Beranda / Fantasi / Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat / 1. Manusia Serigala Di Bawah Bulan

Share

Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat
Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat
Penulis: Skyler Artemis

1. Manusia Serigala Di Bawah Bulan

Penulis: Skyler Artemis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-11 12:00:13

“AAAOOOOO…”

Lolongan panjang terdengar di sana. Suaranya melengking dan juga keras, begitu memekakkan telinga serta memecahkan kesunyian di tengah malam. Suara gemerisik dari dahan pohon yang bergoyang ikut terdengar, bau anyir darah yang pekat juga menambah rasa seram dan membuat bulu kuduk siapapun bisa berdiri karena ngeri.

Pemandangan itu mirip seperti pemandangan horor yang mencekam.

“AAHH…. TOLONG…! JANGAN BUNUH DIRIKU…!” Seorang laki-laki yang tubuhnya bersimbah darah memohon untuk tidak dibunuh. Wajah pria itu pucat pasi, darah yang mengucur hebat dari kening membasahi area pipi kanannya. Ia kehilangan banyak darah, akan tetapi karena keinginannya untuk tetap hidup membuat pria itu terus bergerak, menjauh dari bahaya yang ada di depan mata.

Sang pria terus merayap, kaki kanannya yang putus memaksanya untuk bergerak menggunakan kedua tangan. Ia mencoba untuk pergi menjauh, membuat jarak dirinya dengan bahaya yang mengancam itu bertambah jauh. Pergerakan sang pria terbatas, kedua matanya terbelalak lebar, mulutnya yang terbuka dan menutup untuk mendapatkan pasokan oksigen pun kini ikut ternganga.

Seraya merayap mundur dengan kedua sikunya, sang pria beberapa kali menatap ke depan, ke arah monster berambut lebat dan bertubuh tinggi yang tengah membelakangi cahaya rembulan di belakang sana. Monster itu tinggi dan besar —hampir tiga meter tingginya. Kedua telinga besarnya berdiri tegak di atas kepala itu bergerak-gerak sesaat mengamati pergerakan sang pria, lalu mulut di bawah moncong besarnya terbuka lebar, memperlihatkan dua deret gigi bertaring yang sangat mengerikan.

“AAAOOO…!!!” Si manusia serigala menengadahkan kepalanya ke atas. Dia membuka lebar mulutnya, lalu melolong sekeras-kerasnya.

“AAAAOOOOO!!!!”

“AAAOOO…”

“AAAAOOOOO!!!”

Sambutan demi sambutan pun menggelegar di sana. Lolongan dari manusia serigala yang mengarah ke bulan disambut oleh lolongan dari manusia serigala lainnya. Pesta berdarah yang dikuasai oleh kengerian pun dimulai, dan sang pria yang merangkak penuh ketakutan pun menjadi satu-satunya saksi biksu yang masih hidup di tempat itu.

“AAAKKHH!!!” teriak sang pria penuh kesakitan. Ia menurunkan matanya, di sana ia melihat empat cakar besar yang tajam menusuk dadanya dari belakang sampai tembus ke depan. Rasa sakit menghantamnya dengan kekuatan penuh. Kedua matanya terbelalak lebar, dan si pria membawa kedua tangannya yang bergetar untuk menyentuh area luka besar yang ada di dadanya.

Darah segar menyembur hebat dari luka yang menganga di dada. Sang pria juga memuntahkan darah dari mulutnya. Kedua mata pria itu berkunang-kunang sekaligus kabur, dan napas terakhirnya pun menghilang kala cakar tajam yang menusuknya dari belakang ditarik dari tubuhnya. Tidak lama kemudian, manusia serigala yang menyerang pria itu langsung menggigit lehernya, mengoyak daging dan kulit dengan brutal, lalu melahapnya. Begitu rakus. Sangat menakutkan.  

BRUK…

Tubuh itu jatuh menghantam tanah karena tidak ada yang menopangnya, tepat di antara mayat-mayat yang termutilasi dan tergeletak di atas tanah hutan. Manusia serigala yang berjumlah lebih dari sepuluh orang pun menikmati aroma darah dan daging besar dari manusia yang mereka bantai. Mereka kembali melolong ke udara, menyerukan kegembiraan karena ‘pesta’ yang terjadi di sana.

“AAAAOOOOO!!!”

