Share

Chapter 3 • Ken

"Thanks, ya." ucap Lea sambil menyerahkan helm pada Argan.

Setelah menaruh helm ke atas tangki motor di depannya, Argan menyerahkan kantung belanjaan ke sang pemilik.

"Jangan ngebut! Ntar kena tilang lagi tau rasa lo!" tukas Lea begitu Argan bersiap untuk menyalakan mesin.

Argan hanya berdehem malas.

Ya, tadi mereka memang kena tilang. Lea yang teriak heboh minta turun kala motor masih melaju di tambah Argan yang kebablasan memacu motornya dengan cepat hingga tidak melihat jika di jalan depan sedang ada patroli lalu-lintas.

Dan yang lebih membuat malu adalah mereka sempat di kejar polisi karena Argan tidak juga mengentikan motor ketika polisi memberi petingatan.

"Bro, tolonglah jangan di ulangi lagi. Itu pacarmu sampai pucat ketakutan begitu kamu bonceng," celetuk salah satu polisi ketika Argan sedang melakukan pembayaran denda.

Argan yang tadinya sedang membuka m-banking pun akhirnya menoleh ke arah Lea yang sekarang sedang menatapnya datar. Argan kembali menarih atensi pada layar ponselnya, tidak ambil pusing Lea.

Setelah beberapa petuah yang Argan dan Lea dapatkan dan tentu saja denda pelanggaran yang tidak sedikit akhirnya mereka di perbolehkan melanjutkan perjalanan.

BRUM!! BRUM!!

Mendengar suara gas di tarik, Lea kembali menfokuskan perhatian ke Argan yang sudah kembali bersiap untuk pergi.

"Hati-hati!" pesan Lea yang tentu tidak di hiraukan oleh Argan. Laki-laki itu tanpa menoleh langsung menancap gas dan meninggalkan lobby.

Lea yang melihat kelakuan Argan hanya bisa mengelus dada.

"Dasar bebal," gerutunya.

Dengan susah payah Lea akhirnya melangkahkan kaki menuju lift yang akan mengantarkannya ke lantai tempat Ken tinggal.

•••

"Tadi padahal aku udah nelfon kamu, lho. Tapi kayaknya hape kamu mati,"

"Aku tidur. Kamu kesini naik apa?" Tanya Keanu atau yang biasa di sapa Ken itu sambil menggingit buah apel yang baru dia ambil dari dalam kulkas. Lea yang sedang memotong sayuran menoleh sebentar,

"Taksi," bohong Lea.

Tentu Lea tidak akan jujur mengenai hal ini. Jika dia berkata yang sebenarnya, itu pasti akan memunculkan sisi posesif dari seorang Keanu. Lea sangat menghindari itu. Karena jika itu terjadi, Lea tidak tahu entah bagian tubuhnya mana lagi yang akan menjadi sasaran kekesalan Ken.

Tunggu! Sebenarnya Ken sangatlah baik. Dia akan bersikap layaknya pacar idaman jika Lea tidak melanggar apa yang laki-laki itu peringatkan. Tanpa di minta, Ken sering melakukan hal kecil yang menurut Lea sangat manis. Apalagi di tambah wajah mulus disertai lesung pipi yang terkadang membuat para wanita insecure.

Hanya saja sikap posesif  Ken yang berlebihan dan ringan tangan jika sedang emosi terkadang membuat Lea takut. Awalnya Ken tidaklah seperti sekarang. Di awal pacaran, Ken adalah laki-laki lembut dan penyayang. Namun sejak memasuki bulan ke sepuluh, Ken mulai berubah.

Setelah bulan itu hingga kini, terhitung Ken sudah empat kali menamparnya karena laki-laki itu melihat Lea yang menurutnya terlalu dekat dalam bergaul dengan lawan jenis. Padahal Lea sendiri merasa bahwa dia sama sekali tidak bersikap berlebihan dengan laki-laki lain.

Tapi tolong di ingat, dalam peraturan Ken; mengobrol, saling sentuh walau tidak sengaja, dan saling pandang walau sebentar dengan laki-laki sudah merupakan interaksi berlebihan.

Kembali ke perubahan Ken, kemudian sudah berkali-kali pergelangan tangan Lea memerah dan hampir membengkak karena tarikan kuat Ken saat laki-laki itu emosi dan melampiaskan kekesalannya pada Lea. Saat marah, Ken biasa mencengkram pergelangan tangan Lea kuat sampai emosinya berangsur stabil tanpa memperdulikan Lea yang bahkan sudah hampir menangis kesakitan karenanya.

Apakah kedua sahabatnya tahu tentang perlakuan Ken?

Selain sikap posesif melalui kata-kata dan telfon, jawabannya adalah tidak. Tita dan Riri tidak pernah tahu bahwa Ken bisa bermain tangan. Lea tidak ingin sahabatnya itu khawatir terhadapnya. Lea merasa ini adalah urusan pribadinya yang masih bisa dia tangani sendiri.

Berkali-kali Lea mencoba lepas dari Ken tapi selalu gagal. Ken tidak mau melepaskannya. Segala usaha sudah Lea lakukan, namun Ken seperti memiliki cctv dimana-mana. Jadi kemanapun Lea melarikan diri Ken selalu bisa menemukan dan menariknya untuk kembali. Dan karena Lea merasa tidak akan berhasil, dia pun akhirnya menyerah dan mencoba untuk menjalaninya.

By the way, jika lo bisa melupakan emosi Ken yang menggebu dan fokus pada Ken yang berlaku manis jika saja lo tidak memancing emosinya, maka Ken termasuk laki-laki yang sangat baik sebagai seorang pacar. Itu adalah kata-kata yang Lea lontarkan pada dirinya sendiri setiap kali Ken selesai membuat dirinya kesakitan.

