Share

36

Hujan masih turun. Derainya mengetuk-ngetuk atap, memainkan bunyi gemerutuk bergantian dan konstan. Seperti sebuah lagu dari kejauhan. Sayup dan sulit ditangkap maknanya. Sepatu Arkana sudah basah sepenuhnya dan beraroma lumpur. Warnanya cokelat dan semakin menghitam. Beberapa kali bulir hujan bergulir dari atap menggali kubangan kecil-kecil—airnya mental ke tulang kering gadis itu. Dingin dan menggelikan.

Arkana berjongkok. Masih menunggu orang itu datang. Arkana merasa harus bicara padanya.

Setelah mobil ibunya melaju kembali ke rumah keluarga Nirmala, Arkana memutuskan untuk berdiang sebentar di bawah langit. Arkana tidak butuh keteduhan. Ia hanya butuh hujan membilas kemarahannya. Kekecewaan. Atau apapun namanya yang membuat jiwanya merasa sesak dan ingin dibebaskan. Sementara.

Dan ketika sudah merasa cukup tenang, Arkana memutuskan untuk menyusuri setiap kelokan, ia melangkah di atas tanah lembek, menuju perkebunan itu. Tubuhnya menggigil karena baju yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status