Share

Part 1

Suasana yang ricuh layaknya pasar yang sangat ramai, mungkin begitulah suasana kelas X IPS 2 saat jam kosong. Para siswa duduk di pojok belakang memainkan HP dengan posisi miring, ada juga yang selonjoran di lantai, atau asyik membicarakan orang ala ibu-ibu kompleks bagi yang siswi.

Namun, itu tak berlaku untuk gadis yang satu ini. Gadis yang sibuk dengan novel yang dibacanya.

"Eriska!"

Mendengar namanya dipanggil, sontak gadis yang memiliki mata hazel itu mendongak menatap seseorang yang memanggilnya dengan teriakan tadi.

"Ck, balikin novel gue!" decak Eriska saat novel yang dia baca direbut paksa oleh seseorang yang tak lain adalah temannya.

Gadis pemilik nama lengkap Eriska Anindya, cewek dengan rambut hitam legam sebahu dan iris mata hazel yang terkenal cantik dan juga pintar itu hanya bisa menahan kekesalannya karena ada yang mengganggunya saat membaca novel.

"Dari tadi lo baca novel mulu," dumel temannya yang bernama Nanda Maulida, si gadis tomboi.

Eriska yang mendengar gerutuan temannya hanya bisa menghela napas pasrah, bukan sekali-dua kali dia mendapati gerutuan teman-temannya.

"Emang pada bahas apaan?" tanya Eriska akhirnya.

"Ini nih. Makanya dengerin kita ngomong!" sarkas teman Eriska lainnya yang bernama Erna Cahyani, gadis yang dari awal masa perkenalan sekolah sudah mengikutinya.

"Tinggal ulang lagi," ucap Eriska santai.

"Eriska! Lo, itu ... Ah, taulah, kesel gue!" decak gadis bernama Sasa yang tak lain teman Eriska di tempat kostnya, yang saat ini sudah memasang wajah ingin memakan orang.

"Untung lo pinter, kalo nggak, udah gue lempar lo dari lantai tiga," ucap Sasa.

Saat ini, Eriska bersekolah di salah satu SMA favorit yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya, yang tak lain adalah SMA Nusa Pertiwi, salah satu SMA terbaik yang selalu diidam-idamkan oleh banyak pelajar. Bangunan yang mempunyai desain huruf L dengan bagian tengah lapangan basket outdoor yang di kelilingi pepohonan di setiap sudutnya. Sekolah ini memiliki tiga lantai, dengan lantai dasar terdiri dari ruangan-ruangan penting, seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, aula dan ruangan lainnya, sedangkan untuk lantai dua khusus kelas IPA. Sama halnya dengan lantai tiga, yang dihuni para manusia yang terkenal akan slogan Solidaritas Tanpa Batas, siapa lagi kalau bukan anak-anak IPS.

Mari kita kembali lagi ke Eriska dan teman-temannya.

"Jadi nggak sih?" dumel Eriska dengan malas.

"Weits, sabar," jawab Erna, "Gini, gue punya berita hot, aktual dan terpercaya." Erna berbicara dengan sedikit mendramatisir.

"Apaan?" tanya Sasa.

"Kalian pada tau kagak?" tanya Erna balik.

Beberapa orang yang sudah malas dengan kelakuan Erna hanya memutar bola mata malas dan berdecak sebal.

"Oke-oke, dengerin baik-baik ...." Erna terlebih dahulu mengatur napasnya sebelum mulai bercerita.

Namun, berbeda dengan Eriska, dia justru kembali berkutat dengan novel yang sudah berhasil dia ambil dari temannya tadi. Dia sudah tak lagi menghiraukan panggilan ataupun teriakan teman-temannya yang memanggil namanya karena tak jadi ikut membicarakan orang. Sekarang dia lebih asyik dengan dunianya sendiri yaitu membaca novel dan mendengarkan lagu dari earphone yang tersambung di handphone miliknya.

***

Kring!

Suara bel istirahat yang berbunyi bagaikan air di tengah gurun pasir, membuat semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin. Sama halnya dengan Eriska dan ketiga temannya yang sekarang tengah berjalan santai menuju arah kantin yang terletak di lantai bawah. Sungguh, keadaan yang membuat para penghuni sekolah berdecak malas karena harus melewati banyak anak tangga hanya untuk sampai ke kantin, karena memang lantai dua dan tiga hanya dikhususkan untuk kelas saja.

"Nanda, mau malam mingguan sama gue nggak?"

"Gebetan gue subhanallah."

