Vivia terkejut.Siapakah dia?.---Seorang pemuda rapih berdasi datang menghampiri pertikaian antara Santia dan Vivia. Berdiri kokoh didepan Vivia seolah melindungi. Semua pasang mata penghuni kantin tak mau ketinggalan, fokus mereka tentu pada pembicaraan Santia, sang primadona sekolah."Gue rasa mulut lo gak pernah disekolahin. Percuma lo sekolah sampe SMA kalo gak punya adab. Tu mulut di jaga. Jangan sok tahu sama kehidupan orang. Lo pikir lo lebih baik?" sulut pemuda itu membuat santia kicep.Tangan sudah terkepal, Santia tak suka di bantah. Tak suka dipermalukan seperti sekarang. Dia anak pemilik sekolah, dirinya sudah pasti harus dihormati kalau mereka tidak mau dirinya mengadu pada sang ayah."Lo gak pantes ngomong gitu sama gue ya. Lo belum tahu gue. Lo siapa disini?. Ooooh, lo mau jadi pahlawan?. Suka sama cewek dibelakang lo, sicupu berkacamata itu?" balas Santia seraya tersenyum sinis dengan tangan menunjuk Vivia yang berada dibelakang pemuda itu. Ejekan tak pernah terting
Dzul duduk di bangku taman dengan Vivia disampingnya. Pemuda itu sibuk melepas dasi dan seragam untuk dikeluarkan. Vivia tidak bersuara, gadis itu hanya termenung memikirkan hal yang terjadi. Tentang Nayra, persahabatannya dengan Santia, juga tentang Dzul yang ternyata kakak dari Santia.Vivia melirik Dzul sekilas, ingin menanyakan banyak hal pun tak berani, berakhir Vivia hanya menunduk dan terdiam. Hingga kemudian Fikri datang dengan sekantung keresek makanan dan minuman.Fikri berjalan mendekati keduanya "nih!" Fikri menjulurkan bawaannya pada Dzul, pemuda itu dengan cepat menerimanya, melihat isinya dan mengambil satu botol air mineral. Dzul melirik Vivia dan memberikan kantung tersebut kepada gadis itu, Vivia menerimanya ragu.Fikri yang melihatnya kesal sendiri, dia kesini untuk mendengar penjelasan dari Dzul, bukan untuk melihat adegan menjijikan sok malu-malu kodok begitu.Fikri melipatkan tangannya sejajar dada bawah "jadi gimana?, gue masih butuh penjelasan!"Dzul menggerlin
Seorang pemuda tampan sedang termenung di kesendiriannya. Merindukan seseorang yang belum lama dikenalnya tapi sudah terasa amat berharga bagi dirinya. Ia tahu, rasa rindu itu tak dapat dihilangkan. Menemui nya seperti mustahil. Gadis yang dirindukannya kini sudah terlalu jauh dari pandangannya, bagaimana ia bisa melepas rindu sebebas sebelumnya. Perempuan yang telah mengambil hatinya pergi entah kemana.Tak tahu pindah kemana. Dimana gadis itu sekarang? Ingin sekali ia menemuinya. Bertemu dengan gadis pujaannya. Ia ingin melihat senyumnya, dan kemudian memeluk gadis itu seerat mungkin. Terakhir kali bertemu saat gadis itu menemui sahabatnya, ia hanya melihat sekilas sebelum gadis itu benar-benar pergi, menatap matanya yang terlihat berat untuk melangkah menjauh. Hati pemuda itu terluka saat gadis pujaannya hanya melambaikan tangan perpisahan. Andai ia mampu untuk menahannya. Kalau iya dia bisa, dia akan menculiknya dan mengurungnya dirumah keluarganya supaya gadis itu tak perg
Di keluarga tuan Karim. Sepi. Tak ada sedikitpun pembicaraan diruang keluarga. Abi Karim, umi Aminah, dan Naura hanya mengarahkan pandangannya ke arah tv yang sedang menayangkan sebuah acara show.Suara dari tv tersebut yang meramaikan ruang keluarga. Setelah kepergian Nayra, Naura hanya diam tak terlalu peduli, apalagi ia tahu hal itu saat dimeja makan kemarin malam, yang tidak disangkanya adalah bahwa Nayra pergi hari ini. Hati kecilnya merasa damai, tak perlu lagi dirinya sok baik didepan banyak orang, apalagi pura-pura perduli dan perhatian.Keadaan rumah seolah tenang tanpa ada hal yang membuat berantakan, percekcokan atau hal yang memusingkan seperti saat ada Nayra.Selama ada Nayra pun, Naura tak terlalu dekat dengan adiknya itu, lebih memilih masing-masing. Naura tak menyukai Nayra karena sang kakak selalu lebih memperhatikan Nayra dari pada dirinya, walau dari matanya sang kakak begitu jahat pada gadis itu. Belum lagi banyak orang yang menyangkut pautkan nya denga Nayra, mem
