Share

Bab 3

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 06:16:45

"Bu Lavanya," panggil guru Belia, membangunkan Lavanya dari ketertegunannya.

Lavanya menelan saliva. Tangannya yang menjinjing tas terasa gemetar. Ditatapnya guru Belia dengan perasaan malu sembari menyusun kata-kata di dalam hati.

"Iya, Bu. Saya minta maaf. Saya memang belum sempat membayarnya. Mohon diberi waktu beberapa hari lagi."

Guru Belia tersenyum tipis, mencoba untuk mengerti, namun di sisi lain juga harus melaksanakan tugasnya. 

"Saya mengerti, Bu Lavanya, tapi pihak sekolah juga punya aturan. Kalau sampai awal bulan depan belum dibayar, pihak sekolah akan memberikan teguran resmi."

Lavanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Bu, saya janji paling lambat akhir bulan ini sudah dibayar."

"Tolong diusahakan ya, Bu. Kasihan Belia kalau sampai ada kendala dalam kegiatan belajarnya."

Perkataan tersebut semakin menyayat hati Lavanya. Ia tidak ingin hal buruk itu sampai terjadi. Belia pasti sedih jika pihak sekolah tidak mengizinkannya masuk. Apalagi Belia adalah anak yang rajin.

"Terima kasih sudah mengingatkan ya, Bu," kata Lavanya akhirnya sambil mengupayakan tetap tenang walau hatinya terasa sesak.

Kemudian Lavanya berpamitan. Ia keluar dari halaman sekolah dengan perasaan galau. 

Sepanjang perjalanan ke kantor kepalanya dipenuhi oleh pikiran ke mana ia akan mencari uang. Uang yang tersedia di dompetnya bahkan tidak sampai setengah dari uang SPP Belia.

Setiba di kantor, Lavanya menghela napas panjang sebelum memasuki ruangannya. 

Perutnya keroncongan akibat tidak sarapan pagi. Ia bisa saja sarapan di kantin pagi ini, tapi ia harus berhemat. Akhirnya Lavanya hanya meminum air putih yang banyak sebagai ganti sarapan paginya.

Lavanya mencoba memusatkan pikirannya pada pekerjaan dan melupakan sejenak masalahnya. Tapi wajah Belia yang polos terus melintas. Lavanya takut anaknya itu dikeluarkan dari sekolah.

Lavanya menggigit bibirnya, mencoba mengganjal sesak di dadanya. Pikirannya melayang pada saat Belia mulai bersekolah dulu. Lavanya masih ingat betapa bersemangatnya anak itu. Kala itu Lavanya berjanji di dalam hatinya, apa pun yang terjadi Belia harus mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Lavanya mengembuskan napas berat saat mengingat segala kenangan itu. 

Ketika ia kembali mencoba membangun konsentrasi untuk bekerja, jari-jemarinya terasa gemetar saat menekan tuts keyboard. Ia benar-benar lapar. Dadanya terasa sesak. Lavanya meremas perutnya. Tidak tahan lagi, akhirnya ia bangkit dari kursinya menuju kantin.

Lavanya kepikiran untuk kas bon. Hanya saja kepala keuangan di kantornya begitu galak. Butuh mental baja untuk menghadapinya.

'Aku harus berani. Hanya ini satu-satunya jalan,' pikir Lavanya.

Ia lantas memaksa dirinya untuk pergi ke ruangan kepala keuangan. Tangannya yang gemetar mengetuk pintu.

"Masuk!"

Lavanya mendorong pintu, lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

 Ternyata Bu Ratna tidak sendiri. Ada laki-laki mengenakan setelan jas navy sedang duduk berhadapan dengannya yang artinya sedang membelakangi Lavanya. 

Lavanya tidak tahu siapa dia.

"Ada apa, Lavanya?" tanya Bu Ratna dengan suaranya yang tegas seperti biasa.

Mendengar nama Lavanya disebut, laki-laki yang sedang duduk itu membalikkan badannya mengarah pada Lavanya.

