Share

13. ANDINI: Kebencian

Pagi akhirnya tiba. Begitu membuka mata, aku langsung meraba nakas untuk memeriksa ponsel. Namun, harapan hanya tinggal harapan. Pesan yang kukirim ke Andina tetap tidak dibalas. Centang satu, pula. Aku menghela napas, meletakkan benda pipih itu dan bersegera salat Subuh saat mendengar azan berkumandang.

Usai salat, aku menuju dapur. Daripada kepikiran mengenai pekerjaan yang kemungkinan harus kutinggalkan jika memang Andina nekat tidak pulang, lebih baik aku memasakkan Mama sesuatu. Kudengar, Papa mempekerjakan pembantu, tapi baru datang siang hari. Pagi-pagi Papa tidak terbiasa sarapan, jadi pembantu itu hanya memasak untuk makan malam dan membersihkan rumah saja. Tidak terbayang seperti apa asupan gizi Papa dan Andina selama ini. Makan di luar terus, tentu tidak bisa mengatur seberapa banyak kandungan protein, vitamin, dan karbo yang ada di situ. Apalagi kalau makanan siap saji.

Meski hanya disiapkan untuk memasak makan malam, tapi kulkas di dapur penuh dengan bah

Niswahikmah

Selamat membaca!

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status