"Eriska senyum dong biar tambah cantik."

"Erna, liat sini dong."

"Sasa, manis banget sih"

"Eriska mau jadi pacar gue nggak?"

"Minta id line-nya dong, Cantik."

Itu hanyalah sebagian kecil ucapan yang sering Eriska dan ketiga temannya dengar jika sedang berada di luar kelas. Bukan hanya itu saja, lontaran hujatan juga sering kali mereka dapatkan, bahkan ada yang dengan terang-terangan menghujat mereka.

Apalagi jika menilik lebih dalam, keempat gadis tersebut merupakan siswi populer sejak pertama kali menginjakkan kaki di SMA Nusa Pertiwi karena kecantikannya. Tak hanya itu saja, mereka juga terkenal karena segudang prestasi yang telah mereka torehkan untuk membanggakan SMA tercinta walaupun belum genap satu semester mereka bersekolah.

Nanda Maulida, si gadis tomboi yang tak lain adalah atlet pencak silat, sudah banyak sekali memborong medali dan piala dari berbagai kejuaraan sejak masih duduk di bangku SMP.

Erna Cahyani, gadis yang terkenal dengan julukan playgirl, bahkan belum genap satu semester sudah mempunyai banyak sekali mantan yang tersebar dari berbagai kelas, tetapi jangan lupakan fakta bahwa dia adalah anak emas dari ekstrakurikuler teater.

Salsabila, gadis yang kerap disapa Sasa itu populer karena predikatnya sebagai seorang badgirl. Bahkan sudah tak bisa dihitung lagi berapa kali dia keluar masuk ruang BK.

Jangan lupakan satu gadis lagi yang tak lain adalah gadis pemilik iris mata hazel yang kerap kali dipanggil Eriska. Sang pemeran utama kita yang merupakan anak emas dari SMA Nusa Pertiwi karena prestasinya di bidang akademik, sang anak olimpiade Sosiologi.

Mereka berempat tak pernah ambil pusing berbagai macam hujatan yang selalu terarah kepada keempatnya. Apalagi Eriska, dia orang paling cuek diantara keempatnya. Tak pernah mau mengurusi segala hal yang menurutnya tak penting, karena hidupnya hanya seputar olimpiade. Toh, mereka tidak tahu seperti apa kita yang sebenarnya, sekalipun dia orang yang paling sering dapat hujatan dan cibiran yang menyakitkan.

Saat memasuki area kantin, hal pertama yang menjadi pemandangan adalah para siswa-siswi yang mengantre ke para penjual makanan.

"Rame bener," cibir Sasa yang mendapati suasana kantin yang begitu ramai.

"Dalem atau luar, nih?" tanya Erna pada ketiga temannya. Kantin ini sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu indoor dan outdoor.

"Gimana, Er?" tanya Nanda pada Eriska.

Gadis yang saat ini masih menyumpal telinganya dengan earphone itu hanya diam memperhatikan suasana kantin yang sangat riuh sebelum akhirnya dia bersuara, " Dalem aja."

"Biar gue yang pesen makan," tawar Erna diangguki teman-temannya kecuali Eriska yang kini sudah menatap Erna.

"Sendiri?" tanya Eriska singkat.

"Lo kayak nggak tau temen lo satu itu," jawab Nanda, dan Eriska hanya membalasnya dengan anggukan kepala.

"Oke, jadi pada mau pesen apa?" tanya Erna pada ketiga temannya.

"Gue batagor sama jus alpukat," ucap Sasa.

"Siomay sama lemon tea," imbuh Eriska.

"Cuma siomay?" tanya Nanda balik pada sahabatnya itu.

Eriska hanya menganggukkan kepala singkat dengan gumaman tak jelas. Nanda yang mendapati respons Eriska yang sebatas itu saja hanya menghela napas panjang.

"Gue nasi goreng, minumnya samain sama lo, aja," tambah Nanda yang dibalas anggukan kepala oleh Erna.

Setelah mengetahui pesanan teman-temannya, Erna segera berlalu pergi menuju stand penjual makanan pesanan ketiga temannya itu, sedang Eriska mulai melangkah untuk ke dalam kantin dan mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang masih kosong.

***

Tidak butuh waktu lama. Kini, Erna sudah datang dengan diikuti dua siswa di belakangnya.

"Nih guys, silahkan dimakan," ujar Erna begitu sampai di meja tempat teman-temannya duduk.

"Thank's," balas ketiganya.

"Kali ini, apalagi yang lo janjiin?"

Erna hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan Sasa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status