Pemandangan seram itu adalah apa yang Orion lihat ketika ia membuka matanya untuk yang pertama kalinya. Dia berdesis, menahan rasa sakit luar biasa yang dirasakannya. Sebelum Orion bisa mengetahui apa yang terjadi di tempat itu, tubuhnya yang sudah terluka parah kini mulai merasakan lemah dan membuatnya hampir melayang serta kehilangan kesadaran.

Mata Orion menggelap, ia ingin pingsan karena tubuhnya yang kehilangan banyak darah. Akan tetapi, instingnya untuk bertahan hidup yang telah terasah oleh marabahaya pun memaksanya untuk tetap terjaga. Dengan bersusah payah Orion bangkit dari posisi tidurannya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mengedarkan pandangannya untuk melihat ada di mana dirinya berada sekarang ini.

Pepohonan besar tumbuh tinggi menjulang ke atas, dedaunannya yang tumbuh di dahan pohon-pohon itu sangat rindang, menutupi langit di atas sana sampai membuat Orion kesulitan untuk melihat apakah sekarang ini siang atau malam. Di sana Orion melihat ada banyak tubuh manusia tergeletak di atas lantai hutan sampai area altar tempatnya berada. Warna merah darah menjadi warna dominan dan membentuk genangan yang menyeramkan, aroma darah yang anyir mendominasi area itu.

Pemandangan yang tersaji di depan matanya sangat menyeramkan, mampu membuat bulu kuduk orang yang melihatnya berdiri hebat. Sayangnya, ekspresi Orion tidak berubah sedikit pun ketika ia menemukan dirinya berbaring di antara para mayat yang termutilasi. Dia masih tenang, bahkan keningnya juga tidak berkerut ngeri, serta kedua matanya masih mengisyaratkan kekaleman seperti apa yang tersaji di sana bukanlah hal yang menyeramkan.

Dengan tubuh yang telah mencapai batas karena luka parah yang dideritanya, Orion pun beringsut ke samping, menghindari serangan telak yang berasal dari depan. Setelah itu Orion berguling beberapa kali dan kemudian menggunakan satu lutut untuk bertumpu setelah berhenti. Orion melihat seekor manusia serigala yang berbulu lebat rupanya menyadari kalau dirinya tidak mati, sang manusia serigala yang murka itu pun langsung menyerang Orion dengan mengibaskan cakaran tajam tangannya pada pemuda itu. Beruntung sekali Orion yang memiliki insting tajam bisa menghindar, sehingga dia bisa selamat dari serangan tersebut.

“Wow, kalau aku tidak segera menghindar pastinya aku sudah menjadi daging cincang di tanganmu,” ungkap Orion. Lidahnya berdecak kecil, mencemooh sang manusia serigala yang barusan gagal mengeksekusi dirinya. Meskipun tubuhnya begitu lemah, Orion masih memiliki energi untuk mengatakan hal itu.

Tahu kalau Orion tengah mengolok-olok kegagalannya, si manusia serigala yang tubuhnya diselimuti oleh rambut keabu-abuan itu menggeretakkan gigi-gigi besarnya. Ia menggeram. Seraya bertumpu pada kedua lutut besarnya, si manusia serigala pun melompat tinggi. Dia begitu cepat, dua tangannya dengan kuku-kuku tajam mengarah pada Orion, siap mencabik tubuh pemuda itu tanpa ampun.

Kurang dari satu detik kemudian, si manusia serigala sudah berada di atas Orion, dia akan menerkam tubuh ringkih Orion.

Orion meludahkan darah yang menggumpal dalam mulut. Dia mengambil sebuah belati perak dari ruang kosong yang tak kasat mata. Dengan belati perak di tangan, Orion menghalau serangan tajam manusia serigala yang dilayangkan padanya. Meskipun tubuh Orion jauh lebih kecil bila dibandingkan ukuran si manusia serigala, pemuda itu terlihat tidak kesulitan ketika menahan serangan yang diberikan padanya, terutama dengan tubuhnya yang bisa dikatakan tidak fit karena luka berat yang dimilikinya.

Ketika serangan mereka bertemu, Orion tidak membuang banyak waktu untuk mendorong musuhnya menggunakan belati —mengibaskan si manusia serigala darinya.

Detik berikutnya, Orion bergerak begitu cepat dan cekatan. Ia muncul di belakang tubuh besar si manusia serigala lalu menebas leher monster itu menggunakan belati perak di tangannya. Begitu tebasan itu dilayangkan, tubuh dan kepala manusia serigala terpisah. Darah segar dalam jumlah banyak muncrat ke udara, Orion melompat di udara sebelum mendarat beberapa meter dari manusia serigala yang dibunuhnya.

