Share

50. Regan dan Edward

Penulis: Wideliaama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-19 22:43:18

“Kau dengar? Regan sangat mengkhawatirkan dirimu seperti manusia normal biasa.”

Edward berjongkok menatap Clara yang terjerembap di lantai setelah tadi ia menyeret perempuan itu dengan menarik rambutnya kasar. Senyum lebar di wajahnya yang putih pucat terlihat begitu mengerikan di bawah cahaya lampu yang berayun pelan.

Clara membuang wajah ketika pria itu hendak menyentuh dagunya dengan tangannya yang besar, tetapi bukan berarti Edward akan mengurungkan niat hanya karena Clara menghindar. Ia mencengkeram dagu Clara seperti ingin meremukkan wajah itu di tangannya.

“Dia pasti akan sangat marah jika aku mencungkil matamu—“

“Cuih!”

Clara tidak pernah bersikap tidak sopan pada siapapu. Ia hanya akan menjadi sinting saat mabuk, tapi malam ini dalam keadaan sadar ia baru saja meludahi wajah seseorang yang berusaha menyentuh wajahnya.

“Dasar jalang sialan! Kau berani meludahiku?!”

“Aku menyerahkan nyawaku tapi bukan berarti kau bisa menyentuhku tanpa izin!”

Edward mengusap kasar wajahny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   56. Kita Bisa Mulai Pelan-pelan

    Malam sudah sangat larut ketika Regan kembali ke kamar dan mendapati Clara yang masih duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya. Perempuan cantik itu hanya mengenakan gaun tidur dari kain sutra yang sangat tipis. Regan berjalan mendekat namun Clara rupanya terlalu fokus sampai tidak menyadari kedatangannya. “Kenapa belum tidur, Bee?” tanya Regan sambil ikut duduk di sebelah Clara yang akhirnya menyadari kehadiran dirinya dan langsung menurunkan buku di pangkuan. “Aku menunggumu. Kamu bilang cuma pergi sebentar, tapi ini sudah hampir jam dua malam.” Protesnya. “Maaf... Tiba-tiba ada urusan mendesak yang tidak bisa kutinggal.” Regan tidak mengatakan jika ia harus mengurus Edward dulu di ruang bawah tanah. Setelah melempar Clara dengan keji ke jalanan, Rico berhasil mengejar Edward dan membawanya ke tempat di mana Regan biasa menyiksa mangsanya. Tadinya ia ingin membunuh pria gila itu malam ini, tapi ternyata para tetua Oliver tidak memberi ijin dan Regan juga tidak mau memperumi

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   55. Jangan Menahannya

    Sudah lama sekali rasanya Rose tidak menyiapkan makanan dalam porsi banyak untuk empat orang. Ia selalu berdoa agar suatu hari meja makan itu penuh dengan hidangan dan malam ini doanya telah dikabulkan Tuhan ketika Tuan Jusuf, Tuan Muda Sean, Tuan Muda Regan dan satu-satunya nonanya, Clara duduk di kursi meja makan menikmati domba panggang yang sengaja ia pilih untuk menghangatkan perut di musim hujan. Daging domba itu terasa begitu empuk saat Clara memasukkannya ke dalam mulut, seratnya mudah terurai, menghadirkan rasa gurih yang pas dengan aroma rempah yang lembut dan menghangatkan perut. “Ini benar-benar enak. Apa Bibi yang memasaknya?” tanya Clara pada Rose yang berdiri tidak jauh dari meja makan. “Saya senang kalau Nona menikmatinya,” balas Rose tersenyum. “Aku saaangat menikmatinya. Apa aku boleh tambah?” “Tentu.” Rose memberi isyarat pada pelayan untuk memberikan daging domba baru. Saat pelayan itu mengirisnya menjadi potongan-potongan kecil yang rapi, Clara menung

