Home / Romansa / Dia Pemilik Hatiku / 10. Apa Kamu Menginginkan Rangga ?

Share

10. Apa Kamu Menginginkan Rangga ?

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2022-03-18 18:00:44

“Halo,” ucap Rangga dari dalam ponsel.

“Ya?” jawab Almara singkat.

“Halo, teman saya pemilik HP ini, boleh tahu posisi Anda sekarang di mana? Saya akan beri imbalan yang lebih mahal dari HP ini kalau Anda bersedia mengembalikan kepada Kami,” ujar Rangga.

Almara terkesan, ternyata Rangga cukup royal jika menyangkut urusan Fiolina. “Tidak perlu. Saya akan kembalikan. Sekarang Saya ada di rooftop Hotel El Grande.”

“Oh disana ternyata, Oke Saya naik ke atas sekarang ya. Saya sekarang di lobby hotel,” Rangga menaiki lift menuju rofftop.

Almara tidak ingin bertemu Rangga, oleh karena itu dia meminta Yoan untuk mengembalikan ponsel itu kepada Rangga. Sementara Almara bersembunyi di lokasi yang tidak terlihat. Yoan dengan senang hati menggantikan Almara bertemu dengan Si Tampan Rangga.

Namun saat Almara bersembunyi, sebuah tangan menepuk bahunya,”Almara? Almara kan?” Fiolina menyapa Almara dengan wajah terkejut.

Almara yang juga terkejut hanya bisa mengangguk dan balas tersenyum.

“Gak nyangka ya Kita bisa ketemu lagi. Kamu lagi apa di sini?” tanya Fiolina.

“Eh, Saya lagi ambil beberapa gambar untuk produk klien,” terang Almara.

“Oh ya? Kamu buka jasa fotografi?”

“Bukan Saya sih, temen Saya, Saya cuma bantu. Kebetulan Kami satu kampus dan sama – sama jadi pekerja lepas untuk proyek promosi visual. Jadi kadang kami saling bantu.”

“Oh gitu, teman kamu sekarang di mana?”

“Oh hmm... itu, dia lagi kembalikan HP seseorang yang ketinggalan,” Almara menunjuk ke arah Yoan.

“Oh jadi temen Kamu yang nemuin HP Aku ya? Itu kan Rangga, kamu inget kan? Yang katamu mirip dengan kenalanmu,” Fiolina menerangkan dengan wajah polos.

“Iya, inget kok,” Almara mengangguk.

“Oh ya, kebetulan Aku mau mulai bisnis dengan temanku. Dia seorang fashion designer. Kami mau meluncurkan sebuah brand fashion. Karena Kamu dan temanmu melayani jasa fotografi dan promosi visual, kenapa gak Kita coba kerjasama saja? Ada portofolio kan? Siapa tahu temanku suka dan dia setuju untuk pakai jasa kalian?”

“Eh iya, ada kok, Kami punya portofolio,” jawab Almara.

Fiolina mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada Almara,”Kamu bisa hubungi Aku di nomor ini. Aku bisa minta kartu namamu juga kah?”

“Iya Bisa,” Almara juga menyerahkan kartu namanya.

Nice, nanti tolong Kamu kirim portofolio Kalian ke emailku ya. Kalau temenku suka, Aku akan hubungi Kamu lagi.”

“Oke.”

...

Empat hari kemudian, Almara mendapat pesan dari Fiolina bahwa temannya setuju untuk menggunakan jasa Yoan dan Almara untuk pemotretan produk baru mereka yang akan diluncurkan.

Yoan tidak bisa menemani Almara karena ada jadwal kuliah, jadi Almara menemui Fiolina seorang diri. Mereka berjanji bertemu di sebuah cafe. Sesampainya di lokasi, Almara mendapati Fiolina juga seorang diri tanpa temannya. Namun saat hendak menyapa, Almara melihat Fiolina seperti sedang menangis.

Saat Fiolina melihat Almara, dia cepat – cepat menghapus air matanya dan mengubah wajahnya menjadi lebih ceria. “Hai, Almara. Maaf ya temenku gak bisa datang hari ini. Jadi meeting kali ini cuma sama Aku aja.”

“Iya gak papa kok, temen Saya juga gak bisa,”

“It’s okay. O ya mungkin kamu bisa lebih santai aja kalau ngomong sama Aku.Yah, walaupun Kita baru kenal dan hubungan Kita sebatas urusan bisnis, Aku berharap Kita bisa jadi teman. Kamu mau kan jadi teman Aku?”

“Kamu beneran mau berteman sama Aku?” Almara memastikan kembali pernyataan Fiolina sebelumnya.

“Tentu,” Fiolina mengangguk dengan penuh semangat.

Almara terkesan, sejak awal Fiolina tidak pernah bersikap sombong di depannya. Padahal dia adalah seorang model terkenal dan Almara bukan siapa – siapa.

“Kalau begitu ayo kita berteman,”

“Asiik... Aku seneng deh bisa dapat temen di sini. Aku gak punya banyak temen dari kecil. Dan Aku menghabiskan sebagian besar waktuku di luar negeri. Jadi Aku gak punya temen perempuan di sini. Satu – satunya temenku cuma Rangga. Dia sahabat aku sejak kecil. Sayangnya ... “ Fiolina tertunduk dan tidak melanjutkan ceritanya.

“Sayangnya kenapa?” selidik Almara.

“Eh gak deh, nanti malah jadi curhat,”

Almara tersenyum, “Bukannya Kamu bilang Kita ini teman? Kamu suka sama Rangga kan?”

“Gimana kamu bisa tahu?” Fiolina keheranan dengan tebakan jitu Almara.

“Hmm ... feeling?”

Kali ini Fiolina yang tersenyum, “Apa terlihat jelas? Ya, Kamu benar. Aku memang suka sama dia. Mungkin, Aku cinta sama dia. Tapi, perasaanku bertepuk sebelah tangan.”

Fiolina tertunduk lagi, wajahnya murung.

“Apa Rangga itu bodoh? Gimana mungkin dia gak suka sama perempuan secantik Kamu?”

Fiolina hanya terdiam dan memperlihatkan wajah kecewa. Almara berpikir sejenak lalu berkata, “Hmm ... Apa Kamu benar – benar menginginkan Rangga? Bagaimana kalau Aku bantu Kamu untuk mendapatkan Rangga?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dia Pemilik Hatiku   83. Epilog

    “Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri

  • Dia Pemilik Hatiku   82. Lagi – lagi Pie

    Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga

  • Dia Pemilik Hatiku   81. Ardiandra Rama Adiputra

    “Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks

  • Dia Pemilik Hatiku   80. Kisah Kamila dan Kinanti

    Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s

  • Dia Pemilik Hatiku   79. Sepotong Memory

    Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu

  • Dia Pemilik Hatiku   78. Persidangan 4

    Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status