Share

Pertama bagiku

Author: Jenang gula
last update Last Updated: 2024-10-24 01:02:29

Johan, orang yang menelepon Jaxx, terkekeh, “Ya. Tolong katakan ke Mr. Jaxx, apa yang bulat dan putih sangat ingin kupukul dan tidak mau ditinggalkan. Sepertinya pertemuan kita harus ditunda besok. Apakah tidak masalah untuk Mr. Jaxx?”

Bill membekap ponsel dengan tangannya, “Si brengsek Johan menunda pertemuan kita karena sedang golf sekarang. Apa kita menyusulnya saja?”

Jaxx tersenyum, “Katakan saja, kita mau bertemu besok, selamat bersenang-senang untuk hari ini, dan semoga mendapatkan poin sempurna golfnya.”

“Apa?!” Bill seolah tak percaya dengan ucapan Jaxx. Meski begitu, dia mengatakan juga ucapan Jaxx sama persis ke Johan.

Setelah telepon ditutup, Jaxx tersenyum lagi, “Tunggu saja di mobil, ada satu lukisan yang ingin kulihat, tidak lama. Kebetulan Johan membatalkan pertemuan ini, kan?” Jaxx balik kanan dan masuk kembali.

Di kamar mandi, Erica menarik napas panjang dan dalam, “Dia sangat tampan sekali, suaranya berat, dan parfumnya harum. Bagaimana bisa ada pria setampan itu? Dia sempurna dan sekarang aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.” Suara pintu terbuka, Erica mendongak, melihat pria tadi masuk kamar mandi wanita, dia langsung berbalik.

“Kalau kau tidak sibuk, aku ingin bicara berdua denganmu, tentang apa yang sempat kau ucapkan tadi.” Jaxx menyudutkan Erica ke wastafel dan mengangkat gadis itu untuk di dudukkan di wastafel. Tangannya langsung meraba paha Erica dan menyentuh kain tipis yang ternyata setengah basah.

“Tu-tunggu! Apa yang kamu lakukan?” Erica menahan tangan pria itu.

Jaxx tersenyum, “Bukankah kita harus melihat hati? Terlebih dengan orang yang tertarik pada kita.” Jaxx memijit sejenak, menyisikan kain, dan bersiap memasukkan jemarinya.

“To-tonggg, jangan, seperti itu.” Erica menggigit bibir bawahnya sendiri. Tangannya memegang pundak pria di depannya dan meremas juga. Tubuhnya aneh oleh tindakan itu.

“Setahuku orang ke galeri seni untuk menikmati sebuah karya, bagaimana bisa milikmu sebasah ini? Kalau semua karena kau tertarik padaku, sepertinya aku harus bertanggung jawab. Bukankah ini sangat menyenangkan?” Jaxx bermain dengan jari tengah dan telunjuknya.

Erica memejamkan mata rapat. Tak berani menatap mata itu.

“Kenapa kau diam saja? Kau tidak ingin melakukan sesuatu?” Jaxx merasa senang menggoda Erica.

“Ak-aku tidak, tahu, harus melakukan, apa.”

Jaxx melebarkan kaki Erica dan menahan tengkuk. Saat Erica refleks mendongak, Jaxx memagut leher menggoda itu dan memberikan gigitan kecil di sana, “Apa kau sudah tahu harus melakukan apa sekarang?”

“Aahh ... tolong, jangan begitu. Aahhhhh ....” Tubuh Erica mengejang dan dia tak pernah membayangkan akan membuat lantai di bawahnya basah.

Jaxx malah membuka rok untuk memastikan apa yang ada di pikirannya, “Ini terlalu cepat. Apa ada yang salah dengan mahasiswa seni sepertimu? Apa kau sering melakukannya di rumah?”

Erica menggeleng, “Aku ... ini ... pertama kalinya seseorang menyentuhku.” Erica menunduk.

Jaxx tertawa dan menarik dagu Erica agar menatapnya lagi, “Itu tidak cukup untuk merayuku, Erica. Katakan hal lain lagi.”

Erica yang masih terpesona dengan wajah tampan di depannya, tersenyum, “Tolong, buatlah ini lebih mudah untukku.”