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   54. Manipulasi

    Rumah keluarga Mananta ternyata jauh lebih besar dari apa yang sempat Clara bayangkan. Bangunan rumah itu menjulang dengan garis-garis arsitektur tegas dan bersih, memadukan beton ekspos, kaca raksasa, dan panel logam gelap yang berkilau elegan di bawah cahaya matahari. Dari kejauhan, bentuknya mengingatkan Clara pada kastil masa depan yang kokoh, berwibawa, dan terasa tidak mudah ditembus.Begitu Regan membawanya masuk ke dalam, Clara kembali terpukau dengan apa yang menyambutnya. Ruang utama rumah itu memiliki langit-langit menjulang tinggi dengan pencahayaan tersembunyi yang memancarkan cahaya lembut dan mahal. Lantai marmer putih berpola halus memantulkan bayangan pilar-pilar ramping berlapis baja dan kaca. Tangga melayang dengan pagar transparan menghubungkan lantai demi lantai, menegaskan kesan futuristik dan berkelas.Ada sekitar sepuluh pelayan yang menyambut kedatangan mereka dengan berbaris rapi di sepanjang pintu masuk. Rasanya aneh dan tidak nyaman untuk Clara yang kehilan

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   53. Perasaan Yang (Tidak) Keliru

    “Kondisi seperti ini memang bisa terjadi setelah cedera otak yang cukup berat,” jelas dokter Alex dengan suara tenang. “Ingatan tentang orang-orang terdekatnya bisa terblokir sementara. Ini cara otak melindungi dirinya sendiri dari trauma yang terlalu besar.” Raut wajah semua orang di ruangan itu kian suram terutama dua pria tampan yang Clara tidak ingat siapa mereka, namun Clara sendiri justru tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa karena untuk saat ini perasaannya hanya sedang bingung. Jusuf menatap Clara yang sedang memainkan jemari tangan dalam diam, sebuah kebiasaan lama ketika gadis itu sedang bingung atau kesal. Clara telah melalui banyak peristiwa buruk sehingga otaknya memilih untuk melupakan rasa sakit, dan Jusuf berpikir bahwa itu adalah cara terbaik agar Clara bisa memulai kembali hidupnya dari awal lagi. “Jangan takut, Nak, kami di sini adalah keluargamu.” Tutur Jusuf ramah. Clara sepertinya pernah melihat pria tua itu entah di mana. Tapi ia yakin satu

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   52. Amnesia Pascatrauma

    Ruang ICU selalu terasa terlalu sunyi bahkan ketika mesin-mesin bekerja tanpa henti. Bunyi monitor jantung yang berdetak teratur menjadi satu-satunya penanda bahwa Clara masih bertahan di ambang hidup dan mati. Tubuhnya yang kecil terbaring diam dipenuhi selang dan kabel. Perban tebal membalut kepalanya menutupi luka yang masih menyisakan noda darah. Wajahnya pucat, namun tetap menyimpan keindahan yang menyakitkan untuk ditatap, sementara napasnya sepenuhnya bergantung pada alat. Hari demi hari berlalu tanpa perubahan, dan kecemasan Regan kian menggerogoti dadanya karena Clara belum juga membuka mata. Regan tidak beranjak pergi dari sisi Clara sejak hari pertama. Ia bersikeras untuk mengurusnya sendiri termasuk menyeka dan membersihkannya tanpa rasa lelah setiap hari. Ia melakukannya karena cinta dan rasa bersalah yang sudah menyeret perempuan itu masuk ke dalam lingkaran terkutuk dan membuatnya menjadi seperti sekarang. “Detaknya stabil, sebaiknya kau istirahat dulu, Re.” Ujar

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   51. Antara Hidup Dan Mati

    Tubuh Clara terdiam tak bergerak di sisi pembatas beton. Darah mengalir dari pelipisnya, membasahi aspal yang dingin. Matanya setengah terbuka, pandangannya kosong, napasnya tersengal tipis seperti nyala lilin yang hampir padam. Motor Regan berhenti beberapa meter darinya dengan suara decit yang menusuk. Ia terhuyung turun, helm terlepas begitu saja dari kepalanya. Untuk sesaat, dunia terasa hening hingga detak jantungnya sendiri terdengar memekakkan. “Clara…” Regan berlutut, tangannya gemetar saat menyentuh leher perempuan itu, mencari denyut nadi. Lemah, tapi masih ada. Napas yang tertahan di dadanya akhirnya keluar kasar. Lampu merah-biru mobil polisi menyapu jalan dari kejauhan, sirene semakin mendekat. Regan mengangkat kepala, matanya menyala marah ketika melihat lampu belakang van Edward menghilang di tikungan. “Bajingan…” Clara mengerang pelan, alisnya berkerut seolah kesakitan yang menahannya di ambang sadar. Regan segera membuka jaketnya, menekan kain tebal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status