdebar kencang.

Sulit dipercaya bahwa ia bekerja di perusahaan mantan kekasihnya.

Ini adalah kunjungan pertama Danish ke sana. Selama ini, hanya orang tuanya yang meninjau kantor cabang di daerah.

'Tuhan, kenapa kau pertemukan aku dengan dia lagi?' bisik hati Lavanya perih.

Lavanya kemudian menghitung uang yang dipinjamkan Danish. Uang itu ternyata berjumlah satu juta rupiah.

Masalahnya sekarang, bagaimana cara mengganti uang Danish secara utuh tanpa dicicil?

Lagipula, Lavanya tidak ingin lagi bertemu dengan Danish. Cukup satu kali ini. Ia harap Danish tidak akan pernah mengunjungi kantor cabang lagi.

Setelah berhasil menenangkan diri, Lavanya keluar dari toilet.

Begitu kembali ke ruangan, ia mendengar para rekan kerjanya sedang menggosipkan Danish. Tentang ketampanan pria itu, kekayaannya, juga kharisma dan wibawanya.

Lavanya tidak ikut nimbrung. Ia duduk di kursinya, lalu memasukkan uang ke dalam laci yang dikunci. Ia pikir lebih aman menyimpan uang di kantornya ketimbang di rumah.

Kalau mertuanya yang serakah itu tahu Lavanya masih punya uang, bukan tidak mungkin dia akan merampasnya.

Pukul dua belas siang ponsel Lavanya berbunyi. Ternyata dari guru Belia yang mengatakan bahwa anaknya belum dijemput.

Biasanya itu adalah tugas Erik.

Lavanya lantas menelepon suaminya, tapi tidak direspon.

Lavanya menghela napas kemudian keluar dari ruangan. Mumpung saat ini adalah jam istirahat siang, ia bisa keluar untuk menjemput Belia.

"Lavanya!"

Suara itu begitu familier di telinga Lavanya. Ketika ia menoleh, ia mendapati Danish sudah berdiri di belakangnya.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 102

    Epilog - Rumah Bernama Cinta Suara dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang berlarian di halaman memecah keheningan pagi yang dingin. Mereka terus berlari sambil tertawa mengejar gelembung sabun yang melayang-layang di udara.Di atas kursi rotan di depan rumah, Danish duduk diam, mengamati dari jauh. Matanya yang teduh menyimpan beribu kenangan. Pikirannya mulai berkelana, menemui dirinya tiga tahun yang lalu. Pada malam yang mengubah segalanya.Malam itu Danish mengajak Lavanya ke rumah mewahnya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya."Pulang juga kamu akhirnya," suara Ophelia menyambut Danish. Bibirnya mengukir senyum penuh kemenangan. Wanita itu pikir setelah pembicaraan mereka tadi siang Lavanya akhirnya menyerah lalu pergi selamanya dari kehidupan Danish. Ia yakin sepenuhnya akan hal itu. Danish juga membenci Lavanya dan tidak akan memaafkannya setelah menyaksikan pemandangan menyakitkan di kafe.Danish dan Lavanya tidak akan tahu bahwa pertemuan dengan Ronald di kaf

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 101

    Lavanya terengah keluar dari kafe. Titik-titik hujan menampar-nampar wajahnya. Pikirannya penuh oleh wajah Danish. Tatapan penuh luka lelaki itu jauh membuatnya tersiksa. Lavanya lebih suka jika Danish berteriak memakinya ketimbang perlakuan yang didapatnya dari Danish tadi.Langkahnya terhenti tepat di pintu apartemen. Barangkali setelah ini ia tidak akan melihat Danish lagi di dalam sana. Setelah apa yang terjadi Lavanya yakin jika Danish pergi dari hidupnya. Ia tidak akan menemukan lagi barang-barang lelaki itu di dalam apartemennya. Tidak ada lagi orang yang setiap malam tidur di sofa. Atau bermain pura-pura menjadi keluarga dengan anaknya.Lavanya menghela napas. Pandangannya kemudian tertuju ke unit sebelah. Sempat terniat untuk menjemput Belia. Tapi detik berikutnya Lavanya berubah pikiran. Lebih baik ia mandi dulu dan menenangkan diri. Setelahnya barulah menjemput sang putri.Tangannya gemetar saat menekan beberapa digit angka yang merupakan password apartemennya.Lavanya mel