Nayra Rahma.Nama yang indah bukan?Begitu pun wajahnya yang teramat cantik,imut bagai anak gadis yang baru masuk sekolah.Tapi tidak dengan kelakuannya. Dia sudah termakan arus pergaulan bebas jaman sekarang,yang sudah dikatakan tidak senonoh lagi. Pergaulan yang sering kali menjadi tempat menyenangkan sekaligus pelampiasan nya. Kehidupan nya terlihat tak beraturan dari segi mana pun. Nayra dikenali banyak remaja seumuran nya, entah itu karena sikap nya yang buruk atau karena hal lain.Nayra sosok yang cantik. Sesuatu yang dikatakan sempurna bila dilihat dengan mata. Senyum yang mengembang membuktikan keramahan yang tak pernah orang tahu. Nayra, tapi tidak seperti Nayra. Dia berubah dalam sekali waktu, seolah datang dan lenyap secara bersamaan. Dia tercipta untuk merasakan pahitnya dunia dan keras nya kehidupan. Nayra nampak sebelah mata dari sudut pandang orang lain. Tak ayal membuat dia terdiam dengan bahu yang semakin menguat.Nayra berdiri kokoh tanpa
"Nayraaaaa...." teriak seseorang dengan suara cempreng, ciri khasnya.Seorang gadis dengan seragam putih abunya sedang berdiri di ujung lorong kelas dengan 2 orang lainnya. Gadis itu menampakkan wajah panik dan takut, membuat gadis yang dipanggil terdiam memperhatikan, tangan nya terkepal kuat karena kesal.Lagi-lagi perundungan terjadi didepannya, dan sahabatnya yang kini menjadi mangsanya. Nayra geram dibuatnya."Sialan banget mereka gangguin sahabat gue!" sulut emosi seorang Nayra menjadi, saat melihat sahabatnya kini menjadi korban bulying. Dengan langkah yang cepat Nayra berjalan mendekati ke-3 gadis yang seumuran dengannya, satu sahabatnya, dua hama yang harus ia basmi kehadirannya. Nayra dengan cepat menarik sahabatnya yang sekarang sudah aman dibalik punggungnya, bersembunyi. sedangkan Nayra kini sudah berkacak pinggang sambil menatap kedua pembuli itu tajam, yang mendapat tatapan itu hanya terkekeh."Ngapain gangguin sahabat gue?, lo udah gak betah hidup
-sendiriku adalah kenyamananku.(NAYRA).*****Nayra.Gadis itu sedang berada di pojok perpustakaan, terduduk melamun sendirian.Benar apa yang diucapkan oleh para teman temannya, karena tempat yang paling sering dikunjungi Nayra adalah perpustakaan. Meski tidak untuk membaca buku, gadis itu memilih perpustakaan adalah untuk menenangkan dirinya.Kenapa?.Karena perpustakaan adalah tempat yang paling sepi tanpa suara,yang terdengar hanya lembar an - lembar an kertas yang di balik, tak ada kegaduhan yang membuatnya prustasi.Nayra menghela nafasnya perlahan, memegang dadanya entah untuk apa."Ini kenyataannya, lo itu enggak terlalu berharga, lo harus ingat itu Nayra!" ucapnya pada diri sendiri. Nayra menutup telinganya kuat, suara-suara yang akhir-akhir ini sering ia dengar, sangat memekikan telinga."Kenapa harus gue?" ucapnya pelan "kenapa?"Nayra lelah dengan sikapnya sendiri, seolah dirinya memanglah anak
Jangan ceritakan,cukup diam dan rasakan(NAYRA)****Nayra berbaring di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar yang tak memiliki keistimewaan sedikit pun, tapi entah kenapa Nayra begitu nyaman memandanginya. Dia merasakan tubuhnya teramat sangat lelah, padahal disekolah pun ia tak melakukan aktifitas yang aneh, hanya diam di kelas, kekantin dan perpustakaan,tak ada lagi kegiatan lain. Bahkan pulang sekolah pun ia langsung kerumah, untuk pertama kalinya ia seharian didalam rumah,yang ia rasakan hanya kebosanan. Biasanya, dia akan pulang terlambat, atau pulang untuk mengganti pakaian dan kembali keluar bersama teman-temannya. Lebih memilih menghabiskan waktunya diluar rumah, bermain atau kesuatu tempat hingga larut malan.Tok..tok..tok..Suara ketukan di pintu membuat pandangan Nayra teralihkan, ia bangun dari baringnya dan berjalan gontai untuk membukakan pintu."Apa?" tanya Nayra datar."Udah waktunya makan malam, kamu udah