BUAGH…

Suara tubuh besar yang terjatuh terdengar cukup keras. Suara itu dan juga aroma darah yang pekat di udara menarik perhatian manusia serigala lainnya yang ada di tempat itu.

“Grrrr…. AAAAOOOOO!!!” Manusia serigala terdekat dengan tempat Orion bergegas berlari ke arahnya, ia geram karena melihat anggota klannya terbunuh di tangan ‘binatang berkaki dua’ —manusia— rendahan seperti Orion.

Orion melesat ke belakang, ia menghindari serangan yang dilayangkan bertubi-tubi oleh si manusia serigala kedua. Setelah menghindari serangan untuk kedua kalinya, Orion menendang sisi samping tubuh si manusia serigala. Tendangan yang terlihat lemah namun memiliki kekuatan yang besar itu membuat si manusia serigala terpental sejauh empat meter dari Orion.

Pemuda itu menoleh ke samping. Dua manusia serigala lainnya yang bertubuh besar menyerangnya dari dua arah yang berlawanan secara bersamaan. Orion mengendikkan kedua bahu, lalu sosoknya menghilang dari kepungan dua manusia serigala. Orion melesat ke udara, dengan kecepatan yang tinggi dan sukar untuk dilihat oleh mata telanjang, dengan cepat ia kembali memenggal kepala kedua manusia serigala sebelum mendarat di atas dahan pohon yang besar dan kokoh tidak jauh dari sana.

“Monster di sini tidak terlalu kuat, namun anehnya mereka bisa membunuh banyak orang termasuk pemilik tubuh ini,” gumam Orion. Ia melihat ke bawah, matanya yang begitu tenang sibuk mengawasi pergerakan monster yang ada di bawah sana.

“Apa orang-orang yang tinggal di tempat ini sangat lemah?” tanyanya lagi kepada diri sendiri.

Termasuk tiga manusia serigala yang berhasil ia bunuh tadi, Orion menghitung jumlah monster yang ada di tempat ini tidak lebih dari sepuluh banyaknya. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, ia menggunakan persepsi untuk menyembunyikan keberadaannya agar tidak dideteksi oleh kawanan manusia serigala yang ada di bawah sana.

“Open.”

Begitu kalimat itu meluncur dari mulutnya, sebuah layar dengan garis biru di tepiannya muncul di hadapan Orion. Layar virtual itu memiliki nama “System: Infinity Abyss”. Nama itu tidak terdengar asing bagi pemain Infinity Abyss seperti Orion. Hanya mereka yang terhubung dengan sistemnya lah yang bisa melihat layar masing-masing.

“Sistemku anehnya masih bekerja, padahal aku ingat sebelum meninggalkan Paradis aku sudah menghancurkan otak utama dari sistem ini,” gumam Orion kepada dirinya sendiri.

Mata Orion menelisik apa yang terpasang di layar virtual di depannya. Di sana terdapat empat bagian yang bisa diseleksi, mereka adalah: ruang portabel, sistem mall, sistem trading, dan forum.

Dan di bagian paling bawah layar tertera jumlah poin yang Orion miliki adalah 9999999999+, poin itu sama persis dengan jumlah poin yang Orion miliki ketika dia berada di Paradis. Terutama setelah Orion berhasil keluar sebagai pemenang, ia mendapatkan banyak poin tambahan yang kini terakumulasi menjadi satu dengan poin sebelumnya.

Apabila Orion kembali ke Paradis, ia akan menjadi orang terkaya dalam permainan Infinity Abyss dengan jumlah poin sebanyak itu dalam genggamannya. Dan pemain lainnya tentu akan merasa iri dengannya.

“Ada yang berbeda dari sistem ini. Di sini tidak ada informasi umum dan langsung mengarah pada sistem mall,” gumam Orion lagi. Jarinya mengarah pada ruang portabel, di sana terdapat berbagai macam barang serta senjata yang Orion miliki dan tersimpan rapi pada sistem virtual tersebut.

Lalu Orion mengeklik sistem mall di samping ruang portabel. Dalam sistem mall itu Orion melihat ada berbagai macam barang yang dijual di sana, mulai dari barang sederhana seperti makanan, pakaian, sampai mata uang dari berbagai negara yang belum pernah Orion lihat sebelumnya. Di sistem mall juga menjual barang-barang bernilai tinggi seperti ramuan khusus, batu rune, senjata dalam kelas E sampai legendaris dan mistik, serta masih banyak lagi. Asalkan memiliki poin, mereka bisa membeli barang apapun dalam sistem mall.

