"Tidak perlu panjang lebar, kita bertindak seperti biasanya saja, yang penting saya sudah melaporkan keadaan dan kendala yang terjadi pada proyek di sana, dan saya akan segera mengurusnya. Seperti biasanya, kalian terima beres saja." Satria tetap tidak mengijinkan Rio yang pergi untuk mengecek proye
"Berapa lama Kakak akan berada di sana?" tanya Dio saat melihat Rio merapikan meja kerjanya. "Belum tahu, karena kakak juga belum tahu pasti masalahnya terletak dimana." "Kak Rio nekat, belum tahu masalahnya tetapi berani melawan Om Satria." "Untuk maju kita harus berani ambil risiko, jangan pern
Nadia membantu Rio menata beberapa pakaian dan barang-barang keperluan yang akan di bawa Rio ke Semarang. Meskipun ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Rio meninggalkan rumah, tetapi sebagai seorang ibu, Nadia tampak berat untuk melepas kepergian putra sulungnya tersebut. "Jaga pola makan! Jangan
Untuk mempersingkat waktu, Rio ke Semarang dengan menggunakan pesawat terbang. Setelah mengantar putra sulung ke bandara Nadia dan Gio langsung balik lagi ke rumah mereka. Di ruang keluarga tampak Ari Nugraha, Hanna dan juga Alta sudah berada di sana. Sejak menyelesaikan masa rehabilitasinya Alta
Bukan bermaksud lancang atau tidak sopan kepada Gio, Alta membalas tatapan mata sosok yang juga dia panggil papa itu, Alta tampak ragu untuk menjelaskan tentang temannya yang sekarang sedang menjadi rekan kerjanya, karena mereka bertemu dan berkenalan saat sama-sama sedang menjalani masa rehabilitas
Bersama dengan beberapa arsitek senior, Dio ikut merancang gambar proyek terbaru yang akan di garap oleh Oetama Corporation. Banyak pengalaman yang dia dapatkan di sana, bukan hanya dalam bidang arsitekstur, tetapi karena berkumpul dengan orang-orang yang usianya di atasnya, bahkan beberapa di antar
"Aku kira kau tidak akan datang, karena encokmu kumat," sindir Noorma terdengar sangat sinis saat melihat Permadi sudah berada di hadapannya. Wanita yang biasanya berperangi lembut itu kini seperti sedang menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ibu kandung Nadia itu sepertinya sudah menyimpan amarah be
"Bapak minta maaf!" lirih suara Permadi memohon kepada Nadia, satu-satunya putri yang masih dia miliki. "Semua sudah berlalu, Pak! Tidak perlu diingat lagi." Nadia menatap sendu ke arah Permadi, ayahnya kini yang sudah tak muda lagi, tubuhnya sudah terlihat semakin renta dan kerutan di wajahnya pun