“Pagi!” Hana menyapa teman-temannya dengan ceria di depan cafetaria. Gadis berkulit putih itu seakan lupa apa yang terjadi dengannya kemarin. Tampaknya Axel yang menghibur Hana semalaman cukup mampu membuat gadis itu berhenti ketakutan.“Hana! Sini kumpul!” panggil Jennie yang langsung melambai-lambaikan tangannya di salah satu pojok favorit mereka di kantin kantor. Seperti biasa mereka melakukan ritual pagi hari, apalagi kalau bukan sarapan bareng.Hana langsung memesan teh kembang telang di kasir sebelum berjalan ke tempat teman-temannya berada.“Eh kamu kok jarang sarapan sih, Han? Beberapa hari terakhir ini aku lihat? Diet ya?” tanya Jennie perhatian, sesaat sebelum Hana merebahkan bokongnya di kursi.“Eh, ah iya.” Hana terlihat bingung menjawabnya. Jennie dan teman-temannya saja yang tidak tahu kalau setiap pagi ia selalu sarapan tepat jam enam bersama bos besar perusahaan ini. Axel memang setertib itu kalau urusan makan. ‘Tapi kenapa ia malah makan steak malam-malam denganku k
Hana berguling dari tidurnya. Ia ingin menikmati hari liburnya setelah kemarin bekerja bagai kuda pacu di kantor. Namun, dahi mulus gadis itu berkerut saat ada sesuatu yang mengganjal di antara kakinya. Mengurangi kenikmatannya tertidur. Segera ia memasukan tangannya ke dalam celana.‘Apa ini? Panjang, tapi bukan pisang karena berurat, tapi juga bukan pare karena hangat, berarti senter yang baru dinyalain. Apaan sih? Apa juga ini kenyal-kenyal semacam bola-bola squishy sev*n elev*n?’ Mata gadis itu langsung terbuka lebar, masih dalam keadaan horizontal, Hana mengintip sesuatu di dalam celananya.Dahi gadis itu berkerut, sesuatu yang tidak familiar di matanya. ‘Apa itu? Daging tumbuh kah? Secepat ini dalam waktu semalam? Sebentar, sepertinya aku pernah melihatnya, melihat ini di pelajaran biologi.’DEG!“AAAAAAA!” jerit Hana sambil terlonjak dari atas kasurnya tapi teriakan itu langsung terhenti, hal yang aneh lainnya terjadi lagi pagi ini, menurut Hana. ‘Kenapa suaraku seperti ini?’
Hana merenggut surai pendek tetapi tebal milik Axel, kebiasaannya saat panik. Tuhan! Bagaimana ini!’“Ada apa? Ada apa?” terdengar beberapa anak kos bertanya -tanya keributan pagi ini. Kosan Hana terdiri tiga lantai, dengan jumlah dua puluh satu anak kos. “Ada yang mesum katanya, bawa cowok ke dalam kamar,” jawab seseorang di dekat jendela kamar Hana sambil mencoba mengintip pada kamar kos yang terletak di lantai dua itu. Untunglah Hana selalu mengunci pintu dan jendela kamarnya, selain itu ia juga sudah menutup gordennya rapat-rapat.“Mbak Hana mesum, gak nyangka.”“Hana kan anaknya polos masa sih?”“Iya itu buktinya gak mau buka pintu,”Rasanya gadis dalam tubuh seorang lelaki itu ingin berteriak “Fitnah!” Tapi apa daya suara Axel yang mirip penyanyi jazz pria itu malah akan semakin membuktikan bahwa perkataan teman satu kosannya itu benar. Gadis itu meringkuk bingung, berharap bos nya segera datang, bahkan napas Hana mulai sesak. Kaos spongebob kuning lunturnya yang ukuran overs
“Masuk!” perintah Axel yang membukakan pintu penumpang bugatti chiron itu. Dengan patuh Hana masuk sambil melekukkan badan di dalam mobil buatan Italia itu, sebelum Axel membanting pintu mobil itu begitu keras. Hingga si penumpang dan semua anak kos yang tadi menggiring kepergian Hana dan Axel juga ikut terlonjak kaget.Axel memutari mobil, kemudian ia duduk di kursi pengemudi. Tak lama kakinya menekan pedal gas begitu kencang dan sudah menghilang di depan para anak kos dan induk semangnya.“Eh sejak kapan Hana punya mobil keren begitu?” celetuk salah seorang anak kos. Para gadis sekarang saling menatap bingung.“Memang Hana bisa nyetir?” tanya yang lainnya menambah tanda tanya di benak mereka masing-masing.Ckit!Axel menghentikan mobilnya tepat di sebuah parkiran toko busana. “Kamu gila Hana! Kamu ngancurin imej aku dengan mengatakan aku seorang maling celana dalam, di kosan wanita! Kamu ada dendam kesumat ya sama aku Hana!” bentak Axel yang tak mampu lagi membendung amarahnya.“Ke
