Beranda / Romansa / Dia Pemilik Hatiku / 9. Pertemuan Kedua

Share

9. Pertemuan Kedua

Penulis: Lisandi Noera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-17 17:51:01

Jantung Almara mencelos. Dalam waktu sepersekian detik, Almara berhasil sembunyi di titik yang tidak dapat dilihat oleh Rangga dan Fiolina Chow.

Almara ingin pergi, namun hatinya ingin dia tetap di sana.

“Please Fio, stop,” Rangga menjauhkan tubuh Fiolina Chow dari dirinya.

“Maaf,” Fiolina terdiam untuk sesaat. “Rangga, apa ada seorang wanita yang saat ini kamu suka?”

Rangga menggeleng.

“Lalu kenapa gak kita coba ...” Belum tuntas Fiolina bicara, Rangga sudah menyela kalimatnya.

“Fio, Aku kan pernah bilang sama Kamu, bagiku Kamu adalah adikku. Cuma itu perasaan yang Aku punya untuk Kamu,” terang Rangga.

Fiolina tersenyum, “Apa Aku sama sekali gak punya harapan?”

Rangga menyentuh kedua bahu Fiolina lalu berkata,”Jangan menaruh harapan apapun untukku, lebih baik kamu jaga hatimu dari rasa sakit.”

Air mata mulai menggenang di sudut mata Fiolina.

“Kamu pantas bersama laki – laki yang memberikan seluruh hatinya buat kamu. Kamu pantas untuk dicintai. Sedangkan Aku ...” Rangga terdiam sesaat lalu melanjutkan, “Aku gak tahu apa Aku bisa jatuh cinta lagi.”

‘Seandainya aku hanya mendapat separuh hati Kamu, it’s okay asalkan Aku bisa hidup bersama Kamu, Rangga,’ ucap Fiolina dalam hatinya.

“Kamu gak ada rencana untuk menikah?” tanya Fiolina.

“Untuk saat ini belum. Tapi mungkin nanti aku akan menikah. Walaupun usiaku udah hampir 30 tahun, Aku gak akan terburu – buru untuk menikah. Karena Aku hanya akan menikah dengan wanita yang sangat Aku cintai. Kalau Aku cuma sedikit tertarik dengannya, Aku gak akan nikahi dia sampai aku benar – benar yakin bahwa hatiku benar – benar mencintainya.”

Fiolina tertunduk, mengapa sangat sulit mendapatkan hati lelaki di hadapannya ini, pikirnya.

Sedangkan Almara merasakan ada sebuah kekuatan yang meremas hatinya. Satu sisi dia merasakan kehangatan, ternyata selama ini, dia sangat dicintai oleh suaminya,

Namun di sisi lain dia merasakan kegetiran. Jika Rangga menikahinya, itu berarti dirinya adalah seseorang yang benar – benar memiliki seluruh hati Rangga. Namun lihat apa yang dirinya lakukan sekarang. Tidak hanya hatinya, perbuatannya pun juga telah mengkhianati Rangga.

Dalam hati, Almara merasa simpati untuk Fiolina, namun juga kepada Rangga.

“Kamu antar aku pulang?” Suara Fiolina mendadak berubah ceria.

“Pasti, Yuk!” Rangga dan Fiolina berjalan pergi meninggalkan lorong hotel.

Almara pun menuju ke lobby hotel lalu memesan taksi online. Di dalam mobil, Almara terus memikirkan kejadian malam ini. Apa yang dia alami, saksikan, dan dengar malam ini semuanya di luar dugaan. Namun Almara memilih untuk melupakannya. Dia hanya berniat untuk menjalankan rencananya. Bagaimanapun, kembalinya dia ke masa lalu tidak boleh sia – sia.

...

Beberapa hari berlalu begitu saja. Hubungan Almara dan Ardan berjalan baik. Bahkan, Melissa beberapa kali mengajak Almara untuk berbelanja di Mall ataupun menjalani perawatan di salon. Namun karena kesibukan Almara, mereka belum sempat merealisasikannya.

Ketika Almara hendak ke kantin di sela waktu kuliahnya, Almara mendapat pesan dari Yoan.

[Al, mau bantu Aku ambil foto produk klien gak nanti sore ? Please, Aku bagi 30% dari fee nya deh]

Almara menghela nafas. Dia dan Yoan sama – sama pekerja keras. Semenjak kuliah memang mereka sudah menjadi pekerja lepas untuk beberapa proyek marketing yang membutuhkan materi visual.

Yoan selalu membantu Almara, karena itu Almara juga senang membantu Yoan.            

[Dimana ?] Almara membalas pesan Yoan.

[Di Hotel El Grande. Bisa kah ?] balas Yoan.

