Berkali-kali Nayra membaca do'a tersebut,meminta supaya Allah memberikan keselamatan padanya.
Nayra semakin terpuruk saat ke 2 laki-laki itu berusaha membuka pakaian mereka secara bergantian.
Mereka menyeringai puas,karena malam ini mereka mendapatkan mangsa. Apalagi melihat Nayra yang terduduk lemah semakin membuat mereka senang.
Nayra menutup matanya kuat, jantungnya berdegup begitu kuat, rasa takut dalam dirinya semakin menjadi. Dia tak pernah membayangkan kejadian ini akan pernah ia alami. Kenapa dirinya selalu berada disituasi yang membuatnya lemah. Yang membuatnya tak bisa lari walau dia memiliki banyak kesempatan.
Ini bukan apa yang dia inginkan. Nayra menyadari kehidupan nya ternyata semakin menyulitkan saat dirinya mulai merubah titik buruknya.
Salah satu dari mereka mendekat ke arah Nayra,dengan perlahan mereka mencoba menyentuh Nayra. Tangan nakal mereka bermain dari bahu Nayra, sesak didada mulai Nayra rasakan.
"Jangan jadi
Di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan chat abu dan hitam, tinggal sebuah keluarga yang cukup harmonis. Keramahan keluarganya sudah terkenal dikalangan tetangga sekitarnya. Jangan lupakan kedua gadis yang ikut tinggal didalamnya yang selalu menghebohkan komplek karena pertengkaran yang selalu terjadi. Hanya saja rumah besar itu kini nampak begitu sepi, ditinggali kedua gadis nya saja. Bukan semata-mata ditinggal, itu pun karena orang tua mereka sedang pergi beberapa hari untuk perjalanan bisnis keluar negeri.Tuan dan nyonya pemilik rumah adalah seorang pengusaha sukses, pemilik dari restoran ternama. Kedua puterinya selalu digadang-gadang sebagai penerus nya. Sedang keduanya malah ogah-ogahan membahas perusahaan tersebut karena memiliki cita-citanya sendiri.Tok.. tok.. tok..Sebuah ketukan pintu terdengar oleh gadis bernama Vivia. Pemilik kamar menatap pintu kamarnya tajam seraya merutuk, pasalnya ia sedang asyik membaca novel kesukaannya di aplikasi orang
***Ingatan tentang ucapan mamanya terus saja memenuhi otaknya, pembicaraannya kala itu selalu membuat hatinya tak pernah tenang. Setiap malam tak dapat tidur nyenyak, di tengah malam Via bahkan sering terjaga tiba-tiba. Bayangan mama dan papanya yang masuk neraka malah menjadi mimpi buruk disetiap malam nya. Dan semua itu masih terjadi hingga sekarang. Via tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Apalagi ditambah dengan pembicaraan singkat pembimbing Claudia di video barusan.Via berbalik badan menatap sang adik, matanya mulai berkaca-kaca. Claudia menatapi heran kakaknya.Awalnya Via menunduk, tangan nya terkepal kuat. Ia ingin mengutarakan ini pada adiknya, tapi keraguan selalu mengalahkan ucapan nya.Via menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Pandangan nya terarah menatap Claudia yang masih senantiasa duduk diatas kasurnya seraya melihati dirinya."Hemm...Clau,aneh gak yah,kalau gue pake jilbab ke sekolah?" tanya Via tiba-tiba.Clau ya
***" ayok masuk Nay!" ajak Via dengan tangan membuka pintu kamarnya. Nayra mengangguk pelan, kakinya ikut melangkah membuntuti Via yang berjalan lebih dulu." Sorry ya Vi!" ucap Nayra membuat Via kesal mendengarnya.Via menatap sahabatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Keadaan yang terlihat buruk dari biasanya. Via diam tanpa membuka suara. Tangan gadis berpiyama itu menarik Nayra untuk duduk ditepi kasurnya.Nayra diam dengan perlakuan Via. Gadis itu kini berjalan mendekati lemari, mengambil sesuatu dan kembali lagi untuk duduk disamping Nayra."Sebenarnya, lo kenapa sih Nay?" tanya vivia sambil mengulurkan pakaian untuk baju ganti Nayra.Nayra menerimanya dan berterimakasih.Tampak jelas kesedihan di wajah Nayra, gadis itu berusaha menahan tangis nya agar tak mengalir keluar.Via mengerti akan hal itu, langsung saja Via menghambur memeluk Nayra. Dan saat itulah tangis Nayra pecah tiba-tiba."Hati gue sakit
Di kediaman keluarga Karim. Kini mereka sedang khawatir dengan keadaan puteri bungsu mereka yang belum juga pulang, padahal waktu sudah menunjukkan larut malam.Umi Aminah yang mondar-mandir di depan pun semakin resah, kemana puterinya itu. Beliau nampak kacau saat pulang dari kegiatan mingguan tak mendapati Nayra sama sekali. Umi Aminah akan selalu melihat Nayra kedalam kamarnya, tapi nihil. Tak seperti biasanya Nayra belum pulang. Paling lambat Nayra akan pulang sekitar jam setengah sembilan. Kalau tidak akan menghubungi umi Aminah tanpa sepengetahuan anggota keluarga lain jika Nayra tidak pulang dan memilih menginap dirumah salah satu teman nya.Umi sekarang sedang duduk bersandar pasrah dengan mata menatap kedepan gerbang rumahnya, berharap Nayra akan segera menampakkan batang hidungnya."Pulanglah, sayang!" lirih umi dalam diamnya.Sedangkan yang lain seperti abi, Rafka dan Naura sedang duduk di kursi ruang keluarga. Mereka pun ikut khawa