“Ganti nih! Risih aja lihat tubuhku pake baju kaos kurang bahan gitu,” perintah Axel sembari mengambil baju kaos yang tergantung di belakang kursi mobilnya. Sekarang mereka sudah sampai di parkiran restoran yang terkenal mahal. ‘Pak Bos aja yang bongsor!’ rutuk Hana dalam hati. Saat ia hendak mengganti bajunya dalam mobil, gerakan Hana itu sempat terhenti sejenak. ‘Aneh juga rasanya mengganti baju dengan santai di pinggir jalan seperti ini. Jadi pria memang praktis,’ batin Hana sembari mengangkat kaos yang sedang ia kenakan. Saat ia hendak mengganti celana pendeknya, tangan yang terlihat kekar berotot itu kembali terhenti. Hana melihat bosnya menatapnya sangar. “Bawahannya juga?” tanya Hana dengan hidung berkerut tampak jijik. Axel menampilkan wajah seram milik Hana. “Tentu saja! Aku benar-benar terlihat seperti banci sekarang, ganti celana dalamnya juga!” instruksi Axel lagi. Ia tak sanggup melihat dirinya mengenakan celana dalam yang mengintip sedikit dari balik hotpants. Cela
Hana melihat jam tangannya dengan gelisah, rapat yang diadakan tiba-tiba oleh General Manager tempatnya bekerja itu membuyarkan rencana Hana malam itu. Sebuah pesan masuk di ponsel gadis berkulit putih langsat dengan rambut panjang sepunggung itu. [Santai saja, aku menunggumu kok.] Hana tersenyum membaca pesan dari pacarnya itu. Andra, kepala bagian keuangan yang sedang menjalin hubungan dengan Hana baru sebulan yang lalu, dan tak ada satupun rekan sekerja mereka yang tahu. Kembali gadis berambut panjang itu tersenyum sebelum mengetikkan beberapa pesan manis untuk pacarnya itu. “Baik, kita akhiri sampai hari ini saja. Saya mau hasil kerjaan yang sudah kalian paparkan di rapat ini dilaporkan besok siang setelah waktu makan siang,” tandas Axel sembari menutup pertemuan pegawai divisi marketing. Hal itu sontak membuat Hana terlonjak girang walau dalam hati, tapi perkataan Axel selanjutnya, langsung menyerap kebahagiaan gadis itu. “Hana notulensi rapat beserta laporan tiap divisi
Hana langsung mematikan hubungan telephonenya. Segera ia berlari ke parkiran tempat Andra berjanji akan menunggunya.Alangkah terkejutnya Hana ketika membuka pintu mobil Andra, ada Siska di dalamnya. Gadis itu merupakan pegawai dari divisi yang sama dengan Andra. “Ha-Hana?”“Kamu ngapain di sini Siska? Mana Andra? Kalian enggak selingkuh ‘kan?” tanya Hana dengan suara bergetar.“Aku enggak ngerti maksud kamu,” balas Siska terlihat tenang dan angkuh.“Kamu ngapain di mobil Andra?” tanya Hana lagi. “Keluar kamu dari mobil ini, sekarang,” perintah Hana, tapi suaranya masih bergetar.“Ini mobil Andra, bukan mobilmu ya!” Tolak Siska sambil menyibak rambutnya.Hana sudah tak sanggup menahan amarahnya lagi, ia menarik rambut merah bergelombang milik Siska. “KELUAR!” “Ahh! Sakit” erang Siska. “Kamu apa-apaan sih Han!” ujar wanita itu sembari menepis tangan gadis bersurai hitam lurus itu.“Asal kamu tahu ya Sis, aku sama Andra itu sudah pacaran!” jerit Hana yang bergaung sepanjang parkiran
“Hana,” panggil Axel dengan tangan terjulur ke atas ubun-ubun Hana, seakan siap mengambil paku. Gadis yang menjadi sumber tangisan itu langsung menolehkan kepalanya.“Kamu kenapa nangis?” tanya Axel yang ikut berjongkok sebelah Hana. Melihat hidung dan mata Hana yang memerah membuat Axel mengurungkan niatnya untuk pulang. Gadis itu malah semakin terisak mendengar pertanyaan Axel.‘Ah sial, harusnya aku pulang saja,’ sesal Axel dalam hati. “Baiklah kalau begitu aku balik dulu ya,” pamit Axel. Belum sempat lelaki itu berdiri, Hana menahan tangan bosnya sambil tetap menangis.“Huee...uee..uee,” ujar Hana sambil menggelengkan kepalanya. Persis suara lutung kasarung.Axel kembali duduk dengan canggung di sebelah Hana. Entah keberanian dari mana gadis itu menahan bosnya, meminta Axel untuk menemaninya. Tapi yang pasti Hana tak ingin sendiri sekarang, hatinya sangat hancur dan dia butuh teman, tak peduli walau temannya itu adalah si Raja Neraka.“Kamu diputusin pacar?” tanya Axel lagi.“H