Begitu orang itu melepaskan tangannya dari mata Rubby, Rubby pun segera berbalik badan untuk melihatnya. Dia menyempitkan matanya melihat seseorang yang pernah dikenalinya. “Oliver?” ucap ruby sambil menunjuk wajah laki-laki itu. Ya, ternyata yang menutup mata Rubby tadi adalah Oliver, laki-laki yang sempat bertemu dengannya beberapa waktu lalu saat di butik. Dan Clarissa yang memperkenalkan mereka. Oliver tersenyum mendengar ucapan Rubby, dia merasa senang karena ternyata Rubby masih mengingatnya. “Kamu masih mengingatku?” tanya Oliver bahagia. Rubby pun mengangguk. Oliver lagi tersenyum.“Syukurlah kalau kamu masih mengingatku. Aku kira kamu sudah tidak ingat lagi.” Rubby lagi tersenyum. “Oh ya, Kamu sedang apa di sini? Apa mungkin kamu ingin pergi ke suatu tempat?” tanyanya ragu.“Tidak, tidak. Tadi aku hanya mencari udara segar saja. Kebetulan aku melihat kamu di sini, makanya aku hampiri.” Rubby mengangguk. Dia sebenarnya merasa malu karena ketahuan sedang mengintip Malvino. D
Beberapa hari berlalu, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itupun tiba. Hari pernikahan Malvin dan Rubby di adakan di kediaman Thompson. Seluruh keluarga Thompson dan kerabat hadir di acara pernikahan itu, namun tidak dengan keluarga Rubby. Rubby meminta Minah untuk menjadi orang tua penggantinya di pernikahan itu. Dan Minah pun dengan senang hati bersedia. Di kamarnya, Rubby sudah terlihat cantik dengan gaun pengantin yang di kenakan nya. Sebuah mahkota indah juga turut menghiasi di kepala. Rubby tersenyum menatap bayang dirinya di cermin. Dia masih tidak percaya, kalau hari ini adalah hari pernikahannya. Pernikahan dengan seorang pria yang baru saja di kenalnya beberapa hari.Namun meski begitu Rubby yakin, kalau ini sudah menjadi takdirnya. Tuhan pasti memiliki alasan di balik pertemuannya dengan keluarga Thompson ini. Mungkin ini adalah jawaban dari sebuah penantian panjangnya. Buah dari kesabarannya, hingga akhirnya mendapatkan keluarga yang menyayanginya.Lagi pula kalau di liha
Malam harinya Malvin kembali mendapatkan telepon dari mantan kekasihnya—Secilia. Gadis itu masih juga belum menyerah dan belum bisa menerima nasibnya.Sudah berkali-kali Secilia mencoba menghubunginya. Namun Malvin berusaha untuk mengabaikannya. Hingga pada panggilan ke sepuluh, akhirnya Malvin pun mengangkat panggilannya. Dia merasa terganggu dengan suara dering dari telpon tersebut."Ada apa lagi, nona Secilia? Bukankah sudah saya katakan untuk tidak menghubungi saya lagi? Saya sungguh merasa terganggu dengan panggilan dari Anda. Saat ini saya sedang sibuk mengurus acara pernikahan saya."Secilia terisak tangis. "Aku mohon jangan seperti ini Malvin, aku tidak bisa kehilangan kamu. Tolong jangan pernah tinggalkan aku. Batalkan pernikahan kamu dengan gadis itu, Malvin. Aku mohon...""Apa yang anda katakan, Nona Secilia. Saya tidak mungkin membatalkan pernikahan saya. Semuanya sudah di atur dan tinggal menunggu hari H nya saja. Saya harap anda tidak lagi mengganggu saya. Tolong terima
"Ibu pengganti?"Rubby mengangguk mengiyakan. "Sebenarnya ceritanya panjang Malvin, aku tidak bisa menceritakannya di sini. Ini sudah larut. Bisakah aku membawanya ke rumah?"Malvin terdiam sejenak. Hingga kemudian dia pun mengangguk. "Baikkah, kamu boleh mengajaknya ke rumah."Rubby tersenyum mendengar itu. "Terima kasih."Malvino mengangguk. Kemudian mereka semua pun masuk ke dalam mobil. Malvin melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Setibanya di kediaman keluarga Thompson, Rubby mengajak Minah untuk masuk ke dalam rumah. Minah sedikit keheranan melihat rumah tersebut. Dia tidak tahu itu rumah siapa. "Non Rubby, ini rumah siapa? Kenapa kita kesini saat ini?"Rubby tersenyum mendengar pertanyaan Minah tersebut. "Ini rumah keluarga Thompson, Mbok. Mereka adalah keluarga baruku!"Minah sedikit terkejut mendengar pernyataan Rubby. "Keluarga baru Non?"Rubby mengangguk. Hingga akhirnya langkah mereka pun tiba di ruang utama. Kakek Oscar, Clarissa, dan juga yang lainnya menatap tany
Setelah selesai makan malam, Rubby pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun tiba-tiba saja dia teringat kalau saat ini dia sedang mendapatkan tamu bulanannya. Dia bahkan tidak memiliki pembalut sama sekali di kamarnya. Dia pun harus segera pergi ke minimarket atau dia tidak bisa melewati tidur indahnya hari ini. Dia pun bergegas keluar dari kamar dan pergi menuju kamarnya Clarissa. Dia harus segera meminta izin kepada wanita itu untuk bisa keluar dari rumah. Tak berselang lama setelah mengetuk pintu, pintu tersebut pun dibuka oleh Clarissa. Wanita itu tersenyum melihat Rubby. "Rubby? Sayang, ada apa? Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Rubby pun memelintir pakaiannya menggunakan tangan sebelum berbicara. Dia merasa ragu untuk mengatakannya. "Em, begini Nyonya, saya—" "Rubby, bukankah sudah kukatakan, untuk tidak memanggilku dengan sebutan seperti itu? Panggil aku Mami, seperti layaknya Malvin memanggilku. Dan jangan berbicara formal seperti itu denganku! Bicara seperti biasa saja
Pernikahan antara Malvino dan Rubby pun sudah diatur keluarga. Semuanya sibuk untuk mempersiapkan acara. Tak hanya keluarga dekat, namun Opa Oscar juga meminta kerabat jauh mereka untuk datang ke acara pernikahan Malvino dan Rubby nanti.Kini, seluruh keluarga sudah berkumpul untuk merayakan pernikahan Malvino dan Rubby yang akan diadakan lusa nanti. Undangan juga sudah mulai disebar. Hampir semua rekan bisnis yang menjadi kolega keluarga mereka, mereka undang.Tak hanya rekan bisnis, namun Malvino dan keluarganya juga mengundang Cecilia, untuk turut hadir ke pernikahannya Malvino. Cecilia terkejut saat mendapatkan undangan itu dari asistennya Malvino. Dia tidak menyangka, kalau kekasihnya itu akan semudah itu melupakannya. "Kamu jahat sekali, Malvin, kamu tega melakukan ini padaku!" ujar Cecilia tak terima. Dia pun mencoba untuk menghubungi Malvino. Tapi ponsel pria itu sama sekali tidak aktif. Cecilia pun kesal. "Apa Kamu sengaja mematikan ponselmu, supaya aku tidak bisa menghubun