Share

Bab. 6. Awal Mulanya (2).

Hana langsung mematikan hubungan telephonenya. Segera ia berlari ke parkiran tempat Andra berjanji akan menunggunya.

Alangkah terkejutnya Hana ketika membuka pintu mobil Andra, ada Siska di dalamnya. Gadis itu merupakan pegawai dari divisi yang sama dengan Andra.  

“Ha-Hana?”

“Kamu ngapain di sini Siska? Mana Andra? Kalian enggak selingkuh ‘kan?” tanya Hana dengan suara bergetar.

“Aku enggak ngerti maksud kamu,” balas Siska terlihat tenang dan angkuh.

“Kamu ngapain di mobil Andra?” tanya Hana lagi. “Keluar kamu dari mobil ini, sekarang,” perintah Hana, tapi suaranya masih bergetar.

“Ini mobil Andra, bukan mobilmu ya!” Tolak Siska sambil menyibak rambutnya.

Hana sudah tak sanggup menahan amarahnya lagi, ia menarik rambut merah bergelombang milik Siska. “KELUAR!” 

“Ahh! Sakit” erang Siska. “Kamu apa-apaan sih Han!” ujar wanita itu sembari menepis tangan gadis bersurai hitam lurus itu.

“Asal kamu tahu ya Sis, aku sama Andra itu sudah pacaran!” jerit Hana yang bergaung sepanjang parkiran basement sepi itu.

“Hana,” panggil sebuah suara dari belakang gadis mungil berkelopak mata monolid itu.

“Andra?” 

“Kamu ngapain marah-marah sama Siska?” tanya Andra yang sekarang tiba-tiba sudah ada di samping Hana.

“Kamu enggak selingkuh ‘kan?” 

“Aku enggak ngapa-ngapain, apalagi selingkuh!” ucap Andra tampak kesal dituduh yang bukan-bukan. 

“Tapi- tapi dia ada di dalam mobilmu?” Hana mulai goyah dengan tuduhannya sendiri. ‘Tapi iya sih. Kenapa Siska ada di mobil Andra dan si Andranya malah berada di luar mobil?’

“Ya kamu pikir siapapun yang ada di mobilku selingkuhan? Aku minta Siska taruh file di mobilku, masih ada tugas yang sedang aku selesaikan di ruangan. Dan kamu ngapain sih malah bocorin hubungan kita sama orang kantor?” lanjut lelaki yang memiliki banyak penggemar di bagian keuangan itu.

“Ta-tapi tadi aku di telepon dengar kamu, sama-.”

“Aku enggak suka diposesifin Han,” desis Andra. “Apalagi dituduh tanpa dasar yang jelas.”

“Maaf,” gumam Hana seraya menunduk. Terlihat menyesal sudah marah-marah pada Siska. 

“Ih cewekmu ganas amat, Ndra!” kesal Siska sembari memperbaiki rambutnya yang tadi dijambak Hana. “Hubungan yang ngatur-ngatur pacar gini itu namanya toxic, Ndra,” lanjut Siska seolah menyindir Hana.

“Maksud kamu apa?” tanya Hana tak terima pernyataan Siska barusan. “Dengar ya, hubungan aku sama Andra itu-.”

“Hana!” teriak Andra memanggil nama kekasihnya itu. “Aku enggak suka sikap kamu yang begini. Kamu sudah salah sama Siska, dengan menuduh dia yang enggak-enggak. Minta maaf,” tandas pria jangkung itu.

“Tapi Ndra, aku kira-.”

“Minta maaf!” tegas Andra lagi dengan rahang mengetat memarahi Hana.

“Maaf, Siska…,” gumam Hana pelan dengan kepala menunduk di depan Siska. Membuat gadis berambut merah itu tersenyum miring.

“Ndra, aku masih shock nih dituduh pelakor, anterin aku pulang ya?” pinta Siska tak mempedulikan Hana dihadapannya.

“Ya sudah aku antar kamu pulang, Sis,” ucap Andra yang langsung membuat Hana bergumam keras.

“Hah?”

Gadis bermanik hitam kelam itu langsung menahan tangan kekasihnya itu. “Tapi Ndra!”

Segera Andra menepis tangan Hana. “Aku mau kamu belajar agar hubungan kita enggak toxic, Han. Kamu harusnya lebih percaya sama aku dan bukannya menuduh hal yang bukan-bukan. Kemudian aku juga enggak suka cara kamu yang membeberkan hubungan ini dengan santai,” tuntut pria yang mengenakan kemeja biru tosca itu.

“Ndra! Andra!,” panggil Hana tapi pria itu mengabaikannya. Andra malah membanting hingga pintu mobilnya tertutup di depan Hana. Mobil berwarna merah itu kemudian melaju kencang meninggalkan gadis yang terus berlari mengejarnya.

“Andra tunggu!” panggil Hana di parkiran basement yang sepi itu.

Bruk!

Hana terjatuh saat sepatu lima centinya membuat dirinya tersandung. 

“Andra!” panggil Hana lagi dengan keadaan mengenaskan. Tangannya tergores dan lututnya terasa sakit. Gadis itu kemudian duduk dekat lift basement. 

Di lantai tujuh, Axel melihat jam tangannya. Pria tampan itu berdecak, tak menyangka waktu bergulir begitu cepat.

‘Harusnya Hana sudah memberikan laporan itu sekarang,’ pikir Axel. ‘Hari juga sudah terlalu malam, apa sebaiknya aku akan mengantarnya pulang?’

“Hana-.” Panggilan Axel berakhir gumaman saat ia melihat meja sekretarisnya itu kosong. ‘Apa ia ke kamar mandi?’

Axel menunggu di depan meja Hana dengan tidak sabaran. Gadis itu sudah lewat sepuluh menit dari waktu untuk menyetor tugas yang sudah diperintahkan oleh bosnya itu.

Dengan gusar, Axel mengecek tugas di atas meja Hana yang baru dikerjakan setengah oleh sekretaris pengganti itu. ‘Masa iya, anak itu berani pulang tanpa mengerjakan tugas terlebih dahulu?’

Axel sangat kesal jika hal yang di pikirannya terjadi. Tidak mengerjakan tugas sesuai perintah dan tepat waktu, merupakan tanda karyawan siap untuk disingkirkan. ‘Oke Hana, siap-siap terima surat pemecatan mu besok,’ batin Axel sambil turun dengan lift menuju basement.

Suasana di basement terlihat cukup angker. Hanya ada sekitar dua tiga mobil saja di sana, belum lagi lampu di basement yang merupakan jalan keluar lift berkedip-kedip menambah horor suasana.

Punggung Axel terasa dingin saat menapakkan kakinya di basement. “Ck! Gimana sih kerja divisi perlengkapan tak mengecek lampu di bawah sini. Besok akan kutegur mereka,” gumam pria tampan masih bergidik mengeratkan jas panjang yang ia kenakan.

Tiba-tiba suara tangisan lirih membuat langkah Axel terhenti. Lelaki dengan surai coklat gelap itu menelan salivanya sembari mencari sumber suara. Walau jantungnya berdebar kencang tapi rasa penasaran Axel mengalahkannya. ‘Bukannya hantu kepagian muncul jam segini, bisa-bisa mereka mengganggu kinerja pegawai kalau muncul lebih pagi lagi,’ batin Axel yang sudah siap memarahi hantu kepagian itu.

Axel melihat sosok gadis yang sedang duduk memeluk kedua lututnya. Rambut hitam panjang yang indah dan halus menutupi seluruh wajah wanita yang sedang menunduk itu. ‘Ah ternyata cuma kuntilanak.’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Axel konyol amat sih di sini ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status