Dan berpegang pada fakta itu, sekali lagi Lea pikir dia masih mampu untuk menerima kekurangan kekasihnya itu.

Lamunan Lea terhenti ketika ada lengan yang melingkar di perutnya, "Mau masak apa?"

"Aku mau masak cream soup. Kamu mau request atau apa gitu?"

Ken meletakan kepalanya di ceruk leher Lea, mengendus pelan.

"Ikut kamu aja," jawab Ken sambil mengeratkan pelukannya.

"Ya udah, lepas dulu dong. Aku susah geraknya kalau begini." Lea mengurai pelukan Ken di pinggangnya.

Ken menang melepas pelukannya, namun sedetik kemudia dia membalik badan Lea untuk menghadapnya. Laki-laki itu mengerucutkan bibirnya minta di kecup.

Lea yang melihat hal itu terkekeh gemas sebelum kemudian mengecup sekilas bibir penuh kekasihnya itu.

Lea menepuk pelan pipi Ken, "Dah, sana kekamar aja. Nanti kalau udah matang aku panggil,"

Ken tersenyum. Laki-laki itu mencuri satu kecupan lagi dari Lea sebelum melarikan diri ke kamarnya. Lea hanya menggeleng menatap kepergian Ken.

•••

Lea memasuki area kampus dengan tangan yang di genggam oleh Ken. Setelah tiga hari Ken tidak masuk perkuliahan karena ada urusan keluarga, akhirnya sekarang mereka bisa melakukan rutinitas seperti sebelumnya. Berangkat bersama, duduk bersama, dan pulang pun bersama.

Duduk bersama? Ya ya ya, mereka memang satu kelas.

"WOI!" Suara dari belakang mengejutkan keduanya.

Sontak Lea dan Ken menoleh secara bersamaan, Riri ternyata.

"Cie yang pujaan hatinya udah balik," goda Riri sambil menggamit lengan Lea dan ikut berjalan bersisian.

Lea memutar bola mata malas, "Apaan banget sih,"

"Asal lo tau Ken, tiga hari lo ngga masuk kelas si Lea udah berasa di tinggal mati. Muka udah di tekuk, kerjannya marah-marah mulu lagi!" Mendengar hal itu Ken terkekeh pelan.

Lea membulatkan matanya, "Gue ngga kayak gitu ya!"

"Iya, lo kayak gitu wlee," ledek Riri.

"Ish, lo---,"

"Sayangku, cintakuuuu!!!" Secara bersamaan Lea, Ken, dan Riri menghentikan langkah dan menoleh ke sumber suara yang cempreng itu.

Terlihat Tita yang berlari sambil berdadah-dadah heboh membuat beberapa orang di sekitar ikut menatap ke arahnya. Namun memang dasarnya Tita tidak tahu malu, jadilah manusia satu itu tetap berlari yang bahkan sekarang sambil meloncat kecil.

"Huh, huh, huh. Capek banget gue," ucap Tita begitu sampai di hadapan temannya itu.

"Lo ngapain sih?" tanya Lea mengerutkan dahi.

"Ih, kok pacar berbie udah balik sih!" seru Tita mengabaikan pertanyaan Lea. Dia memandang Ken dengan pandangan yang pura-pura terkejut.

Sudah bukan rahasia lagi memang kalau Tita memang setidak suka itu dengan Ken. Bahkan Ken sendiri pun sudah beberapa kali terkena sindiran langsungnya Tita. Julid banget memang si Tita.

Riri mencubit paha Tita, "Tita mulutnya!"

Lea memberikan tatapan peringatan, sedangkan Ken yang menjadi bahan sindiran hanya menatap datar sahabat pacarnya itu.

"Aku duluan," kata Ken melepas tautan tangannya dengan Lea.

Lea mengangguk ragu, "O-oke,"

Selepas kepergian Ken, Lea langsung meyerang Tita dengan pukulan membabi buta.

"Tit, sialan banget sih mulut lo!"

"Aw, sinting lo! Aw! Sakit bodoh!" Seru Tita sambil mencoba melindungi diri di belakang tubuh Riri.

Riri yang di pakai sebagai tameng oleh Tita hanya bisa ikut mencoba menghindar dari serangan Lea. Yang salah Tita, tapi yang kena pukulan malah dia. Ck.

"STOOOP!" teriak Riri. Dia sudah tidak tahan dengan situasi ini. Badannya sakit, telinganya pengang.

Setelah Lea menghentikan pukulannya dengan napas menderu. Dia menelan ludahnya, merasa haus setelah teriak-teriak pada Tita tadi.

"Gue ke kelas!" Ujar Riri sambil merapihkan rambutnya. Dia menatap kedua temannya sebal.

"Gue ikut!" Seru Lea dan Tita bersamaan. Mereka saling memandang dengan sengit sebelum saling membuang pandangan.

Riri yang melihat itu hanya menghela napas sebelum kemudian dia langsung berjalan cepat meninggalakan Lea dan Tita di belakang. Riri pusing kalau Lea dan Tita mulai bertengkar. Mereka sudah berteman dari SMA, namun hal-hal kecil masih saja membuat emosi keduanya tersulut.

"Riri!" Seru Lea. Dia buru-buru mengikuti gadis berambut panjang yang sudah melangkah pergi itu dan tak menghiraukan Tita.

Tinggal tersisa Tita yang berjalan mengikuti keduanya dengan bibir yang masih saja menggerutu, "Tit, siilin bingit sih milit li. Makan noh pacar lo. Awas aja dateng ke gue terus nangis-nangis karena pacar berbi itu, gue ketawain lo!"

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status