[Bisa bos]

...

Di Hotel El Grande.

“Dimana lokasi shoot-nya?” tanya Almara kepada Yoan.

“Di kolam renang. Yuk kita ke atas!” Yoan memandu Almara menuju ke rooftop hotel yang juga terdapat kolam renangnya.

“Keren kan view-nya? Kapan – kapan kita renang disini yuk!” Yoan dengan semangat mengeluarkan kamera dan beberapa properti fotonya.

“Rangga!” Terdengar suara wanita yang cukup familiar bagi Almara. Benar saja ternyata itu adalah Fiolina Chow.

Fiolina memanggil Rangga sambil melambaikan dua gelas jus buah. Almara mengikuti arah pandangan Fiolina dan mendapati Rangga yang baru saja keluar dari kolam renang.

‘Duh kenapa ketemu mereka berdua lagi sih,’ gerutu Almara dalam hati.

Almara memandang Rangga. Rangga bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana renang yang menurut Almara terlalu ketat untuk digunakan di tempat umum.

Rangga berjalan menuju Fiolina Chow. Almara masih memandanginya. Entah kenapa Almara merasa tubuh Rangga begitu menggoda. Postur badannya yang ideal, cukup berotot, dan basah. Almara tentu familiar dengan tubuh itu, tubuh yang biasanya menyentuh tubuhnya. Almara tidak mau memalingkan pandangannya sekalipun dia sudah hafal dengan lekukan tubuh Rangga, gerakannya, bahkan ... desahannya.

“WOY!” Teriakan Yoan mengagetkan Almara. Almara menggeleng – gelengkan kepalanya seperti baru sadar dari keadaan mabuk.

“Ngelihatin apa sih? Wow...tajam juga mata kamu Al, bisa nemu cowok ganteng, seksi lagi,” Yoan mengikuti arah pandang Almara dan juga ikut memandangi Rangga.

“Apaan sih yuk fokus. Mata keranjang banget sih Kamu, ijo tau gak mata Kamu kalau lihat cowok ganteng,” kritik Almara untuk Yoan.

“Yah, ini nih, maling teriak maling. Jelas – jelas matamu lebih ijo Say barusan. Gak ngerasa tadi Kamu sampai nelen ludah ? Tapi gak papa lah, kita kan cewek normal,” Yoan terkikik.

Almara tidak bisa berkata- kata.

Almara dan Yoan mulai mengerjakan tugas mereka mengambil gambar untuk konten visual yang akan mereka garap. Sesekali Almara melirik ke arah Rangga dan Fiolina Chow. Memang benar kata orang – orang, Rangga dan Fiolina bisa jadi pasangan yang sangat serasi. Melihat mereka berdua berbicara dengan akrab dan sesekali saling mencubit membuat Almara merasa sebal.

‘Dasar Rangga munafik! Mana mungkin dia gak tertarik sama sekali dengan Fiolina Chow yang cantik dan seksi? Mereka seperti pasangan dari surga, kenapa gak menikah aja sih?’ ucap Almara dalam hatinya.

Setelah hampir 2 jam, Rangga dan Fiolina akhirnya meninggalkan rooftop. Almara dan Yoan pun sudah hampir selesai. Sesi foto terakhir berdekatan dengan tempat yang tadinya Rangga dan Fiolina duduki. Almara berpikir untunglah mereka berdua sudah pergi saat dia harus bekerja di posisi ini.

Saat Almara dan Yoan membereskan perlengkapan mereka, Almara mendengar suara ponsel berdering namun bukan dari ponselnya ataupun ponsel Yoan.

Yoan juga mendengar dering ponsel itu dan mereka berdua mencari – cari dari mana asal suara tersebut. Almara akhirnya menemukan ponsel tersebut. Ponsel itu ada di tempat yang tadinya diduduki Fiolina Chow.

Almara membalik ponsel untuk melihat nama penelepon. Ternyata tertulis nama Rangga dengan gambar hati di belakangnya. Benar saja, ponsel ini pasti milik Fiolina Chow.

Almara ingin meminta Yoan saja yang mengangkat panggilan itu namun Yoan malah menghilang entah kemana. Akhirnya Almara memberanikan diri mengangkat panggilan dari Rangga, “Halo?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dia Pemilik Hatiku   83. Epilog

    “Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri

  • Dia Pemilik Hatiku   82. Lagi – lagi Pie

    Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga

  • Dia Pemilik Hatiku   81. Ardiandra Rama Adiputra

    “Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks

  • Dia Pemilik Hatiku   80. Kisah Kamila dan Kinanti

    Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s

  • Dia Pemilik Hatiku   79. Sepotong Memory

    Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu

  • Dia Pemilik Hatiku   78. Persidangan 4

    Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status