Seketika detik waktu seakan berhenti berputar saat pandangan mereka beradu. 

Lavanya tercekat. Ia kehilangan kata-kata. Jantungnya bertalu-talu.

"Astaga," bisiknya nyaris tidak terdengar saat menyaksikan seseorang dari masa lalunya kini berada di hadapannya. 

Lavanya sama sekali tidak pernah membayangkan ia dan lelaki itu akan bertemu lagi. Bahkan ia sudah melupakan lelaki itu dan tidak pernah berharap melihat wajahnya lagi.

Tapi kini pria itu ada di sini, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hellia Hellia
jadi penasaran
goodnovel comment avatar
Hellia Hellia
menarik sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 102

    Epilog - Rumah Bernama Cinta Suara dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang berlarian di halaman memecah keheningan pagi yang dingin. Mereka terus berlari sambil tertawa mengejar gelembung sabun yang melayang-layang di udara.Di atas kursi rotan di depan rumah, Danish duduk diam, mengamati dari jauh. Matanya yang teduh menyimpan beribu kenangan. Pikirannya mulai berkelana, menemui dirinya tiga tahun yang lalu. Pada malam yang mengubah segalanya.Malam itu Danish mengajak Lavanya ke rumah mewahnya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya."Pulang juga kamu akhirnya," suara Ophelia menyambut Danish. Bibirnya mengukir senyum penuh kemenangan. Wanita itu pikir setelah pembicaraan mereka tadi siang Lavanya akhirnya menyerah lalu pergi selamanya dari kehidupan Danish. Ia yakin sepenuhnya akan hal itu. Danish juga membenci Lavanya dan tidak akan memaafkannya setelah menyaksikan pemandangan menyakitkan di kafe.Danish dan Lavanya tidak akan tahu bahwa pertemuan dengan Ronald di kaf

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 101

    Lavanya terengah keluar dari kafe. Titik-titik hujan menampar-nampar wajahnya. Pikirannya penuh oleh wajah Danish. Tatapan penuh luka lelaki itu jauh membuatnya tersiksa. Lavanya lebih suka jika Danish berteriak memakinya ketimbang perlakuan yang didapatnya dari Danish tadi.Langkahnya terhenti tepat di pintu apartemen. Barangkali setelah ini ia tidak akan melihat Danish lagi di dalam sana. Setelah apa yang terjadi Lavanya yakin jika Danish pergi dari hidupnya. Ia tidak akan menemukan lagi barang-barang lelaki itu di dalam apartemennya. Tidak ada lagi orang yang setiap malam tidur di sofa. Atau bermain pura-pura menjadi keluarga dengan anaknya.Lavanya menghela napas. Pandangannya kemudian tertuju ke unit sebelah. Sempat terniat untuk menjemput Belia. Tapi detik berikutnya Lavanya berubah pikiran. Lebih baik ia mandi dulu dan menenangkan diri. Setelahnya barulah menjemput sang putri.Tangannya gemetar saat menekan beberapa digit angka yang merupakan password apartemennya.Lavanya mel

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 100

    Senja itu sepulang kerja Lavanya melangkah masuk ke sebuah kafe yang berada tidak jauh dari kantornya. Ia berjanji bertemu dengan Danish di sana.Danishlah yang ingin berjumpa dengannya. Bukan Lavanya.Sejak pergi makan siang dengan Agatha, pria itu tidak kembali ke kantor. Ia hanya mengirimi Lavanya pesan yang berisi ajakan untuk bertemu. Padahal mereka tidak perlu bertemu di luar. Mereka berjumpa setiap hari di apartemen.Sembari menyesap hazelnut latte-nya, Lavanya memandang titik-titik hujan yang meluncur di luar sana melalui jendela kaca kafe.Sudah tiga puluh menit berlalu dari waktu yang ditentukan. Namun, Danish masih belum datang.Lavanya mengecek ponselnya. Kalau saja ada pesan baru atau panggilan tak terjawab dari Danish. Namun, yang ia temukan hanya pesan ajakan bertemu yang diterimanya beberapa jam yang lalu.Lavanya kemudian mengirimi Danish pesan. Mengatakan bahwa dirinya sudah berada di kafe. Tidak ada jawaban dari lelaki itu.Mungkinkah dia sedang sibuk dengan Agath

