Share

10. Apa Kamu Menginginkan Rangga ?

“Halo,” ucap Rangga dari dalam ponsel.

“Ya?” jawab Almara singkat.

“Halo, teman saya pemilik HP ini, boleh tahu posisi Anda sekarang di mana? Saya akan beri imbalan yang lebih mahal dari HP ini kalau Anda bersedia mengembalikan kepada Kami,” ujar Rangga.

Almara terkesan, ternyata Rangga cukup royal jika menyangkut urusan Fiolina. “Tidak perlu. Saya akan kembalikan. Sekarang Saya ada di rooftop Hotel El Grande.”

“Oh disana ternyata, Oke Saya naik ke atas sekarang ya. Saya sekarang di lobby hotel,” Rangga menaiki lift menuju rofftop.

Almara tidak ingin bertemu Rangga, oleh karena itu dia meminta Yoan untuk mengembalikan ponsel itu kepada Rangga. Sementara Almara bersembunyi di lokasi yang tidak terlihat. Yoan dengan senang hati menggantikan Almara bertemu dengan Si Tampan Rangga.

Namun saat Almara bersembunyi, sebuah tangan menepuk bahunya,”Almara? Almara kan?” Fiolina menyapa Almara dengan wajah terkejut.

Almara yang juga terkejut hanya bisa mengangguk dan balas tersenyum.

“Gak nyangka ya Kita bisa ketemu lagi. Kamu lagi apa di sini?” tanya Fiolina.

“Eh, Saya lagi ambil beberapa gambar untuk produk klien,” terang Almara.

“Oh ya? Kamu buka jasa fotografi?”

“Bukan Saya sih, temen Saya, Saya cuma bantu. Kebetulan Kami satu kampus dan sama – sama jadi pekerja lepas untuk proyek promosi visual. Jadi kadang kami saling bantu.”

“Oh gitu, teman kamu sekarang di mana?”

“Oh hmm... itu, dia lagi kembalikan HP seseorang yang ketinggalan,” Almara menunjuk ke arah Yoan.

“Oh jadi temen Kamu yang nemuin HP Aku ya? Itu kan Rangga, kamu inget kan? Yang katamu mirip dengan kenalanmu,” Fiolina menerangkan dengan wajah polos.

“Iya, inget kok,” Almara mengangguk.

“Oh ya, kebetulan Aku mau mulai bisnis dengan temanku. Dia seorang fashion designer. Kami mau meluncurkan sebuah brand fashion. Karena Kamu dan temanmu melayani jasa fotografi dan promosi visual, kenapa gak Kita coba kerjasama saja? Ada portofolio kan? Siapa tahu temanku suka dan dia setuju untuk pakai jasa kalian?”

“Eh iya, ada kok, Kami punya portofolio,” jawab Almara.

Fiolina mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada Almara,”Kamu bisa hubungi Aku di nomor ini. Aku bisa minta kartu namamu juga kah?”

“Iya Bisa,” Almara juga menyerahkan kartu namanya.

Nice, nanti tolong Kamu kirim portofolio Kalian ke emailku ya. Kalau temenku suka, Aku akan hubungi Kamu lagi.”

“Oke.”

...

Empat hari kemudian, Almara mendapat pesan dari Fiolina bahwa temannya setuju untuk menggunakan jasa Yoan dan Almara untuk pemotretan produk baru mereka yang akan diluncurkan.

Yoan tidak bisa menemani Almara karena ada jadwal kuliah, jadi Almara menemui Fiolina seorang diri. Mereka berjanji bertemu di sebuah cafe. Sesampainya di lokasi, Almara mendapati Fiolina juga seorang diri tanpa temannya. Namun saat hendak menyapa, Almara melihat Fiolina seperti sedang menangis.

Saat Fiolina melihat Almara, dia cepat – cepat menghapus air matanya dan mengubah wajahnya menjadi lebih ceria. “Hai, Almara. Maaf ya temenku gak bisa datang hari ini. Jadi meeting kali ini cuma sama Aku aja.”

“Iya gak papa kok, temen Saya juga gak bisa,”

“It’s okay. O ya mungkin kamu bisa lebih santai aja kalau ngomong sama Aku.Yah, walaupun Kita baru kenal dan hubungan Kita sebatas urusan bisnis, Aku berharap Kita bisa jadi teman. Kamu mau kan jadi teman Aku?”

“Kamu beneran mau berteman sama Aku?” Almara memastikan kembali pernyataan Fiolina sebelumnya.

“Tentu,” Fiolina mengangguk dengan penuh semangat.

Almara terkesan, sejak awal Fiolina tidak pernah bersikap sombong di depannya. Padahal dia adalah seorang model terkenal dan Almara bukan siapa – siapa.

“Kalau begitu ayo kita berteman,”

“Asiik... Aku seneng deh bisa dapat temen di sini. Aku gak punya banyak temen dari kecil. Dan Aku menghabiskan sebagian besar waktuku di luar negeri. Jadi Aku gak punya temen perempuan di sini. Satu – satunya temenku cuma Rangga. Dia sahabat aku sejak kecil. Sayangnya ... “ Fiolina tertunduk dan tidak melanjutkan ceritanya.

“Sayangnya kenapa?” selidik Almara.

“Eh gak deh, nanti malah jadi curhat,”

Almara tersenyum, “Bukannya Kamu bilang Kita ini teman? Kamu suka sama Rangga kan?”

“Gimana kamu bisa tahu?” Fiolina keheranan dengan tebakan jitu Almara.

“Hmm ... feeling?”

Kali ini Fiolina yang tersenyum, “Apa terlihat jelas? Ya, Kamu benar. Aku memang suka sama dia. Mungkin, Aku cinta sama dia. Tapi, perasaanku bertepuk sebelah tangan.”

Fiolina tertunduk lagi, wajahnya murung.

“Apa Rangga itu bodoh? Gimana mungkin dia gak suka sama perempuan secantik Kamu?”

Fiolina hanya terdiam dan memperlihatkan wajah kecewa. Almara berpikir sejenak lalu berkata, “Hmm ... Apa Kamu benar – benar menginginkan Rangga? Bagaimana kalau Aku bantu Kamu untuk mendapatkan Rangga?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status