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 100

    Senja itu sepulang kerja Lavanya melangkah masuk ke sebuah kafe yang berada tidak jauh dari kantornya. Ia berjanji bertemu dengan Danish di sana.Danishlah yang ingin berjumpa dengannya. Bukan Lavanya.Sejak pergi makan siang dengan Agatha, pria itu tidak kembali ke kantor. Ia hanya mengirimi Lavanya pesan yang berisi ajakan untuk bertemu. Padahal mereka tidak perlu bertemu di luar. Mereka berjumpa setiap hari di apartemen.Sembari menyesap hazelnut latte-nya, Lavanya memandang titik-titik hujan yang meluncur di luar sana melalui jendela kaca kafe.Sudah tiga puluh menit berlalu dari waktu yang ditentukan. Namun, Danish masih belum datang.Lavanya mengecek ponselnya. Kalau saja ada pesan baru atau panggilan tak terjawab dari Danish. Namun, yang ia temukan hanya pesan ajakan bertemu yang diterimanya beberapa jam yang lalu.Lavanya kemudian mengirimi Danish pesan. Mengatakan bahwa dirinya sudah berada di kafe. Tidak ada jawaban dari lelaki itu.Mungkinkah dia sedang sibuk dengan Agath

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 99

    Hari-hari berikutnya berjalan begitu saja. Danish benar-benar tinggal di apartemen Lavanya. Ia tidur di sofa setiap malam. Bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Ia juga memastikan keadaan Lavanya dan Belia baik-baik saja. Namun, bagi Lavanya yang paling membuat sesak dari semua itu adalah Danish yang terlalu sempurna dari peran yang dulu Lavanya inginkan dari Erik. Belia sangat dekat dengan Danish. Bahkan kini memanggilnya dengan sebutan 'Papa Danish' ketika keduanya bermain pura-pura menjadi keluarga di living room apartemen mereka. Suatu malam ketika Lavanya pulang lebih larut dari biasanya karena ada pekerjaan yang harus ada diselesaikan, ia mendapati Danish tertidur di sofa sambil memegang buku cerita anak-anak. Sedangkan tangannya yang lain pria itu jadikan bantal untuk Belia. Irama napas putri kecilnya menyatu dengan ritme tenang napas Danish. Mereka terlihat bagaikan ayah dan anak sesungguhnya. Lavanya mematung melihat pemandangan itu. In

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 98

    Malam itu pintu apartemen Lavanya diketuk berkali-kali. Lavanya yang sedang mengemasi barang-barang dan memasukkan ke dalam koper terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk sejenak. Lavanya berniat untuk pergi dari apartemen yang dipinjamkan Danish sebagai tempat tinggalnya. Ia sudah memutuskan untuk keluar dari hidup Danish. Jadi ia tidak akan tanggung-tanggung.Lavanya melangkah ke arah pintu. Ia mengintip dari kaca kecil.Jantungnya menghentak ketika tahu siapa tamu di luar sana.Danish.Untuk apa lelaki itu datang malam-malam begini?Ah iya, itu, kan, memang kebiasaannya. Setiap pulang kerja Danish tidak langsung pulang ke rumah, tapi ke apartemen Lavanya dulu.Lavanya mengembuskan napas. Ia sedang malas bertemu dengan Danish. Lavanya tidak ingin membuat keadaan sulit ini semakin rumit. Tapi untuk saat ini menghindari Danish bukanlah cara yang tepat. Akhirnya Lavanya memutuskan untuk membuka pintu walau sebenarnya Danish bisa langsung masuk karena dia mengetahui password apartemen

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 97

    Setelah lama bermenung memikirkan cara untuk mempertahankan Lavanya, sebuah ide cemerlang melintas di pikiran Danish.Ia sudah lama menunggu Lavanya kembali ke pelukannya. Dan setelah perempuan itu berada di tangannya, Danish tidak semudah itu untuk melepaskan.Diambilnya gagang telepon, didekatkannya ke telinga. "Lavanya, ke ruanganku sekarang," perintahnya begitu panggilannya mendapat sambutan.Tidak kurang dari dua menit Lavanya tiba dan duduk di seberang Danish."Ada apa Bapak memanggil saya?""Aku sudah baca surat pengunduran diri kamu. Dan jawabannya adalah tidak. Kalaupun kamu bersikeras ingin resign ada syarat yang harus dipenuhi.""Syarat apa, Pak?" Lavanya bertanya antusias.Danish menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tangannya terlipat di dada. "Syaratnya sederhana. Selama satu bulan ke depan kita tinggal bersama. Entah di apartemenmu atau di apartemenku. Biar kutunjukkan alasannya kenapa kamu nggak boleh pergi."Lavanya terperangah. "Apa maksud Bapak?""Selama satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status