Jaxx langsung membalikkan Erica agar menghadap kaca dan memainkan jemarinya lagi. Tak hanya itu, bahkan miliknya pun digesekkan juga, dia tak percaya dengan gadis sok polos di depannya. Hingga saat gejolak muncul, Jaxx menarik Erica agar berlutut, dan membiarkan miliknya membasahi wajah Erica. “Apa ini menyenangkan buatmu?” ucapnya sambil membersihkan tangan.

Erica malah memeluk pria itu dari belakang, “Siapa namamu?”

Jaxx tersenyum, “Panggil aku Jaxx.” Mengeringkan tangan dan berbalik, “Pulanglah. Bukankah galeri akan tutup?”

“Apa kita akan bertemu lagi setelah ini?” Melihat Jaxx bersiap pergi, Erica merasa sedih, tak rela rasanya.

Jaxx tersenyum, “Bersihkan wajahmu. Aku tidak bisa menjanjikan apa pun padamu. Jadi, pulanglah sebelum kamu terkunci di sini.” Jaxx ke luar lebih dulu dan ke mobil. Melihat Abi dan Bill di luar mobil, dia tertawa dan masuk mobil lebih dulu, “Kalian di luar dari tadi?”

Abi langsung menjalankan mobil, “Anda terlalu lama. Kami jadi kawatir.”

Bill menambahkan, “Anda menikmati lukisan lebih detail dari kami. Lalu, kenapa Anda tidak setuju dengan Mr. Scott?”

Jaxx tertawa, “Saat kita membeli lotre hanya dengan satu nomor saja, apakah kita akan menang?”

Abi menggeleng, “Aku tidak yakin. Satu banding satu juta. Itu mustahil.”

Bill mengangguk, “Kalau sampai menang, itu adalah keberuntungan yang luar biasa.”

Jaxx tertawa lebih keras sambil menyulut rokok, “Berarti aku baru saja mendapatkan keberuntungan yang luar biasa.” Menghisap rokoknya lagi sambil terus mengingat wajah Erica.

***

Esoknya ... Erica tak bisa fokus di kelas. Bayangan Jaxx, parfum, tangan, jemari, bahkan desahan itu seolah masih membuatnya terngiang. Pria tampan dan dewasa itu hanya mempermainkannya, apa di mata Jaxx dia masih belum cukup dewasa? Erica jadi kawatir, sepertinya Jaxx benar-benar tak tertarik padanya, dan dia tak akan pernah bertemu lagi dengan Jaxx.

“Erica!”

Menjingkat dan langsung menoleh ke dosen, “Maaf, Pak.”

“Aku sudah dua kali bertanya padamu dan kamu hanya menjawabnya dengan maaf. Kalau pikiran kamu memang tidak di sini, kenapa kamu tidak mencari pikiranmu dulu?”

Erica menunduk, “Maaf.” lirihnya lagi.

“Nanti ikut saya ke kantor!” Setelah jam yang dimaksud tiba, dosen duduk dan menatap Erica tajam, “Ada apa denganmu, Erica?”

“Maaf, Pak. Saya belum menemukan model untuk karya terakhir saya.” Sebagai mahasiswa semester akhir dari kelas seni murni, Erica ingin melukis dengan sempurna untuk nilai yang sempurna juga, dan karena itu pula dia tak ingin mengambil model asal-asalan. Pertama kali bertemu Jaxx, Erica sudah terkesima dengan kerupawanannya, dan sekarang dia tidak tahu harus bagaimana kalau ingin membuat Jaxx menjadi modelnya.

Dosen berdiri, mengusap pundak Erica, dan menunduk untuk berbisik, “Aku bisa mencarikanmu model. Jangan pikirkan biayanya, kamu bisa cerita kalau kesulitan, aku hanya ingin yang terbaik untukmu.” Turun untuk mengusap-usap punggung Erica.

Merasa risi, Erica meraih tangan dosen agar berhenti mengusap punggungnya, “Terima kasih, Pak. Saya sudah memiliki pandangan, hanya saja saya belum berbicara padanya, terima kasih atas perhatian Bapak.”