Nayra menyusuri jalan yang sudah mulai ramai. Setelah berdebat dengan Via tadi pagi, Nayra langsung pergi begitu saja dan berakhir Via yang harus berangkat sendiri, karena Clau adiknya sudah di antar oleh sopir pribadi mereka.Nayra menghela nafasnya merasakan penat, sudah berjam-jam ia belum mendapatkan pekerjaan. Ia berjalan seharian penuh, keluar masuk toko dan cafe menanyai adanya lowongan pekerjaan, dan sampai sekarang Nayra belum juga mendapatkan nya."Apa yang harus aku lakukan yaa allah?" gumam Nayra. Penampilan Nayra tidak sebaik tadi pagi, dia bahkan sudah berkali-kali istirahat di bebangkuan sekitarnya guna menghilangkan penat di kakinya, seraya berteduh dari teriknya matahari.Nayra ingin menyerah, tapi kebutuhan nya lebih penting dari lelahnya sekarang. Dia tidak mau jika terlalu lama tinggal dirumah Via tanpa balas budi, setidaknya kalau dia bekerja, dia tidak akan terlalu merepotkan nya bukan?.Gadis berambut diikat itu bangkit dari d
***Vivia baru saja datang kesekolah tepat pada pukul tujuh. Mata Vivia menatap gerbang sekolahnya, sudah terbuka tapi belum banyak orang yang datang. Via masih terdiam didepan gerbang, dia memiliki keraguan yang besar, tangan yang memegang setang motor itu kini mulai mendingin. Banyak pikiran-pikiran yang memenuhi otaknya.Ini bukan Via yang biasanya. Tentu saja bukan, hari ini adalah hari pertama Via mengenakan jilbab kesekolah. Itu pasti akan menjadi topik pembicaraan anak-anak, apalagi teman sekelasnya. Karena kebanyakan murid perempuan di sekolah nya tak berjilbab, bisa dihitung jari orang yang mengenakan nya."Masuk gak ya?" ucap Via berdiskusi dengan dirinya sendiri. Jika dia bolos, sayang daftar hadir dan nilai yang akan kosong nantinya. Kalau pun masuk, dia harus kuat hati, iman dan telinga. Mulut teman-temannya sudah diketahui kejahatan nya. Menghujat tanpa pikir ulang."Gak boleh bolos Via, kasian papa udah biyain lo sekolah" yakin nya da
***" Vi?, emangnya si Nayra kemana?"" Iya, biasanya dia gak pernah gak hadir tuh, ada mulu pasti"Via masih diam."Nay?... Gue harus kasih alesan apa?, kalau gue jawab, berarti gue harus bohong, gue gak mauuuuu.. " jerit Via dalam hatinya. Via malah dibuat gugup dengan pertanyaan yang tak seharusnya ia jawab. Via juga heran, tumbenan sekali kedua orang diantaranya ini mau tahu urusan orang lain.Via berharap seseorang mau membantunya untuk lepas dari pertanyaan yang tak sanggup dijawabnya. Ini memang tidak terlalu penting, tapi sebuah amanat sudah ia pegang, dosa dong kalau sampai dia berkhianat.-"Vi?. lo bener Nayra enggak sekolah hari ini?" tanya Raya.Via mengangguk." kemana? " tanya Nia lagi.Via diam, apa yang harus dia jawab, dia tidak mungkin mengatakan jika Nayra absen karena sedang bekerja."Eeemm..eeem.." belum sempat Via menjawab, seseorang memotong ucapannya."Vi, gimana sama N
***Fikri melangkahkan kaki menuju kelas kebanggaan nya, setelah pertemuannya dengan Via beberapa waktu lalu dan membicarakan perihal Nayra, Fikri malah semakin dibuat penasaran dengan sosok perempuan bernama Nayra tersebut. Beberapa kali bertemu dengan Nayra, Fikri melihat sesuatu yang berbeda. Waktu pertama kali bertemu, telinga nya mendengar cibiran dan kata panggilan yang tidak pantas didengar dan diucapkan untuk kalangan anak SMA. Belum lagi sikap Nayra yang sedih dan kecewa saat tanpa sengaja Fikri berlindung dibalik tubuh Nayra kala itu. Fikri seperti melihat, yang di bicarakan oleh murid lain itu bukan lah sosok yang ada di depan nya, tapi dia tidak buta, bahwa kata tak senonoh itu memang ditunjukan untuk Nayra.Fikri tak habis fikir, kenapa anak jaman sekarang selalu mencampuri urusan orang lain, bahkan pribadinya pun selalu diungkit didepan khalayak, padahal itu bukan hak mereka. Seharusnya pemerintah membuat undang-undang tentang dilarang