Beruntungnya semua harga yang tertera pada barang di sistem mall masih berada dalam rentang harga yang bisa Orion beli menggunakan poin.

Orion mengarahkan jarinya pada sistem trading yang ada di bagian paling bawah. Di area sistem trading Orion tidak melihat apapun di sana, layar virtualnya masih bersih dan kosong.

“AAAAOOOOO!!!!” Lolongan super keras dari kawanan manusia serigala kembali terdengar. Suaranya menyebar ke seluruh penjuru area hutan, memaksa perhatian Orion yang ingin melihat area forum pada layar virtual sistemnya untuk kembali mengarah pada kawanan monster tersebut.

“Mempelajari sistem ini bisa dilakukan nanti. Yang terpenting sekarang adalah mengeliminasi monster di tempat ini.”

Tanpa melihat ke arah layar, jari tangan Orion mengarah pada sistem mall dan ia membeli dua botol ramuan penyembuh seharga dua poin per botolnya. Tubuh yang Orion gunakan bukanlah tubuhnya sendiri, dia tidak melihat ada kemampuan regenerasi cepat dalam tubuh ini, sehingga Orion membutuhkan ramuan penyembuh untuk membuat semua luka di tubuhnya sembuh sebelum ia menghadapi sisa monster yang ada di bawah sana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   39. Bukan Hari Keberuntungan Orion

    Matahari yang sedari tadi bersinar dengan angkuhnya di atas langit pun perlahan-lahan kecemerlangannya tertutup oleh awan. Benda langit tersebut terus bergerak, warna jingga yang sedikit pucat kini menggantikan warna biru yang awalnya mendominasi langit St. Ludwig. Melihat ke ufuk barat, matahari sebentar lagi tenggelam, dan sekarang waktu telah mununjukkan pukul lima sore.Setelah dokumen bermaterai yang menyatakan kedua belah pihak telah memutuskan hubungan kekeluargaan mereka ditandatangani, ibu Orion tidak perlu lagi menunjukkan kepura-puraannya. Sengaja atau tidak, ia memperlihatkan sekelebat rasa ketidaksabaran, dan setelah mengucapkan perpisahan yang dingin ia langsung bergegas meninggalkan Orion di kafe sendirian. Sejak detik itu pula, Orion Black tidak lagi mempunyai hubungan dengan Renata Turner, ia telah menjadi seorang yatim piatu dan sebatang kara.‘Ini adalah keputusan yang tepat,’ katanya dalam hati.Setelah kepergian ibunya, Orion tidak langsung pergi dari tempat itu.

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   38. Ibu Dan Anak? Tidak, Mereka Hanya Orang Asing

    Langit di atas kota St. Ludwig berwarna biru cerah. Matahari yang duduk di singgasananya tidak menunjukkan akan bersembunyi di balik awan, sehingga panas teriknya membuat banyak orang sedikit mengeluh dan beberapa di antaranya memilih berjalan cepat untuk menghindari sengatan matahari. Sekarang ini Therondia masih mengalami musim panas, saat waktu menujukkan tengah hari, panas yang terpancar dari atas benar-benar membuat sebagian besar orang kewalahan.Orion yang berjalan kaki menuju tempat yang ditunjukkan oleh sang ibu merasa beruntung karena ia memiliki stok pil es dalam ruang portabelnya, pil es tersebut akan membuat tubuhnya tidak terpengaruh oleh suhu panas dan menjaganya tetap dingin. Mengingat musim panas di Therondia, khususnya St. Ludwig, sangat ekstrim—Orion langsung menelan satu butir pil es sebelum dia memulai perjalanan menuju kafe Emporrium.Setidaknya dengan begini ia bisa menjalani sepanjang musim panas dengan lebih nyaman.Berbicara mengenai perjalanannya, Orion semp