Dosen pun tertawa, “Aku senang dengan mahasiswa gigih sepertimu. Kamu cantik dan berbakat. Aku ingin suatu saat nanti melihat karyamu berjajar dengan karya luar biasa lainnya, berjajar dengan karya seniman terkenal, karena itulah, jangan sungkan minta tolong, Erica.” Dosen kembali mengusap punggung Erica, “Aku pasti akan membantu sebisaku. Katakan saja.”

Erica tersenyum dan menyisikan tangan dosennya lagi, “Terima kasih, Pak.”

Di tempat lain ... Abi baru saja menarik rem tangan, Bill langsung turun bersama tas besar, sedangkan Jaxx menyulut rokoknya dulu sebelum turun. “Ayo!” Langsung mengajak dua anak buahnya masuk untuk bertemu dengan Johan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Semakin gila

    “Aku tidak mengajakmu, ini perintah, dan aku tidak suka penolakan.”Itu adalah kalimat terindah yang pernah Lexi dengar dan karenanyalah dia di bandara Australia sekarang.“Ada apa dengan wajahmu?” Felix yang berjalan dengan menggandeng Lexi, jadi heran saat wanita itu lebih banyak diam, dunia seolah sedang salah.“Aku gugup, Felix. Kau bilang di sini tinggal dengan mamamu, kan? Apa kau akan menyewakan apartemen untukku?”Felix terkekeh, “Untuk apa? Kau bisa tinggal dengan kami. Lagi pula kalian pernah bertemu, kan? Di supermarket saat aku belanja dengan mama, untuk apa gugup, mamaku tetap sebaik dulu.”Lexi memukul lengan Felix, “Bukankah situasinya berbeda? Kau akan mengenalkanku dengan sebutan apa? Rasanya aku ingin pulang saja dan merawat adik-adikku.”“Jangan kawatir. Ada aku.” Felix bersyukur karena sopir tidak terlambat menjemputnya, melihat mobil mamanya di garasi, dia tahu kalau papa tirinya juga di rumah, dan sengaja merangkul Lexi saat mendekat, “Hai, Ma, Pa.” Memeluk maman

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Boleh begitu

    Tiga hari berlalu. Lexi yang tak melihat Felix selama itu, jadi kawatir, dia pun pergi ke apartemen Felix, tetapi di jalan, tak sengaja melihat ada kecelakaan dan membuat kemacetan panjang. “Aku turun sini saja, Pak. Nanti kalau aku pulang, aku akan meneleponmu.” Tersenyum ke sopir dan ke luar mobil, tak jauh lagi sampai, Lexi berpikir jalan kaki akan lebih cepat dari pada penunggu kemacetan terurai.Terkekeh, “Aku tidak menyangka akan bertemu dengan jalang sialan di sini.”Lexi langsung menoleh, “Johan, aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Apa kamu sedang mengantar kekasihmu berjualan? Kesibukanmu masih sama?”Johan terkekeh lagi, “Jangan merasa bangga setelah lepas dariku, Lexi. Bagiku, kau hanya sampah yang pernah kupakai sampai aku puas, kau hanya beruntung karena Felix tertarik padamu. Pria yang bisa membelikanmu pakaian bagus itu, akan membuangmu juga setelah bosan denganmu, dia kaya dan dia akan memilih wanita yang lebih baik dan lebih bertalenta dari pada ka

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Darah

    David menarik rem tangan setelah sampai di rumah Mahira, “Apa aku ...?” Bingung mau bertanya apa ke Mahira.Tersenyum, “Tidak perlu, David. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini. Aku tahu bagaimana cara menghadapi Felix, aku tidak mau kamu terlalu ikut campur dan menanggung konsekuensinya. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa.”David malah terkekeh, “Kalau kamu butuh bantuan, apa pun itu, telepon saja aku, nomorku ada di jajaran staf kantor.”Mahira mengangguk sambi tersenyum.“Aku ... pulang dulu.” Memencet klakson sekali dan pergi.Baru saja mobil David melewati gerbang, mobil lain sudah masuk, dan Mahira tersenyum manis mengetahui Maya yang turun dari mobil itu, “Tunggu!”Sopir itu mengangguk dan diam menunggu Mahira akan mengatakan apa.“Masuk dulu, ya, Sayang? Kakak mau bicara sebentar.” Mencium Maya dan kembali menghadap sopir setelah Maya pergi, “Di mana kalian menyekap Maya?”“Maaf, Nona Mahira. Itu bukan wewenang saya untuk menjawab.”“Apa Felix membayarmu mahal? Aku juga put