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 99

    Hari-hari berikutnya berjalan begitu saja. Danish benar-benar tinggal di apartemen Lavanya. Ia tidur di sofa setiap malam. Bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Ia juga memastikan keadaan Lavanya dan Belia baik-baik saja. Namun, bagi Lavanya yang paling membuat sesak dari semua itu adalah Danish yang terlalu sempurna dari peran yang dulu Lavanya inginkan dari Erik. Belia sangat dekat dengan Danish. Bahkan kini memanggilnya dengan sebutan 'Papa Danish' ketika keduanya bermain pura-pura menjadi keluarga di living room apartemen mereka. Suatu malam ketika Lavanya pulang lebih larut dari biasanya karena ada pekerjaan yang harus ada diselesaikan, ia mendapati Danish tertidur di sofa sambil memegang buku cerita anak-anak. Sedangkan tangannya yang lain pria itu jadikan bantal untuk Belia. Irama napas putri kecilnya menyatu dengan ritme tenang napas Danish. Mereka terlihat bagaikan ayah dan anak sesungguhnya. Lavanya mematung melihat pemandangan itu. In

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 98

    Malam itu pintu apartemen Lavanya diketuk berkali-kali. Lavanya yang sedang mengemasi barang-barang dan memasukkan ke dalam koper terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk sejenak. Lavanya berniat untuk pergi dari apartemen yang dipinjamkan Danish sebagai tempat tinggalnya. Ia sudah memutuskan untuk keluar dari hidup Danish. Jadi ia tidak akan tanggung-tanggung.Lavanya melangkah ke arah pintu. Ia mengintip dari kaca kecil.Jantungnya menghentak ketika tahu siapa tamu di luar sana.Danish.Untuk apa lelaki itu datang malam-malam begini?Ah iya, itu, kan, memang kebiasaannya. Setiap pulang kerja Danish tidak langsung pulang ke rumah, tapi ke apartemen Lavanya dulu.Lavanya mengembuskan napas. Ia sedang malas bertemu dengan Danish. Lavanya tidak ingin membuat keadaan sulit ini semakin rumit. Tapi untuk saat ini menghindari Danish bukanlah cara yang tepat. Akhirnya Lavanya memutuskan untuk membuka pintu walau sebenarnya Danish bisa langsung masuk karena dia mengetahui password apartemen

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 97

    Setelah lama bermenung memikirkan cara untuk mempertahankan Lavanya, sebuah ide cemerlang melintas di pikiran Danish.Ia sudah lama menunggu Lavanya kembali ke pelukannya. Dan setelah perempuan itu berada di tangannya, Danish tidak semudah itu untuk melepaskan.Diambilnya gagang telepon, didekatkannya ke telinga. "Lavanya, ke ruanganku sekarang," perintahnya begitu panggilannya mendapat sambutan.Tidak kurang dari dua menit Lavanya tiba dan duduk di seberang Danish."Ada apa Bapak memanggil saya?""Aku sudah baca surat pengunduran diri kamu. Dan jawabannya adalah tidak. Kalaupun kamu bersikeras ingin resign ada syarat yang harus dipenuhi.""Syarat apa, Pak?" Lavanya bertanya antusias.Danish menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tangannya terlipat di dada. "Syaratnya sederhana. Selama satu bulan ke depan kita tinggal bersama. Entah di apartemenmu atau di apartemenku. Biar kutunjukkan alasannya kenapa kamu nggak boleh pergi."Lavanya terperangah. "Apa maksud Bapak?""Selama satu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status