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   37. Registrasi Ulang

    Pada hari itu juga, Orion memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Sepuluh menit setelah dia berhasil mencerna semua energi spiritual dalam kristal kunci dan memastikan tubuhnya sudah stabil, Orion pun segera bergegas menuju stasiun kota yang berjarak kurang dari dua kilometer dari rumah sakit. Tidak sekali pun Orion mencoba menoleh ke belakang, dia terus berjalan dan masuk dalam taksi yang dipesannya.Perjalanan Orion menuju St. Ludwig jauh lebih lancar dibandingkan dengan perjalanannya yang pertama. Kali ini kereta api yang membawa Orion tidak mengalami kendala apapun. Tidak ada monster atau dungeon pop-out yang muncul tiba-tiba, dan setelah satu jam perjalanan menggunakan kereta, akhirnya Orion tiba juga di ibu kota Kerajaan Therondia, St. Ludwig.Berbeda dengan kampung halaman Orion yang ada di kaki gunung, St. Ludwig tampak sangat megah dan penuh akan hiruk-pikuk keramaian. Sebagai ibu kota kerajaan besar seperti Therondia, St. Ludwig merupakan kota metropolitan dan jantung utam

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   36. Sangat Lezat, Aku Ingin Lebih

    “Keberadaanmu adalah sebuah kesalahan. Aku tidak seharusnya melahirkan dirimu ke dunia ini. Aku menyesal tidak membunuhmu saat kau masih berada dalam perutku!!” Seorang wanita bergaun putih berteriak dengan histerisnya ke arah anak laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu sebenarnya cantik, namun kulitnya yang terlampau pucat dan rambut panjangnya yang acak-acakkan membuatnya tampak seperti orang gila. Kedua mata miliknya menampilkan sorot penuh kebencian pada anak laki-laki di hadapannya, seolah-olah anak itu adalah musuh bebuyutannya dan bukannya anak kandungnya sendiri.“Mati kau! Mati!!!” Teriakan itu kembali meluncur dari mulut sang wanita, diikuti oleh sumpah serapah yang mengutuk sosok mungil di hadapannya tersebut. Tidak hanya berteriak saja, wanita berambut acak-acakan itu juga mengambil beberapa barang kecil yang dapat dijangkaunya, dia melemparkan benda itu ke arah sang anak kecil. Bukannya menghindar, anak laki-laki yang baru berusia empat tahun tersebut me

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   35. Tiga Matahari Misterius

    ‘Patung adalah benda mati dan mereka tidak mungkin hidup, kecuali kalau mereka merupakan monster batu yang memang tubuhnya terbuat dari batu. Tapi, tidak mungkin patung kelinci sialan ini adalah monster batu ‘kan!’ Orion melihat bagaimana Leo terpelanting tidak berdaya setelah patung berkepala kelinci menyerangnya secara tiba-tiba. Pukulan keras seperti itu pasti menimbulkan luka dalam bagi Leo, dan Orion tidak akan terkejut lagi kalau sang pemuda akan muntah darah setelah ini.Benar sekali dugaan Orion. Tubuh Leo menabrak arena komidi putar dan membuat wahana tersebut setengah hancur—dan mungkin sepenuhnya mengingat wahana itu sebelumnya sudah bobrok karena terlalu lama tidak dirawat. Beberapa patung plastik berbentuk kereta kerang dan kuda-kudaan pun langsung copot dari tiangnya, bahkan tak sedikit pula yang ikut ringsek akibat hantaman kuat dari tubuh Leo yang menabraknya. Debu menyelimuti area tersebut, hanya suara orang—Leo—yang terbatuk-batu saja terdengar dari sana.Orion tida

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   34. Makhluk Dari Mimpi Buruk

    Drap… drap… drap…Hentakan langkah kaki berat terdengar dari kejauhan. Suaranya memberikan petunjuk kalau si pemilik langkah kaki tengah bergerak cepat dan jumlahnya pun juga lebih dari satu individual yang datang. Seiring waktu berjalan, suara hentakan itu semakin bertambah keras, artinya makhluk yang tengah mengincar Leo dan Orion tengah mendekat dengan kecepatan tinggi.Leo mengeratkan pegangannya pada tongkat sihir. Peluhnya yang menetes dari kening mulai turun ke pipi, sesekali kepalanya bergerak dengan sepasang mata awas yang tidak pernah menurunkan penjagaannya. Sang Hunter kelihatan sekali sangat tegang dari gestur tubuh yang dimilikinya. Ibaratnya sebuah anak panah yang telah dipasangkan pada busur panahan, ia siap menyerang ketika sesuatu yang keluar dari persembunyiannya itu menampakkan dirinya.Berbeda dengan sikap Leo yang begitu was-was. Kedua bahu Orion turun sesaat dengan satu tangan tersimpan dalam saku celana. Wajah tampan pemuda itu tidak menunjukkan sedikit pun ras

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status