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Mulai sinting

    Di kantor ... Felix mengerutkan kening saat sekretaris papanya masuk, “Aku sudah sering bilang padamu kalau Mahira adalah sekretarisku dan kau harusnya paham siapa yang mengantar dokumen itu ke sini.”Sekretaris papanya menghela napas, meski kesalnya bukan main, tetap tersenyum untuk menghormati pimpinannya, “Tuan Felix, nona Mahira tidak masuk hari ini.”“Bukankah nanti sore ada meeting, ke mana dia tidak masuk? Kau tidak meneleponnya? Dia tidak boleh lalai dalam pekerjaannya, kan?” Felix menarik dokumen itu kasar dan menandatanganinya dengan cepat.“Saya sudah meneleponnya beberapa kali dan hasilnya tetap nihil. Tadi tidak diangkat dan sepertinya sekarang teleponnya mati karena tidak tersambung, Tuan.”Felix membuang napas kasar. Mahira memang meninggalkan ponsel itu ke apartemennya, ternyata meski menyerahkan diri, Mahira masih begitu membenci, Felix harus memikirkan cara lain agar Mahira jinak padanya. “Batalkan saja meetingnya. Aku ada urusan, kalau dia bisa datang meeting saja d

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Keputusan gila

    Felix tersenyum, menarik tangan Lexi dan mengecupnya, baru kemudian diletakkan di paha, “Hanya di depanmu aku bisa menjadi diriku sendiri, Lexi. Aku memang mencintai Mahira, tetapi kita sama-sama tahu kalau dia adalah adik tiriku sekarang. Sambil menunggu apa langkah yang harus kuambil, tetap denganmu aku membagi semuanya, Lexi.”Mendengar itu, Lexi jadi gusar, “Kebaikan itu membautku takut, Felix.”“Takut?”“Aku takut kalau kebaikanmu membuatku jatuh cinta.” Membuang muka. Lexi melihat ke arah luar.Felix malah tertawa, “Kau bisa melakukan itu sesukamu, Lexi. Aku tidak akan melarangmu.” Mobil sampai di rumah Lexi, “Aku tidak bisa menjemputmu besok pagi. Sopir akan datang nanti malam. Jangan kawatir. Aku pulang dulu.” Felix langsung ke apartemennya. Baru saja masuk, siapa yang dilihatnya, membuat Felix terkejut, tetapi dia langsung tersenyum untuk menyembunyikan rasa keterkejutannya, “Kau di sini?”Mahira yang memang sudah menunggu Felix dari tadi, langsung melempar ponselnya, matanya

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Tak menyangka

    Mahira membuka mata perlahan, terkejut karena dia malah berbaring dengan berselimut, meski pakaiannya masih lengkap, kenangan beberapa hari lalu masih saja membuatnya takut setiap tertidur di dekat Felix. Dia memang sendiri dan dia takut tak mengingat apa pun saat ketiduran.Felix baru saja ke luar dari kamar mandi, hanya dengan menggunakan handuk, langsung mengeringkan tubuh tanpa malu, dan berganti baju, “Kau sudah bangun?”Mahira yang memilih untuk membuang muka, tetap enggan menjawab pertanyaan itu, “Apa aku tidak malu?” bentanya lebih membuatnya nyaman dari pada menjawab pertanyaan Felix.Terkekeh, “Tidak. Aku sudah pernah telanjang di depanmu meski waktu itu kau masih tidur.”“Kau yang sengaja membuatku tak sadarkan diri, Felix. Itu kriminal.”“Ya dan aku bersyukur sudah melakukan itu padamu.” Felix yang baru saja selesai ganti baju, langsung ke dapur, melihat makanan yang tadi dibungkus dari kafe, langsung dihangatkan, dia akan memakannya setelah ini.Mahira turun dari ranjang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status